Kami berbalik serentak. Seketika kami tahu suara tawa itu bukan dari manusia - suara manusia berasal dari pita suara yang bergetar, punya substansi. Tawa melayang ini hanya punya satu kemungkinan: suara hantu!
"Ini mungkin agak konyol. Dua penerus Aliran 'Gunung' bertemu hantu di gua ini. Meski tanpa alat ritual, jimat, atau peralatan bantu, kami seharusnya tak perlu takut."
Setelah melewati kepanikan awal, aku dan Xiao Chengqian malah jadi tenang. Kami berbalik tegas untuk melihat langsung makhluk di belakang. Saat itu juga, di tempat yang sengaja kutaruh senter, terlihat sesosok 'manusia' tergeletak menatap kami sambil tersenyum.
Kami berdua sebenarnya tidak takut pada hantu. Tapi ekspresi wajah langsung berubah saat melihat penampilannya yang aneh. Entah kenapa, proporsi tubuhnya terasa tidak seimbang - kepalanya terlihat terlalu besar.
Namun detailnya sulit dilihat. Sosok yang 'tergeletak' itu tak memiliki anggota badan. Di tempat seharusnya ada tangan-kaki, terlihat darah segar mengalir ke tanah, seolah baru saja dicabik.
Meski begitu, 'itu' dengan gigih merayap mendekati kami. Senyuman aneh tetap melekat di wajahnya...
"Ini mungkin korban?" Wajah Xiao Chengqian sempat pucat melihat kondisi mengerikannya, tapi cepat pulih. Dengan tangan menyilang di dada, dia berkata tenang padaku.
“Tanpa pakaian apapun, mempertahankan momen dendam terkuat sebelum mati, ternyata roh penasaran tak terurai di dalam gua ini, itu memang korban.” Aku juga dengan posisi sama, menjawab Xiao Chengqian dengan tenang.
Jika orang biasa melihat pemandangan ini, mungkin sudah pingsan ketakutan. Taoist biasa mungkin akan memilih melarikan diri. Yang bisa ber-transformasi 'hidup dan konkret' seperti ini hanyalah hantu dendam, sulit ditaklukkan. Tapi aku dan Xiao Chengqian santai saja, mulai berdiskusi dengan tenang.
Makhluk halus semacam hantu, semakin tenang dan tak takut kau menghadapinya, semakin kecil kesempatannya memanfaatkanmu. Jika bukan 'kreditur'-nya, kemungkinan dibunuhnya sangat-sangat kecil.
Melihat kami tak tergoyahkan, kilatan kebencian mendapur muncul di mata hantu dendam itu, meski kami sama sekali tak ada hubungan dengan orang yang membunuhnya.
Tapi kebencian ini bisa kumengerti. Karena sudah jadi hantu dendam, tindakannya pasti ekstrem, memandang dunia dengan kacamata 'kebencian'. Jika kau tanya apa yang paling diinginkan hantu dendam, dengan yakin kujawab 'nyawa'. Karena mereka tak punya, maka mereka membenci segala kehidupan yang masih bernapas segar, bersuhu tubuh hangat.
Inilah sifat manusia yang terukir dalam jiwa: yang tak pernah didapat selalu menggoda? Jadi hantu pun sama!
"Hantu dendam masih bisa dihadapi, masih punya sedikit rasionalitas, masih bisa menerima 'batasan' dari Langit, cuma dendamnya terlalu besar. Jika makhluk ini adalah Hantu jahat, jenis seperti Li Fengxian, aku dan Xiao Chengqian mungkin harus bertindak."
Dibandingkan denganku, Xiao Chengqian memang lebih gegabah. Ia menarik napas dalam, menutup mata sejenak, lalu saat membuka kembali, energi sebagai penganut Taoisme secara alami terpancar. Tidak ada praktisi Tao sejati yang tidak melatih seni metafisik atau teknik neidan yang bagi ku terasa terlalu 'abstrak'. Bertahun-tahun bertapa, tingkat meditasi kami mungkin dianggap remeh oleh Makhluk Agung masa lalu, tapi jika energi yang terkumpul ini tak bisa menekan hantu, maka semua latihan sia-sia belaka.
Maka saat ini Xiao Chengqian melepaskan Aura Energi-nya tanpa ragu. Dengan gerakan segel tangan sederhana, mata hantu dendam itu langsung berkedip ketakutan, bahkan mulai menunjukkan keinginan mundur.
"Pikiran kami sebenarnya tidak tertuju padamu. Tidak menemukanmu pun tidak masalah, tapi kau malah sengaja menakut-nakuti dan melampiaskan dendam. Kalau tidak ketahuan ya sudah, tapi begitu ketahuan, jangan harap bisa kabur!" Ujar Xiao Chengqian dengan wajah serius, persis seperti praktisi spiritual yang menjalankan keadilan Langit, siap membasmi semua benda jahat di dunia fana.
Hanya aku yang tahu, dasar si nak ini terlalu banyak 'dicuci otak' oleh organisasi. Konsep baik-jahat tak punya daya ikat di hatinya. Jalan spiritualnya selama ini lebih condong ke 'Aku' yang ekstrem - hanya ada tujuan akhir, tanpa cabang atau pilihan lain.
Aku tidak berpikir si nak ini tiba-tiba menjadi penuh kebajikan. Dia punya tujuan tertentu.
Jadi, aku diam-diam mengamati dari samping. Sebenarnya saat ini, aku sudah merasakan bahwa di dalam gua ini selain yang di depan kami, ada setidaknya 4 entitas sejenis.
