Tapi aku tak sempat merenung lagi karena monster di belakang sudah sangat dekat. Jika terus lari seperti ini, dalam hitungan detik kami pasti akan disusul.
Xiao Chengqian sudah menyambar tumbuhan ungu dari tanganku. Karena panik, hanya separuh yang berhasil diambilnya. Tanpa pikir panjang, ia langsung berbaring seperti huruf besar di tanah, kaki terbuka lebar, tangan terlipat di belakang kepala menempel erat di permukaan.
Sambil melakukan gerakan itu, Xiao Chengqian berteriak padaku: "Masih ngomong apa? Tiru yang kulakukan!"
Aku tak berani menunda. Segera meniru gerakan Xiao Chengqian seperti menjiplak lukisan. Kami berdua menyelipkan tumbuhan ungu di punggung, lalu berbaring seperti huruf besar di tanah.
Saat itu juga, monster itu sudah menyusul. Melihat posisi kami, matanya jelas menunjukkan kebingungan. Tanpa alasan jelas, ia mulai berputar-putar mengelilingi kami.
Aku sangat bingung dengan gerakan monster ini, berbisik pada Xiao Chengqian: "Apa yang kau lakukan sebenarnya?"
Xiao Chengqian juga membalas berbisik: "Bukan apa-apa. Makhluk ini mirip ular piton sekaligus berbisa, menurutku juga mirip ikan. Aku memanfaatkan kebiasaannya. Aku bertaruh dia tidak punya taring beracun."
Tidak ada taring beracun, seharusnya memang tidak. Kalau punya, di dalam air dia pasti akan menggigitku sampai mati dengan racun, bukan menggunakan cara mencekik seperti ular piton. Memikirkan ini, aku berbisik: "Dia tidak punya taring beracun, kan?"
'Gemuruh!' Monster itu tiba-tiba menempelkan wajahnya di depan Xiao Chengqian. Bau busuk tak terkatakan memenuhi hidung, membuatnya hampir muntah. Tapi dia tetap diam, wajahnya memerah membara, tak bisa bicara lagi denganku.
Monster itu sepertinya sedang mengamati Xiao Chengqian. Setelah beberapa saat, mungkin merasa bosan, 'gemuruh!' Kepala besarnya berputar ke arahku. Bau busuk yang sama menerpa, membuat wajahku langsung merah padam.
Saat itu monster itu seolah kehilangan kesabaran. Mulutnya menganga lebar, ingin menelan kepalaku. Tapi telapak tanganku menahan erat kepala di tanah. Sekalipun rahangnya patah, tak mungkin bisa membuka cukup besar untuk menelanku.
“Cheng Yi, jangan bergerak, apapun provokasi atau godaan yang dilakukannya, tetaplah menempel ke tanah.” Suara Xiao Chengqian menggema di telingaku. Aku menahan napas tak bisa menjawab, hanya bisa mengangguk cepat-cepat.
Terciptalah situasi kebuntuan yang aneh. Monster itu mengitari kami dalam lingkaran, jelas mengincar tanaman ungu di belakang kami. Tapi dengan tubuh kami yang menempel ke tanah tanpa bergerak, tangan memeluk kepala dan kaki terbuka, ia tak bisa menelan kami seluruhnya.
Ia mencoba mendorong tubuh kami, namun sebagai makhluk hibrida ular-ikan yang bukan babi, keterbatasan fisik dan naluri instingtif membuat upaya ini tak realistis. Untuk sementara, kami tak bisa mengalahkannya, ia pun tak bisa mengalahkan kami.
Setelah beberapa saat kebuntuan, monster itu akhirnya kehilangan kesabaran setelah semua 'ancaman' dan 'intimidasi' tak membuahkan hasil. Tiba-tiba ia menunduk dan menyambar salah satu kaki Xiao Chengqian dengan mulutnya.
Mataku membelalak, tapi Xiao Chengqian berbisik, "Jangan panik, ini adalah konsekuensi yang sudah diperkirakan. Tetap diam, tunggu sebentar lagi."
