Apakah Chengyuan masih memiliki jurus baru? Aku sudah melupakan 'fokus' semua orang padaku, dalam perhatian dan ketegangan aku menahan napas. Kulihat Chengyuan meletakkan stempel besar di depannya, mulai menggumam mantra sambil membentuk segel tangan dengan jari-jarinya.
Gerakan segel tangan ini sangat 'unik', bukan warisan aliran Lao Li kami. Tapi hanya dengan sekali pandang aku langsung mengenalinya, karena dulu pernah ada seseorang yang memperlihatkan gerakan serupa di hadapanku - Mas Yuan Yi!
Namun saat Mas Yuan Yi menggunakan ritual pamungkas keluarga Yuan waktu itu, dia tampak sangat kesulitan. Tapi lihatlah Chengyuan, dia melakukannya dengan sangat santai, bahkan tak ada sedikitpun ekspresi kesulitan di wajahnya. Sebaliknya, gerakan jarinya membentuk segel terlihat mengalir bak air terjun.
Inikah keuntungan dari penyatuan roh yang mendalam, ditambah penggunaan teknik bawaan dari roh yang menyatu?
Di langit, wujud Raja Hantu ungu itu telah sepenuhnya terwujud. Bentuknya menyerupai ikan monster berkepala besar dengan empat cakar aneh. Makhluk seperti ini mustahil ada di dunia nyata, lebih mirip hasil rekayasa jahat seseorang yang berpikiran iseng.
Lihatlah mata ikan itu - sama sekali tak ada kilau kehidupan, malah memancarkan aura kematian yang bagai patung. Harus diakui, segala sesuatu di Danau Seribu Hantu ini benar-benar aneh dan mengerikan!
‘Berteriak!’, Roh jiao tiba-tiba menjerit panjang ke langit, lalu melepaskan cengkeramannya. Kemudian muncul pemandangan yang membuat kami pusing: ekor dikibaskan, kepala diayunkan, cakar diulurkan—seolah-olah ini adalah serangkaian teknik pukulan manusia. Roh jiao dengan kecepatan luar biasa mulai menyerang gila-gilaan ke arah raja hantu ungu itu!
“Ini terlalu hidup, Ibu Guo! Tak ada satu pun energi yang terbuang, tak ada gerakan kosong, murni gerakan instingtif binatang buas demi menghancurkan!” Xiao Chengqian yang merupakan penggemar bela diri tak tahan bersiul kagum.
Kenyataannya memang demikian. Di bawah serangan roh jiao, raja hantu ungu itu sama sekali tak berkutik. Selama ini kukira roh jiao ini tipe ‘kekuatan sihir’, ternyata ‘itu’ adalah tipe ‘pertarungan fisik’. Sulit kubayangkan Chengyuan bisa turun tangan seprimitif ini!!
Sekaligus tak kusangka roh jiao bisa menyatu dengan Chengyuan sampai tingkat sebegitu…
Serangan ini berlangsung 3 menit tanpa jeda sedikit pun. Semua gerakan mengalir bak air terjun, membuat kami semua terpana. Huigen, si ahli ‘pertarungan fisik’ sejati, malah terlihat seperti mendapat pencerahan!
Setelah roh jiao mengibaskan ekornya untuk terakhir kali, raja hantu itu mengeluarkan teriakan memilukan terakhir. Kemudian hal yang membuat kami tertegun terjadi - di depan mata kami, raja hantu itu perlahan-lahan terbelah... ya, retak sedikit demi sedikit...
"Cheng Yi, apa kau merasa sedikit familiar?" Kak Cheng Xin meletakkan satu tangan di bahuku sambil memiringkan kepala sambil mengorek telinga. Tiba-tiba dia bertanya dengan nada santai bercanda.
Memandangi pemandangan di depan, menyaksikan bagian-bagian tubuh raja hantu yang hancur berubah menjadi hantu-hantu jahat tak berkesadaran, aku sudah memahami maksud Kak Cheng Xin. "Maksudmu Makam Naga, Raja Kepala Hantu yang terbentuk dari fusi kepala-kepala hantu?"
