"Apakah lari pontang-panting seperti ini merupakan siklus takdir yang berulang?" Desiran angin di telingaku mengingatkanku, bertahun-tahun silam di lorong makam, aku juga pernah kabur bersama Ruyue seperti ini, kala itu masih ada seorang anak gendut - Surou!
Seolah-olah pikiran ini dilarang muncul, tangan Ruyue yang kugenggam sudah basah oleh keringat dingin. Malangnya, begitu aku teringat Surou, dari belakang terdengar suara yang sangat familiar: "San Wa'er, kau menungguku ya? Kau mau meninggalkanku?"
Suara Surou! Berkali-kali kuingatkan diri untuk tidak menoleh. Makhluk halus paling pandai menipu pikiran manusia. Tapi betapa pentingnya Surou sebagai sahabat bagiku. Mendengar suara panik dan tak berdaya itu, akhirnya kuputuskan untuk menoleh.
Seketika napasku tersendat. Pandanganku diserbu kerumunan yang berjejal-jejal, mungkin sudah ratusan jumlahnya. Yang tengah-tengah berlumuran darah, mengangkat potongan tubuh mereka sendiri, berbagai bentuk kebusukan - sungguh parade horor yang mencekam!
Yang paling membuatku berdebar adalah sosok gemuk di barisan terdepan. Persis seperti wujud Surou sekarang. Dia menatapku dengan tatapan tak berdaya, sorot mata yang cemas, ekspresi penuh harap dan kepercayaan - seluruh hatiku bergetar hebat.
"Kakak San..." Ruyue memanggil dengan suara gemetar ketakutan.
Kutarik napas dalam-dalam, lalu mengepal erat tangan dengan teknik Wogu (kekuatan genggaman). Tenaga dalam langsung membanjiri tenggorokanku: "Pergi! Masih berani menyamar sebagai Surou?!"
"Hahaha…" Di wajah Surou yang berjalan di depan tiba-tiba mengucur banyak darah segar, kemudian seluruh tubuhnya. Akhirnya dia hancur berkeping-keping di hadapanku, berubah menjadi Hantu asing yang menatapku dengan ekspresi suram, masih terus tersenyum seram.
Meski tahu ini palsu, namun menyaksikan langsung salah satu sahabat terpentingku Surou tiba-tiba mengucur darah dan hancur di depan mataku, Jantungku dipenuhi perasaan sedih yang tak tertahankan. Sungguh keji makhluk Hantu ini, seenaknya mempermainkan perasaan terdalam manusia. Menyenangkan?
Amarahku tiba-tiba menyala bagai api. Kutatap dalam-dalam Hantu jahat itu. Hantu jahat yang ahli menipu perasaan? Akan kukenang baik-baik!
Ruyue kaget mendengar aumanku tadi. Tanpa sempat menjelaskan, kusambar tangannya dan kami berlari menyusuri jalan desa ini!
Aku bersyukur, di balik desa ini ada pengaruh berbagai kekuatan besar bahkan jejak para pemimpin. Meski terpencil, jalan beton menuju desa dibangun sangat mulus. Detail inilah yang kini menjadi kunci pelarianku bersama Ruyue!
Pada saat yang sama, aku juga secara sensitif menyadari satu detail: gerakan hantu-hantu ini terbatas. Mereka tidak bisa seperti hantu biasa yang tanpa batasan tubuh yang hidup, sehingga tidak terikat oleh kecepatan. Mereka hanya bisa berjalan cepat selangkah demi selangkah. Kecepatan kabut yang bergerak adalah kecepatan jalan mereka, tidak bisa melampaui kabut itu sendiri! Jika tidak, aku dan Ruyue akan langsung dikepung oleh gerombolan hantu ini dalam sekejap. Saat itu, meskipun aku seorang Taoist, takkan mampu lolos dari kepungan sebesar ini.
Aku dan Ruyue berlari secepat kilat. Jarak dari desa ke pintu desa yang biasanya ditempuh sepuluh menit, kami tempuh hanya lima menit sebelum akhirnya memasuki desa!
