Aku memandang Xiao Chengqian dengan penuh syukur, teringat malam itu - young master yang minum wine merah dan hisap cerutu ini, duduk tak karuan di pedagang kaki lima bersama kami, meneguk bir dan menyantap makanan jalanan. Persahabatan pria terkadang memang sulit dijelaskan.
Xiao Chengqian menggemetar dramatis, lalu berkata padaku: "Jangan tatap aku dengan pandangan canggung seperti itu. Saat waktunya tiba, aku tak akan menunjukkan belas kasihan. Aku punya prinsipku."
Aku paham maksudnya, tapi tiba-tiba aku tertawa terbahak: "Tentu kau takkan mengalah, karena kau tak bisa kalahkan aku. Jadi kau hanya bisa memintaku mengalah untukmu!"
“Xiao Chengqian marah sampai memukulku!” Kemudian kami tertawa bersama, seharusnya kami adalah rekan seperguruan, seharusnya!
Angin utara masih bertiup kencang, salju turun semakin lebat seperti prediksi Lao Zhang. Pada saat ini sudah menjadi badai salju lebat. Xiao Chengqian memerintahkan anak buahnya untuk membantu kami menggali pintu masuk makam siluman besar. Hingga kini semuanya telah selesai, lubang gelap itu terbentang di depan mata kami. Xiao Chengqian pun akan pergi.
“Aku pergi.” Xiao Chengqian berbicara padaku dengan tegas.
“Hmm, kau tidak akan ada masalah kan?” Aku juga langsung bertanya.
“Tidak. Mereka adalah orang kepercayaan terbaikku. Mulut mereka terkunci rapat.” Jawab Xiao Chengqian tanpa basa-basi.
“Baiklah, itu bagus.” Aku mengangguk serius.
Memandang lubang gua yang gelap gulita, aku tak tahu apa yang akan kuhadapi di dalam. Akankah seaneh sarang rubah muda itu? Tapi aku harus masuk. Di dalam hati sangat jelas: Dua makam siluman besar lainnya sudah tak bisa kuharapkan. Keunggulan kami habis. Selanjutnya yang menanti adalah pertempuran besar merebut roh siluman, yang akan menentukan kepemilikan Makam Dewa. Mendapatkan roh siluman besar ini akan menambah bargaining position baruku!
Aku sedang merenung dengan kepala tertunduk, sementara Lao Zhang dan yang lain sibuk membereskan beberapa barang untuk menemaniku masuk ke Makam. Pertarungan kali ini, seberapa pun yang Lao Zhang saksikan dan pahami tentang perbedaan esensial antara praktisi spiritual dengan orang biasa, mungkin akan dia simpan sebagai rahasia seumur hidup. Sebab jika diungkapkan, tak ada yang akan percaya—orang pasti menganggapnya sebagai orang gila.
"Cheng Yi." Tiba-tiba Xiao Chengqian memanggilku, padahal jelas-jelas dia sudah berbalik pergi.
"Hmm?" Melihat Xiao Chengqian yang terengah-engah, aku tak mengerti ada hal penting apa yang membuatnya tiba-tiba berlari kembali. Jangan-jangan dia juga ingin melihat-lihat Makam Siluman Besar?
Tapi tebakanku salah. Yang Xiao Chengqian katakan padaku justru: "Cheng Yi, kau tahu rahasia? Rahasia pamungkas dua aliran kita ini, bahkan Lin Chen si brengsek itu pun tak mengetahuinya."
"Rahasia apa?" Aku merasa kebingungan.
Xiao Chengqian memberikan senyum permohonan maaf ke Lao Zhang, Ruxue, dan Kak Cheng Xin, lalu menarikku ke sudut yang lebih sepi. Kukatakan: "Apa perlu kau menghindari Kak Cheng Xin?"
"Aku danmu berteman, tapi tidak dengannya." Penjelasan Xiao Chengqian terdengar meyakinkan. Orang ini memang keras kepala.
