Karena sudah begini, aku tak ingin menyembunyikan apapun. Kulempar pena ke saku celana sembari berkata pada Lu Shan: "Kau cerita, aku dengar. Setelah selesai, pena akan kuberikan."
Sorot mata Lu Shan menunjukkan kekecewaan samar, tapi ekspresi wajahnya tetap datar. Ia menarik napas dalam: "Baik, mari mulai dari awal peristiwa, gua bawah tanah di bawah gurun itu..."
※※※
Seperti diketahui, di dunia ini ada kadal paling mengerikan yang kini hanya tersisa di pulau-pulau kecil Indonesia. Darah zaman purba mengalir di tubuhnya, bertahan hidup melalui era kepunahan dinosaurus yang mengerikan.
Dialah Komodo Dragon!
Komodo dragon memiliki panjang tubuh 2 hingga 3 meter, gigi dan ludahnya mengandung racun korosif yang sangat mematikan. Mereka adalah predator alami, tentu saja mereka juga terancam punah, karena itu dilindungi di pulau khusus.
Tahun 19XX, sebuah institut penelitian.
Ahli biologi kelas nasional Ding Yang sedang membaca dokumen internal yang sampai ke tangannya. Untuk dokumen ini, institut secara khusus membentuk kelompok studi penelitian, dengan Ding Yang sebagai pemimpin tim.
"Lao Ding, bagaimana pendapatmu tentang dokumen ini?" Ini adalah rapat darurat. Semua peneliti telah selesai membaca dokumen di tangan mereka, beberapa yang tidak sabar sudah mendesak dan menunggu Ding Yang memberikan kesimpulan berupa tebakan.
Sebagai ahli biologi kelas nasional, tidak diragukan lagi bahwa tebakan Ding Yang akan dianggap cukup kredibel oleh semua orang.
Ding Yang tidak menjawab. Beberapa menit kemudian, setelah membaca ulang dokumen tersebut dengan sangat teliti, barulah ia meletakkan dokumen itu dan berkata: "Penemuan Komodo dragon di gua bawah tanah? Kesimpulan tidak bertanggung jawab macam apa ini dari peneliti? Bagaimana mungkin Komodo dragon bertahan hidup di gua bawah tanah? Apakah kalian tidak punya pertanyaan?"
Di wajah Yang Ding jelas terlihat ekspresi ketidaksenangan, sementara para peneliti di ruangan itu tampak canggung. Seorang kakek di antara mereka berkata: "Kami tentu memiliki keraguan besar terhadap poin ini, hanya saja tidak berani sembarangan menduga bahwa itu adalah makhluk hidup baru. Jika tidak, penemuan ini akan terlalu mencengangkan. Kami telah mempelajari banyak dokumen - ada berbagai jenis kadal yang hidup di gurun, namun tak satupun yang sesuai dengan ciri-ciri kadal gua (sebutan singkat) yang dideskripsikan dalam dokumen ini. Anehnya, semua karakteristik kadal yang disebutkan oleh saksi mata justru sangat cocok dengan Komodo, jadi..."
Yang Ding mengerutkan alisnya: "Jika Komodo ditemukan di negara kita, topik ini pasti memiliki arti yang sangat penting. Tapi masalah utamanya adalah Komodo menghabiskan lebih banyak waktu di permukaan tanah daripada di bawah tanah. Mereka pasti membutuhkan sinar matahari untuk meregangkan tubuh kaku mereka. Namun menurut dokumen, tak ada yang pernah melihat kadal ini merangkak keluar dari gua bawah tanah - bukankah ini aneh? Lagipula, di kedalaman gurun itu hampir tidak ada sumber air luas maupun pepohonan. Ini sama sekali tidak sesuai dengan lingkungan hidup Komodo. Apakah kalian berpikir mereka sudah melampaui insting biologis?"
Menghadapi serangkaian pertanyaan Ding Yang, semua peneliti yang hadir terdiam. Ding Yang melanjutkan: "Ilmu Pengetahuan bukanlah terkungkung dalam persepsi sendiri. Kita harus berani membuat hipotesis dan hati-hati dalam verifikasi. Jika ditemukan Komodo hidup di gurun, tentu memiliki arti penting. Bagaimana jika kita menemukan spesies baru? Itu juga memiliki makna besar. Semua diskusi ini hanyalah teori. Karena kita telah membentuk kelompok penelitian ini, kita harus terjun ke garis depan untuk memperoleh dokumen berharga secara langsung."
Inilah kesimpulan Ding Yang.
Inilah proyek penelitian yang tampak remeh kala itu. Dari sinilah dimulai rangkaian peristiwa di kemudian hari yang tak terduga oleh orang-orang. Ini hanyalah permulaan.
※※※
Musim Panas 19XX.
Saat itu Yang Sheng masih remaja yang kekanakan, namun usia tak mengurangi reputasinya sebagai jenius. Di usia ketika anak lain masih SMP, ia sudah bisa mengikuti guru sekaligus ayah angkatnya dalam penelitian.
Untuk alasan perlindungan, nama Yang Sheng tidak dikenal masyarakat umum. Namun di komunitas akademisi tinggi, tak ada yang tak tahu keberadaan remaja jenius ini. Bahkan ada yang berteriak kaget, menyebut jenius seperti Yang Sheng mungkin hanya muncul sekali dalam ratusan tahun di dunia fana ini.
