Kekuatan gabungan saja tak mampu menghentikan keempat siluman yang melawan takdir, apalagi saat terpisah? Aku bingung dengan maksud Weng Li!
Karena kebingungan itu, kakiku berhenti sejenak. Kupandang langit. Raja Kepala Hantu yang sombong itu, yang baru sebentar ada di dunia fana, tiba-tiba runtuh berantakan menjadi kepala-kepala hantu di bawah segel tangan Weng Li.
“Apa dia gila?” Kak Cheng Xin menyesuaikan kacamatanya, tampak sama bingungnya.
Tapi kami tidak ingin mempermasalahkan ini. Kemunculan singkat Guruku adalah yang paling kami khawatirkan. Kami buru-buru masuk ke makam, dengan empat siluman besar di sana, apapun yang dilakukan Weng Li akan sia-sia!
Namun perkiraan kami salah. Kepala-kepala hantu yang terurai itu sama sekali tidak berhadapan dengan empat siluman besar, melainkan menyerbu kami seperti gelombang pasang!
Di saat bersamaan, orang-orang di sana berlari kocar-kacir ke arah sini!
Begitu rupanya. Aku langsung paham. Meskipun empat siluman besar itu kuat, menghadapi serbuan kepala hantu yang begitu banyak, pasti ada satu dua yang lolos. Cukup dengan menghambat langkah kami, orang-orang yang mendekat ini punya kesempatan menerobos masuk ke Makam Dewa dalam kekacauan.
Perhitungan yang licik!
Tapi kami hanya panik sesaat lalu tenang kembali. Mereka meremehkan kemampuan empat siluman besar. Kecepatan Si Bodoh memang luar biasa, apalagi saat ini dalam kondisi puncak!
Sebelum sempat kami lihat jelas, kepala-kepala hantu yang berada di depan sudah dicegat Si Bodoh. Saat kami sadar, Si Bodoh sudah menggigit dua kepala hantu dengan raut santai sambil menelannya!
Tak hanya itu, beberapa orang yang mendekat tiba-tiba terlihat bingung, lalu mulai menangis dan tertawa. Melihat pemandangan ini, Kak Cheng Xin mengelus dagu sambil berkata: "Rubah ini mirip denganku, bakat spiritualnya bagus."
Aku melihat dengan seksama, bukankah itu ulah rubah bermata hijau? Di langit, sepasang matanya yang hijau tiba-tiba memancarkan kilauan pelangi. Hanya karena menatap sekilas, kepalaku langsung 'dengung' kosong sejenak. Hebat sekali!
Untungnya targetnya bukan aku. Mereka yang 'sial' itu, dalam kondisi kelelahan akibat Pertarungan Ilmu yang dahsyat, mana bisa melawan 'daya pikat' rubah bermata hijau?
Rubah bermata hijau menghadang sekelompok orang, sementara kelompok lain dihadang oleh siluman besar ular derik. Ular raksasa itu hanya malas-malasan melingkar di depan mereka. Tapi siapa yang berani melangkah melewati 'batasan petir', akan dihadapi 'roh ular kecil' yang terurai dari tubuh ular besar itu, lalu jongkok sambil mengeluh pusing!
Makhluk ini, sebagai siluman pun masih mengandung racun seperti roh beracun yang ditinggalkan Guru leluhur?
Yang paling lucu adalah Xuan Gui. Ia langsung melompat ke belakangku dan Kak Cheng Xin, tubuhnya mengembang tanpa batas hingga menjadi seperti tembok yang menghalangi kami!
Tapi, aku masih merasakan hela nafasnya yang samar, kira-kira seperti itu perasaannya.
Cuma dengan makhluk-makhluk ini saja sudah bisa menghadang mereka. Buat apa aku berdiri di sini? Buat apa?
Dendam yang begitu besar, getarannya begitu kuat sampai aku dan Kak Cheng Xin hanya bisa tersenyum pasrah. Empat siluman besar dalam kondisi puncak benar-benar luar biasa!
"Akhirnya, kami berbalik dan berjalan menuju pintu gerbang itu dengan tenang. Seharusnya tidak ada halangan lagi kali ini?"
Namun tak disangka, dari belakang terdengar teriakan marah Arwah Tua Wu: "Kau berani memanfaatkan situasi keruh! Sudah ratusan tahun aku mengingat baumu! Jangan harap bisa lewat!"
Ada apa sebenarnya? Dalam pengawasan ketat seperti ini, musuh Arwah Tua Wu juga berhasil menyusul?
Aku dan Kak Cheng Xin hampir bersamaan menoleh. Kami melihat Arwah Tua Wu yang terlihat gila, dalam sekejap telah sepenuhnya berubah menjadi hantu jahat! Energinya terus meningkat, mati-matian menghadapi roh yang seluruh tubuhnya terbungkus jubah hitam!
Jubah hitam itu hanyalah ilusi, bukan wujud nyata. Detail kecil itu tidak penting. Yang utama, kami langsung paham siapa dia - dialah kultivator jahat yang menjadi musuh Arwah Tua Wu!
"Cari mati!" si kultivator jahat mendesah. Tiba-tiba seluruh tubuhnya berubah menjadi kepala hantu raksasa yang menyambar untuk menelan Arwah Tua Wu!
Inikah ritual rahasia sekte kultivator jahat? Tak sempat berpikir panjang, aku berteriak: "Si Bodoh!"
Tapi terlambat. Dalam sekejap, kepala hantu itu sudah menelan Arwah Tua Wu! Ekspresi wajahku langsung berubah. Arwah Tua Wu...