Tapi aku malas berdebat dengannya. Rasa ingin tahuku sudah terbangun, langsung kusuruh dia cepat-cepat berbicara.
“Memang ada anggapan seperti itu, sebenarnya kekuatan tempur terhebat dari kedua aliran kita sebenarnya adalah roh-roh yang ‘dipelihara’ sendiri dengan metode rahasia. Hari ini melihat roh harimau-mu, aku teringat hal ini dan menduga kau sudah mengetahuinya. Sebenarnya aku bingung, Cheng Yi. Generasi sebelumnya dari aliran kalian seharusnya tidak mengetahui rahasia ini. Rahasia ini hanya diketahui segelintir inti dari aliran kami. Jujurlah padaku, apakah ini kebetulan atau kau memang sudah tahu sesuatu?” Xiao Chengqian berkata serius.
Aku tak tahu bagaimana menjawab Xiao Chengqian. Masalah ini bukan sekadar hubungan persahabatan yang bisa diumbar begitu saja, karena sudah menyangkut rahasia seperguruan kami. Hmm, rahasia yang hanya kuketahui sendiri, belum sempat kusampaikan pada Kak Cheng Xin dan yang lain.
Setelah lama berpikir, akhirnya kukatakan pada Xiao Chengqian: “Sejujurnya, roh harimau itu kebetulan.” Ini memang seluruh kebenaran yang bisa kusampaikan, karena Guruku memberikanku roh harimau mungkin sudah tahu dia akan pergi selama enam tahun, sementara aku mudah menarik hal-hal tidak bersih, jadi ini untuk perlindungan.
Atau mungkin Guruku tahu betapa berharganya cakar harimau, sejak kecil mengajariku untuk membinanya dengan sengaja, juga sebagai tambahan perlindungan untuk nyawaku. Tapi ini benar-benar tidak terkait rahasia itu, setidaknya Guruku tak pernah menyebutkannya padaku.
Aku merasa bersalah, tapi hanya bisa menyembunyikan, tidak boleh berbohong.
Xiao Chengqian menatap langit sambil menghela napas, berkata: "Kau benar-benar seperti kucing buta yang kebetulan menemukan tikus mati, hingga bisa memiliki roh harimau sehebat itu. Kukira kau sudah tahu metode rahasia itu dan sengaja membudidayakannya. Sebenarnya, aliran kita juga tidak memiliki catatan yang jelas karena guru leluhurku... tiba-tiba menghilang! Aliran kita memang sengaja mencoba membudidayakan roh-roh kuat, seperti hantu jahat yang kau lihat tadi, tapi tetap tak menguasai caranya. Kami bahkan pernah mempelajari metode budidaya kepala hantu, tapi sama sekali berbeda, mengerti? Jauh sekali dari keadaan meditasi tingkat tinggi yang tercatat dalam legenda!"
"Seperti apa keadaan meditasi tingkat tinggi dalam legenda?" tanyaku serius. Aku benar-benar tak tahu karena guru leluhurku sama sekali tidak menyebutkan ujung dari metode rahasia ini saat mewariskan ilmunya.
"Hehe, ini konyol! Manusia dan roh menyatu. Ilmu sihir yang bisa digunakan manusia, bisa juga digunakan roh. Kehebatan roh pun bisa dimanfaatkan manusia. Singkatnya aku tak terlalu paham keadaan meditasi seperti apa ini, terdengar sangat mistis." Saat mengucapkan ini, raut Xiao Chengqian memancarkan kerinduan, kebingungan, dan makna tak terungkap yang bahkan ia sendiri tak pahami.
Tentu saja, ia hanya menyampaikan yang bisa diungkapkan. Pasti masih banyak rahasia yang diwariskan dalam anggota seperguruannya, kalau tidak mereka tak akan membudidayakan sesuatu dengan cara-cara tertentu.
Tapi ini hanyalah keselarasan yang sengaja kami jaga untuk tidak menembus batas!
