Urat leher Xiao Chengqian menonjol, tanda dia sudah mencapai batas kekuatan. Namun serangan berbagai sihir dari pengikutnya terbukti efektif melawan kepala-kepala hantu itu.
Hanya dalam satu menit, kepala-kepala hantu itu mulai layu, bahkan dua di antaranya sudah menghilang.
Tampaknya kemenangan di medan perang condong ke pihak kami, namun kenyataannya jauh berbeda. Hanya dua kepala hantu yang berhasil dimusnahkan meskipun mereka terlihat lemah. Dengan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, serangan pertama memang paling efektif. Begitu sihir Xiao Chengqian terkalahkan dan kepala-kepala hantu itu bebas, situasi pertempuran akan berubah drastis.
"Cepat!" Bukan hanya aku yang menyadari hal ini, Xiao Chengqian juga. Karena berada di ambang batas kekuatan, bahkan bicara pun sulit baginya. Dia hanya bisa teriakkan kata "cepat!".
Anak buahnya pun mengerahkan segala kemampuan sihir mereka. Dalam sekejap, tiga kepala hantu lagi di pihak lawan musnah. Kulihat jelas dua orang di pihak He Long tiba-tiba memuntahkan darah segar. Wajar saja, karena kepala hantu terhubung langsung dengan nyawa pemiliknya. Musnahnya hantu tentu berakibat karma balasan.
Ekspresi He Long tetap tak menunjukkan kegelisahan. Baru ketika Si Bodoh tiba-tiba menerjang, akhirnya wajahnya berubah serius. Dengan cepat dia menggoreskan jari kelingkingnya dan meneteskan darah ke tanah.
Seperti adegan gerak lambat, kulihat jelas tetesan darah itu jatuh di hamparan salju, melebur dalam putih yang menyala-nyala. Nuansa merah itu menyilaukan. Tiba-tiba segalanya hening.
Dalam sekejap itu, Si Bodoh sudah menghampiri kumpulan kepala hantu. Cakar tajamnya mencakar dan memukul hingga 'pingsan' satu kepala hantu yang lemah, lalu menggigitnya dengan mulut tanpa sempat menelan.
Aku juga melihat Xiao Xi mulai berlari kencang di bawah medan perang. Dalam proses berlari, ia bertransformasi menjadi musang, perlahan membesar. Aku tak bisa membedakan apakah itu bayangan atau wujud nyata, hanya merasakan hembusan angin sepoi-sepoi yang tak wajar.
Semua ini seperti adegan lambat dalam film, atau serangkaian adegan terpisah yang tercermin di mataku.
Pada detik terakhir sebelum kehancuran, kulihat He Long menyeringai dengan senyum sinis ke arahku. Satu-satunya pikiran yang muncul di benakku sangat tidak masuk akal: "Wah, pria dewasa yang manja ini ternyata berpenampilan kasar!"
Sesaat kemudian, gerakan bibir He Long tiba-tiba memecah kesunyian alam semesta. Bagai petir membelah langit cerah, kepala-kepala hantu yang lesu tiba-tiba meneriakkan pekik liar. Di dahi kepala hantu kehitaman muncul warna merah menyala, bola mata hitam mereka berubah merah menyala. Seolah disuntik darah ayam, mereka tiba-tiba menjadi "bersemangat".
Xiao Chengqian meraung liar, menghentakkan kaki ke tanah. Pelipisnya menonjol, rahang terkunci erat, berusaha mempertahankan keadaan "terkunci" kepala hantu. Tapi apakah masih berguna?
‘Hanya bertahan kurang dari dua detik, Xiao Chengqian tiba-tiba menatapku dengan senyum pudar, lalu mundur tiga-empat langkah dan terjatuh duduk di tanah sambil terengah-engah. Bayangan dewa gunung di belakangnya tiba-tiba pecah berkeping-keping!
‘Aoooo…’ Kepala-kepala hantu itu bagai narapidana yang terkurung di penjara paling kejam selama puluhan tahun akhirnya kabur, masing-masing membawa kegilaan pelampiasan. Dengan histeris kolektif, mereka meneriakkan pekik gembira lalu menerjang ke arah sini.
