Mau apa? Apa harus kuberitahu bahwa diriku sedang murka? Tentu tidak. Kecuali Chen Cheng Yi tahun ini bukan awal 30-an tapi awal 20-an, mungkin baru akan kulakukan.
"Kalau begitu, aku nekat berdiri ke depan dan berkata kepada si besar itu: 'Kau berani duel satu lawan satu? Kalau menang, kami akan menunggu teman di sini. Setelah kami temukan cara, kami bisa pergi dengan bebas. Berani tidak?'"
Si besar itu sepertinya suka bersenandung, dia mengeluarkan suara 'hng' lagi lalu berkata: "Kalau kalah, akan kusobek kalian berdua. Oke? Kalian manusia sombong karena anugerah Langit, mengaku makhluk paling mulia di antara segala ciptaan. Membunuh kalian dianggap dosa. Tapi kalian makan daging hewan, minum darah hewan, itu bukan dosa? Hari ini kalau kalah, aku sengaja akan menyobek kalian."
Apa maksud omongan si besar ini? Aku bisa merasakan kebencian yang kuat terhadap manusia! Dari sudut pandangnya, mungkinkah dia siluman?
"Apa kau kultivasi siluman?" Kak Cheng Xin mengerutkan alis. Dia tahu aku tidak gegabah, tapi sengaja memancing amarah si besar dengan kemarahan untuk mencari celah. Tapi ucapan si besar ini terlalu aneh.
Tapi kalau dia siluman yang sudah mencapai tingkat transformasi seperti ini, pasti lebih kuat dari empat siluman besar. Kenapa kami tidak merasakan aura energinya?
"Mau tahu? Setelah kusobek kalian, akan kuberitahu." Si besar itu melangkah mendekatiku.
"Yakin bisa? Bisa tipu dia seperti waktu menipu orang di pasar hantu?" Menghadapi si besar yang makin mendesak, Kak Cheng Xin berbisik di telingaku.
Aku berbisik: "Tidak tahu. Soalnya kita tidak tahu kemampuan asli makhluk ini. Tapi ini satu-satunya kesempatan kita."
Memandangkan pertarungan ini sudah tak terelakkan, Xiao Xi dan Xiao Mao menggeliat kesakitan. Mereka berhenti membungkuk hormat pada para pemakai topeng itu, dan dengan tegas memilih berdiri di belakang kami.
Ini membuatku tersentuh. Seperti pemahamanku sejak awal, begitu manusia dan hewan (perasaan siluman juga berakar dari emosi binatang) membangun ikatan, mereka akan benar-benar setia. Seperti saat kau merawat kucing/anjingmu dengan tulus, mereka akan membalas dengan ketulusan yang tak berubah, bahkan lebih.
Kini kusadari, perkataan si pemakai topeng bertubuh besar itu mungkin benar. Manusia selalu egois, mengutamakan kepentingan dan perasaan diri sendiri, tak menghargai alam semesta, bahkan menginjak-injak perasaan makhluk lain. Kitalah yang seharusnya malu!
Pikiranku melayang-layang. Kak Cheng Xin tetap diam. Jika ada kesempatan di depan mata, kita harus nekat mencoba. Jika gagal, baru cari cara lain. Keturunan Lao Li memang memiliki semangat nekat tak peduli konsekuensi.
"Li Xiong, kembali! Kita tidak membuat pembunuhan. Ini kesepakatan sekaligus menguntungkan kita. Sudah berapa kali kuperingatkan, kenapa kau terus tertipu manusia?" Tiba-tiba si pemakai topeng pendek yang selama ini diam itu bersuara.
Mendengar itu, aku dan Kak Cheng Xin langsung seperti balon kempes. Pikiran pertama kami: tamat, rencana kita ketahuan.
Orang bertopeng yang pendek itu benar-benar licik, bahkan sedikit pun kesempatan tidak diberikan kepada kami. Si jangkung yang memiliki semangat 'bego' yang tidak takut langit maupun bumi, tak mau mendengar bentakan si kakek, malah berhenti melangkah, berbalik sambil berkata: "Leluhur, aku..."
"Kembali!" Orang bertopeng pendek itu sama sekali tidak memberi kesempatan menjelaskan, membentaknya keras-keras, lalu berkata: "Bawa mereka pergi. Jika melawan, bawa paksa!"
Ekspresi wajahku dan Kak Cheng Xin langsung berubah. Si kakek ini ternyata benar-benar bijak, sekali tebas habis semua masalah, tak memberi celah sedikit pun. Bujukan halus tak mempan, langsung bawa paksa. Inilah wibawa sejati yang tak boleh dipertanyakan.
Tapi apakah aku dan Kak Cheng Xin akan diam saja dibawa? Tentu tidak. Kami juga sudah siap bertarung habis-habisan. Alasan kami menolak dibawa adalah karena belum bertemu Ruxue, apalagi mustahil tinggal di sini seumur hidup!
