Mata Kak Cheng Xin berbinar-binar. Sebagai ahli aliran pengobatan, memiliki roh pertempuran seperti harimau bodohku berarti bisa melakukan hal-hal tak terduga. Apalagi saudara seperguruan lain! Ini jadi sandaran besar untuk ekspedisi mencari Pulau Penglai di sungai-sungai besar nanti!
Tanpa basa-basi, Kak Cheng Xin membuat ekspresi seperti bandit. Di balik kacamatanya, matanya menyipit: "Roh siluman besar ini pasti kubawa. Siapa berani merebut, aku akan..."
Aku heran memandangnya: "Kau akan apa?"
“Hng, aku akan meracuni mereka!” Saat mengucapkan kalimat ini, kilatan cerdik di balik kacamata Kak Cheng Xin membuatku merinding. Rubah kecil yang sedang menelan potongan terakhir energi itu mengkerutkan lehernya, memandang Kak Cheng Xin dengan tatapan polos penuh ketakutan.
Ini tentu hanya intermezzo kecil. Kegilaan kami terhadap roh siluman besar membuat semua orang kebingungan, termasuk Ruxue yang juga menggelengkan kepala tak mengerti. Tapi karena kami tak menjelaskan, mereka pun tak banyak bertanya, hanya mengikuti kami memasuki makam siluman besar ini.
Xiao Chengqian...aku yakin jika dia telah meninggalkan makam siluman besar ini, pasti tak akan kembali mencari masalah. Kemungkinan besar dia pergi ke makam siluman besar berikutnya untuk membantu orang-orang di sana merebut makam tersebut. Tapi mengenai He Long, aku tak berani menjamin. Kita harus buru-buru.
Lubang legenda ini sama besarnya dengan yang sebelumnya, hanya bisa dimasuki dengan merangkak. Aku tetap jadi yang pertama masuk. Tapi berbeda dengan sebelumnya, lubang dalam ini awalnya hanya bisa dilalui merangkak, kemudian perlahan melebar sampai akhirnya beberapa orang bisa berjalan berdampingan.
Ini jauh lebih baik dari lubang sebelumnya. Di mana-mana terdapat lubang-lubang aneh dan mengerikan. Entah apa yang dialami rubah muda ini semasa hidupnya hingga menciptakan pemandangan seram seperti ini. Sayangnya rubah muda itu sudah kehilangan ingatan, mustahil memuaskan rasa penasaranku.
"Cheng Yi, apa kau sadar gua ini sama seperti gua sebelumnya - dipenuhi kegelapan yang tak terjelaskan? Lihat, cahaya senter ini tak bisa menembusnya." Yang berbicara adalah Lao Zhang. Sejak Pertarungan Ilmu itu, nada bicaranya pada kami menjadi agak terkekang. Sebenarnya aku tak menyukai perasaan ini, tapi aku bisa merasakan Lao Zhang sudah tak menganggap kami sebagai sesama manusia biasa.
“Hmm, aku menemukannya.” Aku menjawab Lao Zhang, berusaha menjaga suara tetap tenang meski hati mulai dipenuhi rasa heran. Apakah begitu banyak siluman besar mati dengan cara yang sama? Semua tewas di tangan ulat itu?!
Apa yang sebenarnya terjadi di balik semua ini?
Tapi tebakanku tak berguna. Kami harus melanjuttkan perjalanan. Meski cahaya senter tak mampu menembus kegelapan, setidaknya masih bisa memperlihatkan pemandangan sekitar secara samar. Kulihat ini adalah gua tanah, dengan tepi yang tidak rata seolah digali oleh sesuatu.
Kami terus berjalan menanjak dalam kegelapan sejauh 100 meter lebih. Berdasarkan perkiraan, kini kami sudah berada di dalam perut suatu gunung.
Aku menyuruh Arwah Tua Wu memimpin jalan di depan. Sayang di sini tak ditemukan lentera dinding untuk menerangi perut gunung ini. Begitulah, kami melanjutkan perjalanan sekitar 20-an meter. Tiba-tiba terdengar teriakan bersemangat Arwah Tua Wu dari depan: "Ada situasi, ada situasi, cepat datang!"
Aku segera berlari beberapa langkah, tapi kembali mendengar Arwah Tua Wu berkata: "Jangan takut kalau kalian melihatnya!"
Apa lagi yang harus kutakutkan? Kau Arwah Tua Wu saja tidak takut, masa aku takut? Dengan pikiran itu, aku berlari di barisan terdepan, namun melihat Arwah Tua Wu melayang mendekat. Ia berkata dengan antusias: "Ini seperti ada yang membantu kita. Di bagian depan sana, ada sebuah lentera."
Di sini juga ada lentera? Lentera khusus yang menembus kegelapan ini? Awalnya aku tak banyak berpikir, tapi ucapan Arwah Tua Wu tentang "ada yang membantu kita" tiba-tiba menyadarkanku. Apakah lentera-lentera ini juga punya hubungan dengan seluruh peristiwa?
Tapi tak sempat kupikir panjang. Kak Cheng Xin di sampingku sudah mengulurkan tangannya memegang korek api. Dengan napas tersengal ia berkata pada Arwah Tua Wu: "Cepat! Nyalakan lentera itu! Aku butuh roh siluman besar, roh siluman besar!"