Maka, aku hanya bisa menatap tak berdaya saat ular raksasa ini terus menelan Xiao Chengqian dari kaki hingga betis, paha... Ini benar-benar siksaan psikologis yang luar biasa. Melihat sahabatku ditelan hidup-hidup, beberapa kali aku hampir tak tahan. Mataku melirik ke sekeliling mencari batu besar yang pas untuk menghantam kepala ular itu. Tapi Xiao Chengqian terus mengingatkanku dengan gugup untuk tetap tenang, semuanya terkendali. Meski suaranya bergetar, nada yakinnya seolah dia berpengalaman ditelan makhluk sejenis ular.
Karena kepercayaan padanya, akhirnya aku tidak bergerak sembarangan. Detak jantungku semakin kencang. Saat monster itu hampir menelan sampai pangkal paha Xiao Chengqian, kulihat dia menahan napas. Kilatan tekad muncul di matanya sebelum tiba-tiba dia duduk membungkuk dengan gerakan cepat dan tajam, seperti pegas yang terlepas!
Suara 'krak' terdengar, mulut monster itu tiba-tiba meregang hingga batas maksimal. Matanya memancarkan ekspresi kesakitan. Tapi Xiao Chengqian yang memiliki tinggi lebih dari 1,8 meter ini tiba-tiba melipat lutut dan meringkuk menjadi gumpalan besar. Dengan lutut yang menekan rahang atas monster itu, ia membuat sang monster terjebak: tak bisa menutup mulut maupun membukanya lebih lebar lagi. Seperti terkunci oleh balok kayu raksasa di mulutnya, monster itu benar-benar tak bisa bergerak. Tanpa dukungan kepala, usaha untuk berguling pun sia-sia.
Aku terpana menatap Xiao Chengqian. Ini siasat macam apa? Masak si nak ini bisa mikirin cara begini? Xiao Chengqian yang masih bermuram durja tersenyum getir padaku: "Cheng Yi, ini benar-benar bukan pekerjaan manusia. Aku sampai nangis ketakutan tadi."
"Terus harus ngapain?" Masa iya Xiao Chengqian cuma nahan-nahan ular besar ini diam saja? Sementara aku sendiri belum sepenuhnya sadar dari keterkejutan.
"Terus mau gimana lagi? Kau bawa tumbuhan ungu itu keluar, lalu panggil bala bantuan! Kalau aku kehabisan tenaga, nyawaku taruhannya!" teriak Xiao Chengqian keras-keras.
"Sekarang hanya ada cara ini. Pada dasarnya, monster ini sejenis dengan evolusi Bupati Tua. Atau mungkin efek buah lebih rendah sedikit daripada daun (aku juga tak paham detailnya). Meski Bupati Tua memakan daun secara kebetulan, sedangkan makhluk ini tergoda memakan buah. Tapi pada akhirnya, keduanya sama-sama produk tumbuhan ungu."
Aku mengangguk "Oh", langsung mengambil tumbuhan ungu dan berlari keluar. Tapi tetap tak lupa bertanya, "Bagaimana kau bisa memikirkan metode ini?"
"Kalau pernah main ke suku pedalaman, kau pasti tahu caranya! Ini metode suku primitif pedalaman untuk menangkap ular piton raksasa. Para 'senjata' mereka kelaparan daging." Xiao Chengqian berkata dengan wajah muram.
Kelaparan daging?! Aku membayangkan bau busuk tubuh monster itu, refleks muntah-muntah. Langkahku dipercepat. Waktu sudah mepet. Dua jam lagi pasti subuh. Pergi-pulangku minimal sejam!
Tapi belum dua langkah berlari, saat hendak masuk ke lubang legenda, tiba-tiba cahaya jatuh misterius membuatku tertegun. Kukepala, kulihat obor terjatuh. Ini...?!
Mataku melotot, tapi otak bekerja cepat. Reaksi pertama: kabur! Setidaknya Xiao Chengqian di tangan manusia masih lebih baik daripada berhadapan dengan monster. Nyawanya bisa diselamatkan. Dengan kekuatan organisasi di belakangnya, mungkin masih bisa...
Namun tumbuhan ungu di tangan ini sama sekali tidak boleh jatuh ke tangan orang lain. Xiao Chengqian juga punya pemikiran yang sama denganku. Si bodoh ini bahkan terlihat sedikit bersemangat, berteriak, "Cheng Yi, kau lari cepat! Kayaknya aku sudah diselamatkan."