"Keadaan ini..." Aku berdecak kagum, tak tahu harus berkata apa. Karena Xiao Chengqian mungkin tak bisa memahami, tapi menurutku ini adalah deskripsi penyatuan roh. Saat mencapai tingkat yang tinggi, dalam kondisi menyatukan roh dengan Si Bodoh, aku bisa menggunakan ilmu Tao-ku sendiri. Dalam wujud roh, beberapa sihir memiliki kekuatan yang lebih dahsyat. Si Bodoh memiliki bakat alami tertentu, sekarang sudah mencapai 'prestasi' dalam mengendalikan angin. Tapi Macan Putih bersifat logam, pasti memiliki bakat yang lebih tinggi yang bisa kuterapkan dalam penyatuan roh.
Sungguh keadaan yang luar biasa! Membayangkannya saja membuat orang gemetar!
Kulihat Kak Cheng Xin. Rubah peliharaannya masih mengikuti Si Bodoh yang sedang melahap sisa-sisa energi terakhir. Memandang pintu masuk makam siluman besar yang gelap gulita itu, tiba-tiba sesuatu terlintas di benakku! Hatiku langsung berdebar kencang!
Tapi kusembunyikan kegembiraan ini, tak kurembukkan pada siapa pun. Aku merasa agak bersalah pada Xiao Chengqian, tapi seperti yang dia katakan - perseteruan dua aliran ini tidak ada hubungannya dengan perasaan pribadi kami.
“Mengantar pergi Xiao Chengqian, menghadapi salju lebat yang tak berujung, aku kembali ke lubang gua itu. Cheng Xin tiba-tiba berkata: 'Cheng Yi, tadi di depan orang luar aku tak enak mengatakannya. Tapi sekarang harus kusampaikan: Pertimbangkan baik-baik rencana kita ini. Di depan ada serigala, di belakang ada harimau. Bagaimana kita yang lemah ini bisa bersaing? Pada akhirnya, ini cuma soal sebatang Ginseng Jing dan makam yang mungkin terkait Kunlun. Aku juga sudah bicara dengan Arwah Tua Wu – dalam kondisi seperti ini, kita benar-benar tak berdaya. Arwah Tua Wu sangat memahami, dan aku berjanji padanya akan membantunya balas dendam bila ada kesempatan. Cheng Yi, maksudku... kau harus mempertimbangkan ini baik-baik.'”
Ucapan Kak Cheng Xin terdengar halus, seolah hanya memintaku mempertimbangkan. Namun maksud sebenarnya jelas: Dalam persaingan dua kekuatan raksasa ini, kita ibarat ikan kecil yang hanya bisa minggir.
Melihatku diam, Kak Cheng Xin segera menambahkan: “Cheng Yi, kita masih punya urusan yang lebih penting!”
“Kak, justru karena ada urusan lebih penting, perjalanan ke Hutan Tua kali ini tak mungkin kita hindari. Bahkan mustahil untuk mundur.” Aku menghela napas, berbicara pada Kak Cheng Xin.
Sebelum Kak Cheng Xin sempat menyahut, kutegas lagi: “Tidak hanya tak boleh mundur, kita juga harus pastikan mendapatkan semua siluman – tak boleh ada yang terlewat! Makam Dewa malah bukan prioritas utama.”
“Apa maksudmu?!” Kak Cheng Xin terlihat bingung, tak langsung mencerna penjelasanku.
Aku menariknya, kali ini aku tersenyum minta maaf pada Ruxue, Lao Zhang, Arwah Tua Wu, Xiao Xi dan Xiao Mao—bagaimanapun ini rahasia anggota seperguruan kami!
Sepuluh menit kemudian, Kak Cheng Xin terlihat heboh. Tangannya gemetar berkali-kali gagal menyalakan rokok. Dia berkata padaku: "Benarkah ada Guru leluhur mewariskan ilmu seperti ini? Itupun ilmu paling penting dari aliran kami, maksudmu itu berarti..."
"Benar, itu maksudku. Sekarang kau tahu betapa pentingnya siluman bagi kita?" Kataku serius.