Keringat dingin mengucur di pelipisku. Apakah Kak Cheng Xin sedang 'kesurupan'? Tapi aku bisa memahami perasaannya. Selama ini, hanya aku dari keturunan Lao Li yang bisa bertarung. Menurutnya, dengan adanya roh siluman besar, bebanku mungkin akan berkurang. Sebenarnya dalam percakapan pribadi kami dulu, dari nada bicaranya kurasakan maksud itu - yang juga menjadi harapan beberapa saudara seperguruan kami.
Mereka semua merasa bebanku terlalu berat, sementara aliran-aliran lain seolah tak bisa banyak membantu.
Tentu saja ia tak mengatakannya secara gamblang, dan aku pun tak bisa memberi nasihat. Namun hubungan emosional itu bisa kupahami.
Menghadapi 'perintah' Kak Cheng Xin, Arwah Tua Wu yang biasanya suka berdebat kali ini langsung diam. Mendengar suara napas berat Kak Cheng Xin yang terengah-engah, Arwah Tua Wu tidak berani membantah. Ia segera mengambil korek api dan pergi.
Cahaya api akhirnya menerangi gua ini. Kami bergegas menuju sumber cahaya ke lokasi yang disebut Arwah Tua Wu ada keanehan. Benar seperti kekhawatirannya, pemandangan itu langsung membuat kami terkejut!
Yang pertama berbicara justru Lao Zhang. Terbiasa melihat binatang hutan tua, suaranya gemetar saat berkata: "Dulu... aku benar-benar tidak akan percaya ada ular berbisa sebesar ini!"
Ya, yang terbaring di depan kami adalah bangkai ular raksasa. Karena tubuhnya melingkar, aku tidak tahu pasti panjangnya. Yang jelas kepala bangkai ular ini sebesar setengah tubuhku - ukuran yang sungguh mengerikan.
Andai hanya ukurannya yang besar, mungkin aku tidak akan terkejut. Saat itu ada film berjudul "Anaconda" yang menceritakan ular raksasa. Tapi Lao Zhang justru mengatakan ini adalah ular berbisa.
Mungkinkah ular berbisa tumbuh sebesar itu? Menurut pengetahuanku, ular berbisa biasanya tidak berukuran besar!
Ini benar-benar menghancurkan pemahamanku. Tapi apa itu 'pemahaman'? Bukankah pengetahuan Lao Zhang yang puluhan tahun di hutan tua pun ikut runtuh?
Melihat mayat ular derik itu, hanya ada satu perasaan yang kurasakan—sangat mengerikan. Mayatnya sama seperti rubah muda, terlihat hidup. Tapi mayat rubah muda memberikan kesan tekanan dahsyat dengan aura spiritual yang aneh, sementara ular raksasa ini benar-benar menakutkan murni.
"Tempat ini... sangat besar." Ruxue tiba-tiba berbicara di belakang kami. Selama pertempuran, Ruxue hanya berdiri di samping kami tanpa bergerak. Benar, Ruxue yang Benming Gu-nya sudah diganti seharusnya tidak punya kemampuan bertarung, setidaknya itu yang kupikirkan.
Tapi mungkin juga aku yang terlalu berprasangka, karena Ruxue yang sudah 'pulih normal' kembali ke sikap dinginnya yang tenang, jarang berbicara lagi.
Saat ia tiba-tiba mengatakan tempat ini besar, aku pun mulai mengamati lebih seksama. Baru kusadari, tempat tinggal ular raksasa ini sangat sederhana dibandingkan 'istana mewah' rubah muda.
Hanya sebuah gua besar di perut gunung, dipenuhi bau busuk. Setelah kuselidiki sumber baunya, ternyata berasal dari tumpukan tulang hewan di sudut. Mudah ditebak, ini adalah sisa makanan ular raksasa sebelumnya. Makhluk ini memang tidak peduli kebersihan, mencampur area makan dan tidur!
Tapi, melihat tulang-tulang belulang itu, sekilas biasa saja. Tapi kalau diamati lebih teliti, sungguh mengagetkan—semuanya ternyata berasal dari hewan-hewan besar. Beberapa tulang memiliki warna yang tidak biasa, dan setelah diperhatikan lagi, masih ada sisa kekuatan jiwa yang samar-samar belum sepenuhnya menghilang di permukaannya—ini adalah tulang siluman!
Makhluk ini semasa hidupnya adalah 'raksasa ganas'! Kalau ada sisa rohnya, harus diberikan ke siapa? Apa kita akan terpengaruh?
Sambil berpikir begitu, Ruxue sudah berjalan ke depan dan berkata padaku: "Kondisinya sama seperti rubah muda itu. Mayatnya penuh dengan ulat. Biar aku yang menanganinya. Kalau ingatan yang kuterima tidak salah, sisa rohnya mungkin tersembunyi di salah satu taring racun 'cacat'-nya."
Di taring racun 'cacat'? Ini... Bagaimana Ruxue bisa tahu sampai detail seperti ini? Apakah warisan memoranya benar seaneh itu?
Tapi Ruxue tetap tenang. Yang tidak tenang justru Arwah Tua Wu yang berteriak: "Cheng Yi, ada coretan-coretan! Ada tulisan!"
Tulisan? Awalnya aku tidak menganggap serius. Jangan-jangan cuma gambar coretan sederhana seperti yang ditemukan di gua rubah muda itu? Tapi deretan tulisan itu benar-benar di luar dugaan...
