Di sini ada dua coretan tulisan yang sangat kukenal. Satu adalah tulisan Guru Leluhur, satunya lagi ternyata tulisan Guruku!
Guruku pernah datang ke sini?!
Aku hampir berlari mendekati coretan-coretan itu, diikuti erat oleh Kak Cheng Xin. Energi spiritual yang meluap di ruangan hening ini membuat kami agak tidak nyaman, seperti analogi manusia yang harus makan. Sepiring nasi mungkin tak terlihat apa-apa, tapi jika kau dikubur dalam tumpukan nasi dan dipaksa memakannya, beranikah kau? Tidakkah itu menyiksa?
Namun menahan ketidaknyamanan ini, kami tetap tak mau melewatkan satu pun huruf di sini.
Pertama kubaca tulisan yang ditinggalkan Guru Leluhur. Meski ditulis dalam bahasa klasik, banyak bagian yang tak dapat kami pahami.
Secara spesifik, catatan Guru Leluhur terbagi menjadi dua bagian.
Bagian pertama sepertinya ditulis sangat lama, menceritakan pengembaraannya ke seluruh penjuru dan legenda Makam Naga yang akhirnya benar-benar ia datangi! Di sini, Guru Leluhurku justru merenung bukan tentang cara menjawab Kunlun atau membawa tulang naga, melainkan sebuah teka-teki lama yang akhirnya terpecahkan. Jawabannya: pelimpahan ilmu Kunlun di era Dinasti Ming seharusnya menjadi yang terakhir, tapi sekaligus bukan akhir. Ini karena waktu dan dimensi tidak mengalir lurus seperti yang kita bayangkan, melainkan seperti lingkaran yang paralel! Singkatnya, pelimpahan ilmu Kunlun itu sejajar dengan beberapa era, namun tetap menjadi penutup sebelum segalanya berakhir. Akhirnya ia paham, keberadaan naga purba ini menjadi bukti, empat siluman besar di luar juga bukti, serta catatan sejarah yang samar-samar itu - tampak gemilang namun sebenarnya kosong - semuanya menjadi saksi.
Di sini, Guru leluhur sengaja meninggalkan beberapa karakter bertanda tanya: Xia? Shang? Perang Pergantian?!
Aku dan Kak Cheng Xin saling memandang bingung. Kami mengakui kami sama sekali tidak mengerti - garis lurus apa, lingkaran, paralel? Lalu apa maksud "akhir yang bukan akhir"? Atau mungkin, apa yang didapat Guru leluhur telah menyentuh Hukum lapisan itu, secara alami di luar pemahaman kami.
Tapi satu-satunya yang bisa kami pahami adalah setiap karakter tulisan Guru leluhur saat itu penuh semangat, juga mengandung kebanggaan diri! Perasaan "Santun menghadapi dunia, hanya mengejar Tao"! Kami langsung menilai, ini mungkin tulisan Guru leluhur dari masa sangat lampau, saat itu mungkin belum ada keturunan Lao Li, yang ada hanya Lao Li sendiri!
Bagian ini tidak kami pahami dan tidak bisa kami renungi, hanya bisa terus membaca. Di paragraf berikutnya, Guru leluhur masih menggunakan nada riang bebas: "Dengan nekat mendekati bangkai naga (kenapa nekat? Apakah Ruxue dalam bahaya? Membaca sampai sini, aku tak tahan melirik Ruxue yang tetap tenang), ditemukan bahwa semua pemikiran orang ternyata salah. Selain itu, dia juga menemukan hal menarik: Naga pun memiliki tulang melintang yang menyimpan sisa roh."
Bukankah ini sama persis dengan rubah muda? Tapi bagaimana ini?
Aku dan Kak Cheng Xin seolah masuk ke dalam permainan tebak-tebakan raksasa, tak sabar untuk membaca kelanjutannya. Guru leluhur mencatat bahwa ia akan membawa sisa roh itu dengan cara berbeda ke Kunlun, mungkin ini cara yang layak! Ini seratus kali lebih bermakna daripada membawa sisa jasad! Yang tidak seharusnya ada di dunia fana, janganlah dipertahankan. Selain itu, dia adalah bagian dari sebab, Naga adalah bagian dari akibat. Membawanya kembali adalah hal yang paling alamiah.
Terakhir, Guru leluhur menulis: Keberadaan Naga sebenarnya tak istimewa. Dunia fana punya Naganya sendiri, Kunlun punya Naganya, tempat lain juga punya Naga masing-masing. Kadang terjadi persilangan takdir, namun jangan terobsesi!
Ini maksudnya apa? Jika bukan Guru leluhur kami, kami pasti mengira ini ucapan orang gila. Masak Naga dibagi kelas-kelas? Sayangnya, posisi kami berbeda dengan Guru leluhur, pandangan kami terhadap dunia pasti tak sama.
Kami menghormati dan menjunjung tinggi. Meski tak memandang dunia dengan sikap yakin, kami lebih memilih keraguan daripada penolakan. Ini adalah sikap pertama yang kami pelajari sejak bergabung!
Jadi, meski tertegun dan tak paham, kami berusaha menerima catatan Guru leluhur ini. Walau tak mendapat jawaban, setidaknya kami yakin: Pertarungan Ilmu Penyatuan Roh memang unik pada aliran Lao Li, tidak menutup kemungkinan diciptakan di sini oleh Guru leluhur.
Karena, kami telah menyentuh sebuah fakta—Guru Leluhur membawa roh naga!