Kak Cheng Xin mundur selangkah sambil berteriak: "Tidak! Ini mustahil!"
Secara lahiriah, Kak Cheng Xin dan Arwah Tua Wu terlihat saling tidak menyukai, namun mereka yang paling lama menghabiskan waktu bersama. Kak Cheng Xin memiliki ikatan emosional yang dalam dengan Arwah Tua Wu.
Tidak hanya Kak Cheng Xin, saat ini bahkan aku pun tidak rela menerima kenyataan ini - bagaimana mungkin Arwah Tua Wu bisa menghilang dengan begitu mudah? Arwah tua yang penakut namun setia, cerewet namun humoris, cerdik tapi juga linglung itu lenyap begitu saja?
Kami sama sekali tidak menyadari wajah kepala hantu itu menunjukkan kepedihan yang aneh. Si Bodoh baru saja memadamkan satu kepala hantu, dan kini buru-buru menerjang ke arah sini!
"Aku ingin kau mati! Untuk kakak-kakakku yang mati penuh ketidakrelaan!" Di puncak keputusasaan kami, tiba-tiba terpancar pikiran Arwah Tua Wu. Namun sebelum aku dan Kak Cheng Xin sempat bergembira, kami melihat kepala hantu itu mulai bergelombang dalam kesenyapan!
Seketika aku tersadar - Arwah Tua Wu sedang meledakkan dendam yang terkumpul! Lebih tepatnya, ia memadatkan dendam lalu menggunakan dendam itu untuk membakar kekuatan jiwanya sendiri, bersiap untuk pertaruhan akhir dengan musuhnya!
Ledakan roh terjadi tanpa suara!
"Tidak, Lao Wu! Kami yang seharusnya membalaskan dendammu!" Teriakku, namun segalanya sudah terlambat. Kami hanya bisa menatap tak berdaya saat kepala hantu itu terpecah-belah oleh energi hitam, menyisakan siluet yang rusak terjatuh.
"Kepala hantu itu menyatu kembali, berubah menjadi sosok manusia yang lemas melayang di udara, berkata dengan kebencian yang mendalam: 'Tak kusangka, saudara bodoh itu tahun lalu, berani mencariku balas dendam?! Aku ternyata memotong rumput tapi tidak mencabut akar!'"
Tapi tak ada waktu baginya untuk bicara lagi. Si Bodoh yang menerjang menyambar tubuh roh itu dengan cakarnya, menelannya tanpa ampun!
Aku tak merasa iba. Meski makhluk yang baru saja mati ini dulunya dianggap 'Makhluk Agung' di komunitas praktisi spiritual, bahkan bertahan sebagai hantu yang bertapa selama ratusan tahun dengan sisa roh, cara kematiannya tak beda dengan hantu biasa.
Pembalasan beruntun. Meski Si Bodoh yang akhirnya memusnahkannya, kunci sebenarnya tetap pada Arwah Tua Wu. Dialah yang menghabisi musuhnya sendiri, melampiaskan dendam terpendam ratusan tahun.
Hampir bersamaan, aku dan Kak Cheng Xin berlari ke arah Arwah Tua Wu!
Saat ini Arwah Tua Wu juga terbaring lemas di tanah, kondisinya jauh lebih parah dari musuhnya. Tubuhnya tampak 'compang-camping', wujud rohnya bahkan tak bisa mempertahankan bentuk manusia utuh, terlihat samar dan tidak lengkap.
"Dia... si gerombolan sialan itu... masih... masih ingin... menyamar... memanfaatkan situasi keruh... masuk, aku... langsung... langsung... menemukannya! Bisa... biarkan dia lewat...? Tidak... tidak mungkin! Aku... aku bisa tenang..." kata Arwah Tua Wu terputus-putus.
Entah mengapa, hidungku mulai terasa pedih. Aku tiba-tiba menginterupsi Arwah Tua Wu dan berteriak keras, "Kau mau menutup mata untuk apa? Kau baik-baik saja! Jangan bersuara, hemat tenaga, kami akan menyelamatkanmu!"
Arwah Tua Wu menatapku dan Kak Cheng Xin dengan mata penuh hasrat. Jelas, ia tak ingin hancur lebur. Ekspresi Kak Cheng Xin sangat serius. Tanpa berkata-kata, dia mengeluarkan beberapa botol dan guci dari tasnya, menaburkan serbuk obat ke tubuh Arwah Tua Wu.
Beberapa serbuk lainnya dibakarnya, menggunakan asap tipis itu untuk mengasapi tubuh roh Arwah Tua Wu!
Akhirnya kondisi Arwah Tua Wu tidak terus melemah. Keadaannya stabil. Kak Cheng Xin melarangnya berbicara. Dia menuangkan bubuk obat ke dalam guci pengembang roh, lalu memasukkan Arwah Tua Wu ke dalamnya.
Kulihat Kak Cheng Xin yang masih tampak serius, bertanya, "Apa masih bisa diselamatkan?"
Kak Cheng Xin akhirnya menghela napas getir, "Untuk sementara tidak akan hancur lebur. Tapi soal menyembuhkan... Aku tidak yakin. Bahan-bahan herbal yang dibutuhkan juga tidak ada."
Apakah nasib Arwah Tua Wu sudah seperti ini? Tidak!
Aku menatap pintu gerbang yang memancarkan aura purba itu, tiba-tiba berkata, "Ayo kita masuk. Mungkin ada jalan keluar di dalam."
Guruku, apakah dia masih di dalam? Guru leluhur berkata jawabannya ada di makam! Akhirnya kita harus memasuki tempat ini!