Aksi Xiao Chengqian ini membuat 4 hantu dendam lainnya ikut muncul. Semuanya berwujud 'mengerikan tak tertahankan', berbaris di hadapan kami. Tapi di bawah tekanan mutlak, mata mereka tak berani memancarkan kebencian, malah menunjukkan wajah penuh penderitaan.
Aku mengusap dagu, hati bertanya-tanya: Bagaimana mungkin manusia tanpa anggota badan bisa menderita seperti ini? Dari penampilan mereka, sepertinya anggota badan mereka dicabut dengan kasar lalu dibiarkan mati di sini. Kematian semacam ini sangat menyakitkan. Mengapa hanya menjadi hantu dendam, bukan menjelma jadi hantu jahat? Kekuatan apa yang menekan mereka?
Saat aku masih memikirkan ini, Xiao Chengqian sudah mulai bicara: "Apakah kalian ingin mendapatkan ritual pelepasan arwah? Merasakan dendam yang melilit tentu tidak nyaman?"
Kelima hantu itu serentak mengangguk. Aku kembali menemukan masalah: Jika jumlah kerangka di sini sekitar 7-8, mengapa hanya ada lima hantu dendam?
Saat ini, bahkan orang bodoh pun bisa tahu tujuan Xiao Chengqian. Kuucapkan: "Mengadakan ritual pelepasan untuk kalian tidak masalah, tapi setidaknya beri tahu kami apa yang terjadi di sini?"
Xiao Chengqian memandangku dengan pandangan persetujuan. Hal-hal di dalam gua ini terlalu aneh, ditambah kemungkinan besar ini adalah tempat yang kami cari. Untuk sementara kami belum menemukan petunjuk berharga apapun, sementara menaruh harapan pada mereka (koloni ulat) justru merupakan ide yang bagus.
Lagipula, melakukan ritual pelepasan arwah untuk hantu-hantu dendam yang malang ini memang merupakan maksudku yang sebenarnya.
Menghadapi syarat yang kuajukan, raut wajah penuh penderitaan dari lima hantu dendam itu semakin jelas. Pada detik berikutnya, gua mulai tampak buram, lalu dalam pandangan kami (Xiao Chengqian dan aku) tiba-tiba menjadi terang...
Aku dan Xiao Chengqian tidak melawan. Kami tetap mempertahankan kondisi setengah sadar yang dipengaruhi oleh hal ini, menerima segala sesuatu yang bisa dikatakan terlihat oleh mata maupun muncul di dalam pikiran.
Ini merupakan hal yang cukup luar biasa, karena aku belum pernah bertemu hantu dengan 'kendala bahasa yang begitu parah'. Xiao Chengqian mungkin juga merasakan hal yang sama, sehingga memilih cara yang cukup 'berisiko' ini.
Sejak Xiao Chengqian mulai berdialog dengan makhluk halus ini, kami langsung menyadari masalahnya. Bahasa yang disampaikan makhluk itu ke pikiran kami ternyata hanya suara 'ngoceh tak jelas' yang sama sekali tidak bisa dipahami. Untungnya komunikasi antara manusia dan hantu lebih mendekati pertukaran kesadaran dan perasaan, sehingga kami bisa merasakan dengan jelas emosinya serta beberapa maksud sederhana yang ingin disampaikannya - sama seperti kemampuannya memahami maksud kami meski tak bisa berkomunikasi dengan bahasa kami.
Sekarang kami telah mengajukan syarat, untuk mengetahui apa yang terjadi di gua, mereka hanya bisa menggunakan cara ini, seperti metode 'memberi mimpi', menampilkan secara langsung peristiwa dalam 'kenangan' mereka di depan mata kami. Namun dibandingkan memberi mimpi, metode ini jelas lebih menghabiskan kekuatan jiwa.
Sedangkan aku dan Xiao Chengqian harus sepenuhnya melepaskan benteng jiwa, baru bisa menerima komunikasi semacam ini.
Jadi, ini adalah metode yang berbahaya, memberikan 'pembatasan' besar bagi kedua belah pihak. Namun beruntung, aku dan Xiao Chengqian yakin akan semua ini.
Demikianlah, kami terjerat dalam 'mimpi' khusus, hanya mempertahankan secercah kejernihan di dasar hati, bagaikan dua penonton yang tiba-tiba berada di dalam gua terang benderang dalam mimpi itu.
Setelah sepenuhnya beradaptasi, akhirnya kami dan Xiao Chengqian bisa melihat jelas seluruh isi gua. Namun hanya dengan sekali pandang, hati kami langsung terguncang - tak menyangka pada pandangan pertama saja sudah menyaksikan pemandangan 'menggetarkan' seperti ini.
Sebab di dalam gua saat ini, di empat sudut timur-barat-utara-selatan berkobar api unggun menyala-nyala, menerangi seluruh gua. Di tengah area yang dikepung api unggun itu, ternyata ada sekelompok orang sedang bersujud!
Sekelompok orang yang aneh!
Mereka memakai topeng perunggu yang tampak menyeramkan, meneriakkan bahasa aneh, saat ini sedang bersujud menghadap arah kolam air di gua!
Apa yang sedang mereka lakukan ini? Siapa identitas kerumunan ini? Saat itu, sedikit kejernihan dalam hatiku hampir goyah, aku menyadari kembali 'beruntung' terjerat dalam teka-teki baru!