"Tepat! Tak kusangka sihir manusia ternyata memiliki basis nyata. Cuma refleksi saja! Tapi makhluk ini jauh lebih lemah dibanding Raja Kepala Hantu di Makam Naga dulu. Nasibnya tak seberuntung itu, tak ada ritual rahasia yang memupuknya hingga sekuat itu." Kak Cheng Xin meniup jari yang baru saja mengorek telinga, memandangi Chengyuan sambil memicingkan mata. "Jangan turun tangan dulu. Biarkan nona kecil ini mengawali dengan baik dan mengakhiri dengan baik."
Aku ingin bicara tapi mengurungkan niat. Mengingat sikap semua orang, akhirnya aku tak bertindak.
Cara penghancuran seperti ini pada dasarnya adalah mekanisme perlindungan diri. Seperti legenda vampir Barat yang menjelma menjadi ribuan kelelawar saat kabur, menyiratkan filosofi 'lari berpencar' dalam taktik pelarian.
Pada akhirnya, Chengyuan memang menang menggunakan roh jiao untuk melawan raja hantu, namun di tahap akhir, Kak Cheng Xin masih memiliki harapan padanya—berharap dia bisa melakukannya lebih baik. Tidak seperti aku yang menganggap langkah Chengyuan sudah sangat luar biasa.
Raja hantu hancur dengan cepat, sementara roh jiao mulai menunjukkan insting penyatuannya—menelan. Tapi kecepatan makannya mana bisa menyaingi kecepatan kaburnya para hantu jahat ini? Jika tidak membersihkan mereka sekarang juga, begitu mereka sedikit pulih, akan menyatu kembali menjadi raja hantu baru. Kalau begitu, usaha Chengyuan sia-sia belaka.
Namun wujud asli Chengyuan tetap tenang, termasuk roh jiao yang sedang melahap hantu-hantu jahat itu juga terlihat kalem, menelan dengan santai. Saat menelan yang ke-sekian belas, tiba-tiba ia melesat ke udara. Di langit, tubuhnya perlahan membesar hingga mencapai ukuran yang mengejutkan...
Panjangnya hampir 40 meter, diameternya sebesar tong air!
"Inilah ukuran sebenarnya dari jiao hidup," kata Kak Cheng Qing dengan tenang di sampingku. Tapi jelas kudengar suara tarikan napasnya yang mendesis—soalnya selain aku yang pernah melihat jiao hidup di Yueyan Miao Zhai, mereka semua belum pernah.
Ukuran roh jiao ini masih belum mencapai ukuran jiao hidup sebenarnya, tapi sudah hampir mendekati! Namun menurutku, kunci masalahnya tidak terletak di sini, melainkan pada perubahan sihir. Bahkan saat Mas Yuan Yi menggunakan roh jiao ini pun tidak menghasilkan perubahan sebesar ini.
Aku menatap Chengyuan dengan terkejut, kebetulan ia baru saja menyelesaikan segel tangan terakhir. Kudengar suara lembutnya mengucapkan satu kata: "Zhen!"
Begitu kata itu terucap, roh jiao raksasa itu mulai berputar-putar di langit lalu tiba-tiba diam. Ruang di sekitarnya seketika membentuk medan gaya, menghancurkan hantu-hantu jahat yang mencoba melarikan diri bagai dihantam batu raksasa, sampai bergerak pun sulit.
Chengyuan benar-benar berhasil! Jantungku berdebar lebih dari siapa pun. Dulu, akulah yang membawa gadis SMP ini—yang hidup biasa dan tak paham dunia sang ayah—keluar dari rumah itu. Kini, ia bahkan mampu bertarung sejajar dengan kami!
Dalam keadaan linglung, aku seolah kembali ke Pondok Bambu, masa-masa paling menyedihkan itu. Seorang gadis terus-menerus menegurku, melarangku meninggalkannya.