Saat itu, Lao Zhang tiba-tiba menjadi panik sampai tingkat ekstrem. Seorang pria dewasa malah mencengkeram lengan Ruxue erat-erat agar bisa tetap berdiri. Suaranya gemetar: “Nona kecil Ruxue, apa…apa yang di langit itu?”
“Jangan takut, Cheng Yi akan menang.” Jawaban Ruxue datar, tapi Lao Zhang jelas mulai tenang.
Kucurigangi Lao Zhang, lalu tersenyum sambil mengacungkan jempol. Gesturku menyiratkan dia sangat perkasa – setidaknya masih bisa berdiri melihat begitu banyak kepala hantu berwujud mengerikan, melebihi kebanyakan pria.
Aku tak melihat kondisi Si Bodoh di tengah medan perang. Lewat indra, kurasakan di hati harimau itu ada aura kepercayaan diri perkasa yang tak perlu kukhawatirkan.
Benar saja. Di tengah teriakan histeris kepala-kepala hantu, tiba-tiba gemuruh harimau menggelegar bagai pohon besar yang tumbuh mendadak di antara semak belukar, seketika menenggelamkan semua hijau rerumputan!
Teriakan itu adalah teriakan sang penguasa, Si Bodoh pernah menjadi raja di sini.
Kepala-kepala hantu yang seperti memakan 'stimulan' menunjukkan sedikit ketakutan saat itu, namun He Long dengan kedua tangan membentuk mudra, memimpin formasi. Dalam sekejap, ketakutan para hantu menghilang, berubah menjadi kegilaan yang bingung. Warna merah di dahi mereka menyebar, seketika memerahkan seluruh wajah para hantu.
Semua orang menyaksikan perubahan di medan perang ini, mati-matian menggunakan sihir mereka. Kekhawatiran terpancar jelas di mata mereka, namun sihir yang sebelumnya cukup efektif kini sudah tidak mempan lagi pada para hantu ini.
He Long kini juga berhenti merapal mantra. Rupanya formasi rahasia mereka sudah mulai berfungsi normal. Dengan senyum sinis, He Long memberi Xiao Chengqian gerakan jempol ke bawah. Xiao Chengqian tidak marah, hanya berkata: "Dengan mengorbankan para hantu untuk peningkatan sementara, He Long benar-benar ingin menjadi tenar lewat pertarungan kita berdua."
Sambil berbicara, Xiao Chengqian sudah berdiri. Tatapannya padaku penuh tanya, seolah bertanya mengapa aku belum turun tangan. Kutatapnya dengan tenang. Aku pun tak tahu bagaimana menjelaskan padanya - Si Bodoh memberi tahu bahwa saat ini aku belum perlu bertindak. Ia bisa merasakan ada makhluk kuat lainnya!
Ketenanganku seolah menjadi penjelasan terbaik untuk Xiao Chengqian. Dia tak bertanya lebih lanjut, melainkan menarik napas dalam dan mengeluarkan botol kecil. Seteguk cairan dari botol itu ditelannya, aku mencium bau alkohol obat yang khas, tapi tak tahu pasti isinya.
Setelah menelan cairan yang tampak 'pedas' itu, alis Xiao Chengqian berkerenyit. Seketika itu juga, dia menutup mata dan mulai melangkahkan langkah Gang. Aku sangat familiar dengan teknik ini - ilmu Xiaomao. Xiao Chengqian serius kali ini!
Tapi berani menggunakan ilmu Xiaomao yang membutuhkan waktu lama di medan perang seperti ini, seberapa besar kepercayaan si nak ini padaku? Bagaimana jika aku cuma sok jago, pura-pura misterius, atau sekadar berpura-pura jadi ahli?