‘Braak! Braak! Braak!’ Aku memukul-mukul pintu rumah warga pertama dengan keras sambil berteriak: "Hantu jahat dari Danau Hantu Bangkit sudah keluar! Cepat kumpul di rumah Pak Zheng!"
Teriakanku serak dan urat leherku menonjol! Ini menunjukkan betapa paniknya hatiku. Meskipun hantu-hantu ini dibatasi oleh kabut tertentu, kecepatan pengepungan mereka tidak lambat - setara dengan kecepatan jalan cepat manusia. Waktu benar-benar tak bisa ditunda!
Teriakan gilaku ini tentu menarik perhatian penghuni rumah. Kulihat sosok muncul sekejap di lantai dua, melirik ke arah datangnya gelombang hantu sebelum langsung menyembunyikan wajah pucatnya kembali!
"Kalian cepat lari! Aku akan beri tahu yang lain dan menyusul!" Suara dari lantai atas terdengar mendesak. Tanpa banyak bicara, aku langsung menarik lengan Ruyue dan terus berlari ke depan!
Saat angin berhembus, kudengar suara ledakan keras dari belakang. Kulihat ke belakang, sebuah sinyal suar merah melesat ke langit, disusul beberapa ledakan lagi dan beberapa sinyal suar berturut-turut naik ke angkasa!
Inikah cara memberi tahu bahaya? Tak sempat berpikir panjang, kuraih Ruyue dan berlari. Sepanjang jalan kulihat sinyal suar merah meluncur dari empat pintu masuk desa. Jantungku semakin ciut, kini aku sadar: semua pintu masuk desa telah diserbu kabut aneh ini. Desa ini terkepung arwah Yin dan Hantu!
Pikiranku kacau. Hanya satu tujuan: lari sekuat tenaga ke rumah Pak Zheng. Baru setelah berkumpul dengan semua orang di sana, mungkin aku bisa sedikit tenang?
Di jalan, semakin banyak orang berlarian keluar rumah. Semua memegang daun calamus berdarah, serempak menuju rumah Pak Zheng. Tak terlihat panik. Mungkin bahaya seperti ini di Danau Ribu Hantu sudah diperkirakan. Mereka punya jalan pelarian, kubujuk diri sendiri.
Dalam keriuhan, sambil berlari dengan napas tersengal pendek kutanya Ruyue: "Kenapa kamu ingin pergi ke pintu desa?"
Karena kalau dipikir-pikir sekarang, semuanya terlalu kebetulan. Dulu kumanjakan Ruyue tanpa curiga, menganggapnya hanya tingkah kekanakan. Sekarang baru tersadar...
Ekspresi wajah Ruyue terlihat pucat, Ia berkata padaku: "Sebenarnya aku juga tidak tahu, hanya sekilas melihat ke arah sana, ada suara dalam hati yang menyuruhku pergi melihat matahari terang di sana. Jika tidak pergi, aku akan menyesal seumur hidup? Kakak San, jangan-jangan aku..."
"Ini wajar, sangat normal!" Teriakku sambil berlari kepada Ruyue: "Hantu-hantu ini paling ahli menipu pikiran manusia. Bahkan aku pun bisa TERKENA ILMU tanpa sadar, apalagi kau."
Wajah Ruyue mulai terlihat lebih baik. Aku tahu Ia sedang menyalahkan diri sendiri, tapi aku juga tidak bisa menemukan kata-kata yang lebih baik untuk menghiburnya. Dalam situasi sekarang yang tidak diketahui berapa banyak hantu telah keluar, jika ada hantu Rakshasa di antara mereka, aku sendiri pun jadi panik!