Gadis keras kepala nan tegar itu... sudah berkembang sampai sejauh ini...
Saat pikiranku masih melayang, tiba-tiba kudengar suara melayang memanggilku. Seketika aku tersadar, menyadari kehendak itu berasal dari roh jiao di langit.
"Kakak Cheng Yi, petir surgawi, aku belum bisa melakukan ini. Cepat panggil petir surgawi!" Chengyuan sedang menyatakan kehendaknya padaku dengan penuh desakan.
Aku mengangguk pada roh jiao di langit, mulai membentuk segel tangan untuk memanggil petir surgawi. Tapi tak disangka Xiao Chengqian menarik lenganku dan bertanya, "Kau benar-benar akan memanggil petir surgawi?"
Aku mengangguk bingung, tak mengerti maksud Xiao Chengqian.
Xiao Chengqian tersenyum padaku, "Memanggil petir surgawi berisiko melukai roh jiao milik Chengyuan. Biar aku saja yang melakukannya. Tanganku juga sudah gatal-gatal ingin membantu nona kecil ini."
Sambil berkata demikian, Xiao Chengqian sudah mulai membentuk segel tangan. Kulihat - bukankah ini ilmu memanggil dewa? Melihat gerakannya, teringatlah aku pada komentar Jiang Yi saat bercerita tentang kejadian di Hutan Tua dulu.
"Sebenarnya kau cukup beruntung. Organisasi tempat Xiao Chengqian bergabung tidak sepenuhnya turun tangan saat itu, dipaksa sekutu oleh sekte jahat untuk bersama-sama memelihara Raja Kepala Hantu. Meski berasal dari aliran yang sama, masing-masing punya keunggulan. Misalnya, ilmu memanggil dewa dari organisasi Xiao Chengqian adalah yang terhebat, bahkan keturunan Lao Li pun tak bisa menandingi."
Ya kan? Mungkin benar!! Bukankah saat pertama kali Xiao Chengqian bertindak dihadapanku, dia juga menggunakan ilmu memanggil dewa? Melihatnya menggunakan sihir ini lagi, kusadari pemahamanku tentang pemuda ini masih kurang. Kali ini kejutan apa lagi yang akan ditunjukkannya?
"Xiao Chengqian membentuk segel tangan, sementara Chengyuan di sana menekan hantu jahat. Dari ekspresi wajah Chengyuan, belum terlihat kesulitan, jadi Xiao Chengqian juga tampak sangat tenang."
"Hanya saja seiring waktu, ekspresi wajah kami mulai berubah. Karena gerakan segel tangan Xiao Chengqian semakin rumit, hingga akhirnya jemarinya menari-nari cepat seperti sulit diikuti mata telanjang."
"Ini pasti butuh tenaga dalam yang kuat. Aku tak menyangka si nak ini diam-diam sudah berkembang sampai level seperti ini. Sambil itu, kulihat butiran keringat besar bermunculan di wajahnya, sepertinya lebih payah daripada Chengyuan."
"'Apakah Mas Xiao ini mau memanggil Tiga Murni?' Huigen tak tahan bergumam. Kudengar, kuhantam dia dengan tamparan sambil bermuka masam berteriak: 'Ngomong sembarangan apa? Jangan kurang ajar sama Tiga Murni!'"
"Tapi di dasar hati aku juga ragu, kalau-kalau Xiao Chengqian benar-benar berhasil memanggil Tiga Murni, berarti nggak bisa dibilang kurang sopan. Tapi mungkinkah?"
"Xiao Chengqian semakin kelelahan, sampai akhirnya kulihat tenaganya hampir habis. Ingin kuberi pil di mulutnya, tapi cuma untuk membasmi beberapa hantu jahat, nggak perlu segitunya."
"Di saat itu, Xiao Chengqian membuka matanya. Di tatapannya terlihat penyesalan. Penyesalan apa? Aku tak paham, tapi tahu persis sejak membuka mata itu, ilmu memanggil dewa ini praktis sudah selesai..."