Diselamatkan? Aku benar-benar mengagumi cara dia berkata! Pada saat yang sama, kulihat beberapa tali terjulur dari celah itu, beberapa orang sedang menuruni dengan cepat!
Aku segera berbalik untuk lari, tapi tiba-tiba suara serak yang dingin, asing namun familiar menyusup ke telingaku: "Chen Cheng Yi, jika aku jadi kau, pasti takkan kau lari."
Dia! Jantungku tiba-tiba dipenuhi kemarahan, kepedihan yang dalam, lalu perlahan kuputar badan.
Obor yang jatuh membakar gua. Semakin banyak orang turun, dalam sekejap sudah ada belasan orang. Senter-senter kuat mereka menyinari gua terang-benderang, masih ada yang terus turun tak henti.
Setiap orang mempersenjatai diri lengkap, memegang senapan mesin ringan. Lubang laras hitam mengarah langsung padaku dan Xiao Chengqian, atmosfer tegang membeku.
Mereka juga menunjukkan kualitas tempur yang perkasa. Hanya fokus padaku dan Xiao Chengqian, sama sekali mengabaikan monster ular raksasa itu.
Mataku sedikit menyipit, identitas orang-orang ini tidak bisa kutebak. Mereka mengenakan seragam kamuflase tanpa tanda pengenal, memakai helm yang menutupi wajah, membuatku teringat pada tentara bayaran internasional yang bisa disebut sebagai penjahat. Jangan remehkan tentara bayaran ini. Beberapa memiliki kemampuan khusus, tidak mau diteliti pemerintah, dan tidak ingin dikendalikan pemerintah, biasanya memilih bergabung dengan tentara bayaran rahasia. Asalkan uangnya cukup, bahkan misi supranatural yang terdengar tidak masuk akal bagi orang biasa pun mereka terima.
Orang-orang itu tidak kuhiraukan. Yang kuperhatikan adalah seseorang berpostur sangat tinggi di antara mereka, seluruh tubuhnya terbungkus pakaian hitam. Pembungkusannya begitu rapat, bahkan kepalanya dibalut kain hitam berlapis-lapis seperti orang Arab, lalu ditutupi selembar kain hitam. Hmm, ini gaya campuran pria-wanita Arab!
Aku ingin berhumor dalam hati, tapi sama sekali tidak merasa senang. Setelah beberapa detik hening saling berhadapan, tiba-tiba kuajak Xiao Chengqian bicara: "Bukannya senjata ini untuk menghentikan urusan kalian? Sekarang mau apalagi? Sampai-sampai banyak senjata mengarah ke kepala Young Master."
Xiao Chengqian menghela napas getir, berkata: "Ternyata dia. Sayangnya pengaruhnya melebihi Young Master seperti aku berkali-kali lipat. Di baliknya ada N banyak pengaruh misterius yang mendukung. Aku ini siapa?"
“Benar saja, soal memahami situasi, Young Master Xiao lebih jeli daripada Chen Cheng Yi si bebal ini. Chen Cheng Yi, jangan banyak bicara, lemparkan tanaman ungu di tanganmu ke sini! Kalau tidak, aku akan menyuruh orang menembak. Meski kau seorang Taoist, bukankah kau tidak kebal senjata tajam dan peluru? Dan di mataku, kebetulan nyawa siapapun tidak lebih berharga dari tanaman di tanganmu itu.” Suara orang itu terdengar, tetap sama seperti dulu, namun sangat berbeda dengan suara polos dan tenang yang pernah dikenalnya bertahun-tahun silam.
Aku penasaran sekaligus sedih, apa yang terjadi padanya selama ini.
“Ya? Bagaimana dengan nyawa Kakak Ipar Jingyi? Bagaimana dengan bocah lelaki yatim bernama panggilan Xixi yang sejak lahir tak pernah melihat ayahnya—tidak, sekarang pasti sudah jadi remaja—apakah nyawanya juga tak seberharga tanaman ini?” Di sini aku sengaja berhenti sejenak, lalu berpura-pura teringat sesuatu. “Ah ya, lupa menyebutkan. Arti nama panggilan Xixi adalah harapan agar seseorang segera pulang ke rumah.”
Ya, orang di hadapanku ini adalah Yang Sheng!