Jadi, sejak kecil Yang Sheng tumbuh dalam sorotan. Sejak menunjukkan bakat luar biasa di usia dua ons, cahaya kejeniusan tak pernah pudar dari dirinya! Tapi anak ini tidak sombong maupun menjauh. Kecuali kebiasaan hidupnya yang agak berantakan, segalanya sama seperti anak normal.
Orang-orang menganggap ini semua berkat didikan sukses ayah angkatnya Profesor Mu Lin. Tapi sang profesor justru bersikap tenang, bahkan pada sahabat terdekatnya ia pernah berkata: "Semua jenius ilmu pengetahuan itu orang gila, fanatik! Di dalam hati, anak Yang Sheng juga sangat keras kepala. Sorotan kejeniusan sejak kecil bukan tak memberi pengaruh, kesombongannya tersimpan dalam-dalam, membuatnya semakin fanatik. Ini tidak baik, aku harus mencari cara memperbaikinya. Seringkali, aku lebih rela dia jadi anak biasa."
Inilah Yang Sheng versi ayah angkatnya dan persepsi orang lain.
Di sebuah siang biasa di musim panas tahun itu, Yang Sheng sedang membaca dokumen biologi berbahasa Inggris di rumah. Beberapa pandangan dalam dokumen itu rupanya memicu rasa penasarannya. Matanya terpaku hingga Profesor Mu Lin yang sedang makan bersamanya tak bisa menahan mengerutkan alis.
“Karena Yang Sheng terlihat sedang makan, tapi sayuran di sumpit dan nasi di mangkok sebenarnya tidak pernah masuk ke mulutnya, semuanya jatuh ke tubuhnya. Hanya sebentar, tubuhnya sudah penuh noda minyak dan berceceran makanan, tapi dia sama sekali tidak menyadari, mulutnya masih mengunyah secara refleks.”
Mu Lin tak tahan melihatnya, merebut dokumen dari tangan Yang Sheng.
“Ayah…” protes Yang Sheng tak puas.
“Sudah berapa kali Ayah bilang, makan ya makan. Meskipun sedang melakukan penelitian akademis, waktu makan dan tidur tidak boleh dikorbankan. Semua kesuksesan harus dibangun di atas fondasi tubuh yang sehat, masih belum mengerti?” Mu Lin mendidik dengan tenang.
Yang Sheng tidak berani membantah, hanya menunduk menyendok nasi dalam diam, tapi matanya tetap menatap dokumen berbahasa Inggris itu.
Mu Lin tidak memarahinya, malah mengambil sejumput lauk ke mangkok Yang Sheng sambil berkata: “Tengah Hari ini tidak usah ke laboratorium. Ayah juga tidak pergi, Ayah akan mengajakmu mengunjungi seorang teman lama.”
Yang Sheng mencibir, jelas-jelas tidak tertarik.
Mu Lin yang sangat memahami anaknya itu tidak marah. Setelah menyuap sejumput sayur, dia berucap datar: “Masih hidupnya teman lama ini adalah rahasia. Ayah baru tahu rahasia ini dan mendapatkan hak mengunjunginya karena akan memimpin sebuah proyek penelitian. Mau ikut atau tidak, terserah kau.”
Ucapan ini jelas menarik minat Yang Sheng, namun titik krusial ketertarikannya terletak pada topik penelitian baru. Dia segera berkata: "Aku juga boleh ikut? Ayah, apakah aku juga harus ikut dalam penelitian itu? Siapa teman lama itu?"
"Penelitian ini untuk sementara tidak bisa kamu ikuti. Tapi karena kamu adalah bibit yang sedang dipersiapkan secara khusus, mungkin nanti akan mewarisi penelitian ini. Jadi kamu boleh ikut." Di sini, Mu Lin terdiam sejenak, alisnya berkerut halus, kemudian melanjutkan: "Mengenai teman lama ini, kamu juga kenal. Dulu dia seperti aku, teman baik sekaligus rekan seperjuangan orang tua kandungmu. Siang nanti kita akan mengunjungi Ding Yang."
"Paman Ding Yang? Dia... bukankah dia pergi meneliti kadal itu dan meninggal di gurun? Dia..." Yang Sheng jarang menunjukkan rasa penasaran pada orang, jelas hal tentang Ding Yang membuatnya tertegun.
"Makan dulu." Mu Lin tidak memberikan penjelasan lebih lanjut, malah menyuruh Yang Sheng menyelesaikan makannya.
Musim Panas 19XX, pukul 4:12 siang.
Setelah melalui serangkaian pemeriksaan ketat, Mu Lin dan Yang Sheng diizinkan memasuki 'rumah pemulihan' sementara milik Ding Yang.
Disebut rumah pemulihan, tapi tempat ini dibangun jauh di bawah tanah, sepanjang hari tak terkena sinar matahari. Mana mungkin bisa memulihkan kesehatan?
Tentang tempat ini, sebagai seorang jenius yang tumbuh besar di lingkaran akademisi tingkat tinggi, Yang Sheng tentu sudah mengetahuinya. Dia sangat paham bahwa ini sama sekali bukan sanatorium, melainkan markas rahasia yang menyimpan sampel berharga, bahkan makhluk aneh yang tak terbayangkan oleh orang biasa.
Mengapa Paman Ding Yang masih dikirim ke sini untuk beristirahat?
Yang lebih membingungkan Yang Sheng adalah: dia dan ayahnya datang mengunjungi Paman Ding Yang, tapi mengapa 4 penjaga departemen rahasia bersenjata lengkap terus mengikuti mereka?
Apa yang sebenarnya terjadi?