Tak sempat kupikir panjang. Setelah menghina Xiao Chengqian, He Long tiba-tiba mengangkat kedua tangannya membentuk isyarat aneh. Mantranya terus bergema. Saat gerakan tangannya tiba-tiba terbuka, kepala-kepala hantu itu menjadi gila, berhamburan ke sini bagikan orang kelaparan menyerbu kantin.
Sihir tak mampu menahan mereka. Mereka sama sekali tak peduli dengan cedera!
Anak buah Xiao Chengqian mulai kehilangan ketenangan, mata mereka dipenuhi keputusasaan. Hanya Xiao Chengqian yang tetap tenang dengan mata tertutup, terus melangkahkan langkah Gang. Kulihat, ilmu Xiaomao-nya sudah sangat matang. Tak ada kesulitan sama sekali dalam ekspresinya saat berkomunikasi melalui langkah Gang. Bukankah kita semua terus bertumbuh?
Aku teringat pertempuran di pintu Desa Tandus waktu itu!
Ekspresi tertegunnya saat melihatku menggunakan ilmu Xiaomao kala itu!
Tubuh Xiao Xi telah mengembang sampai batas maksimal. Tiba-tiba angin pusaran aneh berhembus di lokasi, menerbangkan salju abadi yang menutupi tanah. Saat serpihan salju berterbangan di udara, aku menyadari: Xiao Xi telah memanggil 'pusaran angin kecil'. Meski kekuatannya tidak besar, untuk siluman yang belum sempurna transformasinya ini, itu sudah prestasi luar biasa!
Pusaran angin itu tidak bergerak ke arah kepala hantu, melainkan menuju ke arah Kak Cheng Xin. Dari tatapan Xiao Xi yang sangat tegang, jelas terlihat dia sedang berjuang keras mengendalikan pusaran angin ini.
Kak Cheng Xin masih tersenyum lembut bagai angin musim semi. Sebungkus kertas cokelat muda berputar-putar di antara jemarinya dengan berbagai gerakan. Sikapnya tetap tenang, namun ada aura kesombongan khas aliran pengobatan yang siap turun tangan - seolah ingin membuktikan kemampuan dan memulihkan nama baik!
Tapi mereka yang putus asa tetap terpuruk. Pasukan Xiao Chengqian terus mundur, namun tanpa komando darinya, mana mungkin mereka berani kabur? Semua yang dibawa ke sini adalah personel elit!
Jarak semakin dekat, dalam sekejap hampir sampai di depan mata. Saat itu, kulihat Si Bodoh menelan kepala hantu kedua. Getaran perasaan yang kurasakan adalah kepuasan!
Namun seketika itu juga siluet Si Bodoh lenyap. He Long yang selama ini memandangi Si Bodoh dengan raut serakah, kecewa, gugup, dan waspada tiba-tiba terlihat bingung - Ke mana perginya Si Bodoh?
Hanya aku yang tenang memandang medan perang di langit, dalam hati sangat memahami proses ini. Si Bodoh dan Xiao Xi sama-sama bermain dengan angin, hanya saja "harimau menghasilkan angin", kedekatan Si Bodoh dengan angin adalah bawaan lahir yang tidak bisa disaingi Xiao Xi.
Oleh karena itu, Si Bodoh memanfaatkan kecepatan angin, dalam sekejap membuat kecepatannya mencapai batas mengerikan. Jika masih hidup, Si Bodoh tidak akan bisa mencapai kecepatan seperti ini, tapi saat ini dia adalah roh!
Perasaanku terbukti di detik berikutnya!
Seekor Macan Putih yang gagah perkasa muncul di depan kerumunan kepala hantu yang gila, bahkan sebelum ekspresi terkejut He Long sempat menghilang.
‘Raungan’, kali ini bukan sekadar demonstrasi, tapi benar-benar membawa energi spiritual raja siluman besar dan tekanan dahsyat yang nyata. Kepala-kepala hantu yang bersemangat itu tiba-tiba tercerai-berai dalam sekejap.
‘Wu wu’, suara lembut tiba-tiba bergema, seakan menyahut Si Bodoh. Hanya aku dan Kak Cheng Xin yang langsung menoleh.
Rubah muda?