Catatan bagian pertama berakhir di sini. Aku dan Kak Cheng Xin yang sudah sedikit tenang, kemudian melihat ke bagian selanjutnya.
Begitu melihat bagian berikutnya, kami agak kurang adaptasi. Awalnya Guru Leluhur menggunakan tulisan klasik untuk mencatat semuanya, namun bagian selanjutnya berubah menjadi bahasa vernakular. Guru Leluhur ini benar-benar...
Kami juga tidak menemukan kata sifat yang tepat, tapi dalam hati mengerti bahwa catatan ini mungkin adalah kejadian baru-baru ini yang menyimpan beberapa jawaban. Kami pun segera membacanya dengan penuh semangat.
Inti bagian ini adalah: Setelah lama mengembara di dunia fana (pernah kembali (pernah kembali?! Aku dan Kak Cheng Xin terpaku, apa yang sebenarnya bisa dilakukan Guru Leluhur?) Baru kemudian menyadari ada penyesalan tersisa di hati—belum menurunkan ilmu, yang berarti menyia-nyiakan karma. Juga melihat dunia sungguh telah mencapai banyak persimpangan, masa depan yang tak berani dia prediksi atau hitung! Namun dia benar-benar merasakan welas asih yang melawan takdir itu. Dia ingin menerima murid! Lalu dia pun menerima murid, tapi menemukan fakta mengejutkan. Sayangnya dia tak bisa berbuat apa-apa lagi. Terburu-buru datang ke tempat ini, meninggalkan siluman untuk keturunan. Mengambil atau tidak, generasi mana yang seharusnya mengambil—itu sudah di luar kendalinya. Semua bergantung pada takdir.
Catatan Guru leluhur ini menceritakan tentang apa? Fakta mengejutkan apa? Apakah dia sengaja membuat kami menebak teka-teki? Saat aku dan Kak Cheng Xin saling memandang, mata kami sama-sama memancarkan kepasrahan. Benar-benar frustasi, Guru leluhur memang selalu seperti ini - hanya menyebutkan hasil akhir tanpa mau menjelaskan alasan di baliknya. Bukankah ini menyiksa kami para keturunan?
Tapi jika Guru leluhur tak mau membahasnya, kami tak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa menahan kesabaran dan terus membaca.
Di paragraf berikutnya, Guru leluhur menceritakan beberapa hal. Pertama, konsekuensi Naga telah dia selesaikan. Meski tidak sempurna dan bangkainya tak bisa dibawa pulang, dia yakin ini hasil yang lebih baik. Kini dia akan tinggal di sini beberapa waktu untuk memperbaiki diri, lalu menggunakan Ilmu besar untuk meninggalkan sedikit peluang dan perlindungan!
Peluang dan perlindungan? Apa maksudnya? Apakah perlindungan itu seperti yang kami alami sebelum masuk makam? Lalu peluang seperti apa? Jika perlindungan itu mengacu pada pertarungan sebelum masuk makam, mengapa Guru leluhur harus menggunakan Ilmu besar? Ini jelas tak masuk akal.
Kami terus membaca dan menemukan bahwa meski peristiwa pertama diceritakan, bagian tengahnya ternyata telah dirusak! Siapa yang berani melakukan ini? Api kemarahan membara di hatiku, tapi segera kudapatkan jawabannya yang justru membuatku takut marah - ternyata Guruku yang melakukannya.
Karena, jika bagian selanjutnya dihancurkan, paragraf berikutnya mengandung makna: Peluang hanya bisa digunakan sekali. Diduga muridku Cheng Qi telah berhasil memasuki Makam Naga. Tapi tempat ini tetap harus ditutup, jangan biarkan lebih banyak orang datang mengganggu ketenangan suku ini, mengusik tidur Naga. Dia meramalkan bahwa formasi besar Makam Naga memiliki cacat, akan terbuka setiap beberapa ratus tahun. Orang-orang Kunlun mereka terus memperkuatnya. Seiring waktu, pihak yang datang belakangan akan mengira formasi semakin melemah, padahal ini ilusi palsu yang sengaja mereka ciptakan dengan meninggalkan satu titik formasi. Alam semesta ini tidak akan terbuka lagi, akhirnya akan benar-benar tersembunyi. Semua ini bukan tanpa arti, karena dia meramalkan pasti ada yang bisa mengganggu tempat ini, dan ini harus dihentikan!
Membaca bagian ini, aku dan Kak Cheng Xin dalam hati berseru lega. Tanpa menggunakan ilmu Zhongmao untuk memanggil Guru leluhur, mungkin kami takkan bisa masuk ke tempat ini. Jika memaksa Ruxue menggunakan ulat untuk membuka makam dengan kekerasan, pasti akan merusak beberapa bagian di sini, malah bertentangan dengan maksud Guru leluhur.
Lalu siapa yang bisa mengganggu tempat ini sampai perlu banyak orang hebat dari Kunlun untuk memperkuatnya? Aku dan Kak Cheng Xin kembali kebingungan, tetap tak mengerti!
Mengenai perlindungan yang harus dihancurkan, maksudnya agar keturunan tidak terlalu bergantung setelah mengerti. Penjelasan Guru leluhur ini sangat sederhana! Tapi kami tetap tak bisa menahan diri untuk bertebak-tebak, sayangnya otak kami sampai panas tetap tak paham apa sebenarnya maksud Guru leluhur!
Jadi, kami hanya bisa terus membaca karena masih banyak teka-teki yang belum terpecahkan di hati, seperti mengapa Guruku tiba-tiba muncul?