Untungnya arus kerumunan tidak mempengaruhi kecepatan lari kami. Beruntung juga ini adalah desa Taoisme di mana sifat tubuh setiap orang cukup baik. Setelah lari tak peduli nyawa, akhirnya halaman rumah Pak Zheng sudah dekat. Kulihat Pak Zheng berdiri serius di depan pintu rumahnya menyambut warga satu per satu masuk. Di luar masih ada dua orang yang sibuk mengambil daun calamus darah dalam jumlah besar dari warga. Dengan cepat daun-daun itu terkumpul hampir membentuk dua bukit kecil!
Akhirnya aku melangkah masuk ke dalam rumah. Ternyata di dalam sudah ramai oleh suara manusia. Baru setelah sampai di sini, orang-orang mulai panik sementara beberapa bertugas membujuk dengan lembut.
Tiba-tiba seseorang menarik lenganku dengan kasar. Kulihat itu Xiao Chengqian. Di belakangnya berdiri anggota kelompok kami, semua memandangku dan Ruyue dengan wajah khawatir!
“Kau pergi ke mana? Kenapa desa ini jadi begini? Pak Zheng tiba-tiba bilang ada alarm tingkat tertinggi, melarang siapa pun keluar! Kami mencari kau dan Ruyue ke mana-mana tidak ketemu, kami khawatir sekali.” Xiao Chengqian mengucapkan kalimat ini tanpa jeda napas.
Sementara aku masih terengah-engah, sama sekali tidak sempat menjelaskan apa pun pada Xiao Chengqian, langsung kutarik Xiao Chengqian ke luar pintu, lalu menunjuk ke luar tanpa bisa berkata-kata. Huigen dan yang lain juga datang, Chengyuan menyodorkan segelas air kepadaku!
Kuhabiskan air itu dengan cepat, kusadari semua orang terdiam membeku. Air melembabkan tenggorokanku yang kering, akhirnya aku bisa berteriak: "Kalian lihat? Hantu dari Danau Sepuluh Ribu Hantu sudah keluar, desa ini pasti sudah dikepung!"
"Benar, dikepung. Situasi terburuk yang kami kira baru akan terjadi ratusan tahun kemudian. Rupanya Formasi Besar di pinggiran ini sudah rusak parah tanpa kita sadari!" Pak Zheng berdiri di samping kami dengan suara berat.
Saat itu juga, hantu-hantu jahat yang berjalan cepat itu sudah berada kurang dari dua ratus meter dari rumah Pak Zheng! Suara-suara mengerikan dari hantu itu sudah terdengar oleh semua orang. Apakah kita akan terkepung sampai mati di sini?
Ekspresi wajahku sangat buruk, namun Dewata seolah sedang bercanda dengan kami. Seakan situasi belum cukup parah, tiba-tiba dari arah lain sekitar lima ratus meter, sinyal suar merah muda kembali melesat ke langit. Dalam sekejap, semua obrolan orang-orang langsung hening.
Aku tidak mengerti arti sinyal suar kemerahan ini, namun Pak Zheng bertanya dengan ekspresi serius kepada Nenek Yun di sampingnya: "Saat warga masuk, apakah kau menghitung? Siapa yang terkepung?"
Saat itu, masih ada sepuluh lebih warga yang berdatangan. Nenek Yun mengerutkan alis sambil berpikir dalam. Langkah hantu di sana semakin mendekat! Tiba-tiba Nenek Yun berteriak kaget: "Semua penduduk desa sudah berkumpul di sini. Tapi kau lupa? Beberapa hari lalu kau mengirim orang untuk menghubungi pemimpin luar. Dia belum kembali. Sebelumnya kau masih bergumam tentang hal ini. Selain itu..."
Nenek Yun menatap kami. Sekujur tubuhku langsung berkeringat dingin karena teringat - masih ada satu orang yang seharusnya pulang hari ini: Lushan!
Dia pergi tiga hari lalu, berdalih tidak bisa menghubungi luar. Katanya akan mengambil dokumen tentang Hantu Rakshasa dan menyelidiki hasil investigasi!
Sinyal suar itu berasal dari lokasi lima ratus meter. Saat ini, daerah itu sudah menjadi lautan hantu!