"Leluhur Rubah Bijak, mereka temanku." Saat ketegangan memuncak, suara tenang tiba-tiba menyela. Ekspresiku langsung berubah karena suara itu adalah suara Ruxue.
Tapi bagaimana mungkin Ruxue mengenal kelompok bertopeng ini? Aku heran memandang Ruxue, sekaligus merasakan duka yang tak tertahan. Pertemuan di sini berarti saat perpisahan kami semakin dekat.
Apapun yang kupikirkan, ucapan Ruxue jelas berpengaruh pada si kakek. Ia melirik Ruxue, memberi salam aneh padanya, lalu berteriak: "Hentikan!"
Orang-orang bertopeng yang mengerumuni seketika menghentikan langkah. Aku langsung berlari ke depan Ruxue, tanpa berpikir langsung menggenggam tangannya. Seribu pertanyaan ingin kulumahkan, tapi sejenak tak satu pun terucap.
"Leluhur Zhihu, mereka bukan hanya temanku, tapi juga anggota sekte dan keturunan orang itu. Selain itu..." Ruxue membiarkan tanganku menggenggamnya, sambil menjelaskan pada sang leluhur. Tiba-tiba ia menyentak cakar harimau yang selalu menggantung di leherku, "Dan, apakah kau mengenali ini? Dialah tuan simbiosis dari itu!"
"Apa?!" Leluhur Zhihu mundur beberapa langkah. Kemudian ia melakukan gerakan yang tak kuduga – tiba-tiba berlutut dihadapanku dan mulai melakukan ritual aneh.
Melihat leluhur bersikap demikian, orang-orang bertopeng pun ikut berlutut, mulai melakukan ritual ganjil terhadapku.
Aku sama sekali tak mengerti apa yang terjadi. Awalnya mereka penuh permusuhan, mengapa tiba-tiba harus berlutut seperti ini?
Aku memang begitu sifatnya. Jika orang lain bermusuhan, tak segan aku bersikap kasar. Tapi bila dihormati dengan kebaikan hati, rasanya tak tega membalas. Ritual mereka justru membuatku malu, hingga gagap berkata: "Ka...kalian...ja...jangan berlutut! Ini..."
Begitu aku selesai bicara, Rubah Bermata Hijau segera berdiri sambil berkata, "Anda bilang tidak usah berlutut, mana berani kami terus berlutut. Anda adalah Pemilik Simbiosis Tuan Harimau, berarti tuan kecil kami. Perintah Anda adalah perintah."
Aku terpaku. Harimau bodohku sehebat ini? Kalau aku bilang saudara seperguruan dari aliran kami akan bersimbiosis dengan rubah muda, ular imut, dan kura-kura pemalas, apa mereka akan gila?
Ruxue hanya tersenyum melihat keluguanku, lalu menjelaskan, "Sebenarnya, keempat tuan kecil kalian akan menjadi Roh Simbiosis aliran mereka. Mereka kan murid leluhur itu. Leluhur mereka punya lima murid. Dia adalah shixiong-nya, mungkin akan bersimbiosis dengan Tuan Rubah Bermata Hijau."
Ruxue sedang membicarakan Kak Cheng Xin. Usai bicara, orang-orang bertopeng itu ribut-ribut mau berlutut ke Kak Cheng Xin. Jarang-jarang dia sampai memerah wajah, sambil geleng-geleng, "Jangan, jangan! Aku paling tidak nyama kalo orang berlutut."
Hasilnya, jawaban yang diterima sama: "Perintah tuan kecil adalah perintah."
Ini sebenernya gimana sih? Kepalaku pusing tujuh keliling. Kak Cheng Xin juga bingung. Bahkan Xiao Xi dan Xiao Mao ikut beku!
Setelah hening sejenak, Kak Cheng Xin tiba-tiba bertanya pelan, "Kalian ini sebenernya siapa? Kok bahasanya kayak ngomongin diri sendiri bukan manusia?"
Kali ini, menghadapi pertanyaan Kak Cheng Xin, para pemakai topeng itu bertindak tegas. Terutama si badan besar yang sejak awal memendam permusuhan terhadap kami, ia langsung membuka topengnya tanpa basa-basi.
Kemudian, satu per satu orang-orang bertopeng itu melepas topeng mereka!
Melihat wajah-wajah di balik topeng itu, meski sudah biasa melihat berbagai hal, aku dan Kak Cheng Xin tak bisa menahan teriakan kaget. Hal ini membuat kami merasa malu. Kak Cheng Xin buru-buru menjelaskan: "Kami tidak bermaksud apa-apa, hanya saja..."
"Aku tahu!" Elder Rubah Bijak mengenakan kembali topengnya, lalu berkata: "Siapapun yang melihat kami pasti akan bereaksi seperti ini, termasuk mereka yang dulunya memiliki ikatan darah paling dekat dengan kami. Siapa yang bisa menerima penampilan kami? Hehe, manusia normal tapi memiliki wajah mirip binatang buas atau ciri khas hewan yang mencolok, siapa yang bisa menerima?"
Aku dan Kak Cheng Xin terdiam.
