Berbeda dengan realitas, di sini aku mencabut satu manik-manik, sementara manik-manik lainnya otomatis menyambung kembali, terlihat agak renggang namun tidak mengganggu untuk tetap kukenakan di pergelangan tangan.
Aku melangkah ke Pusat Formasi, menatap manik-manik di telapak tangan. Bagian tengah manik-manik itu terdapat gumpalan biru yang bergerak seperti nyala api, indahnya menakjubkan. Dalam pemahamanku, biru adalah warna paling murni dari Roh.
Jangan-jangan ada Roh yang disegel di dalamnya? Kupikir Guru leluhur takkan melakukan hal seperti ini. Lagipula Roh yang utuh seharusnya tidak berbentuk nyala api, setidaknya harus memiliki wujud yang mendekati bentuk tubuh yang hidup aslinya.
Aku tidak bisa menebak apa sebenarnya isi di dalamnya. Hanya saja di hati terasa berat untuk melepaskannya, mengingat untaian manik-manik cendana ini telah kukenakan bertahun-tahun. Apakah dengan menggunakannya hari ini, aku akan kehilangan roh penjaga sejati dari untaian cendana ini? Padahal baru saja kusadari keberadaannya.
"Kakak Cheng Yi, ngapain melamun?" Chengyuan di sampingku bertanya pelan.
"Oh, tidak." Jawabku sembarangan. Pada momen saat ini kuhentikan keraguan, kutetapkan manik-manik di tangan tepat di posisi Pusat Formasi. Meski tanpa pengingatan dari Cheng Zhen, sekejap tadi kulihat jelas lokasi perkiraan formasi. Ditambah petunjuknya, seharusnya tidak salah penempatan.
Karena pola formasi yang tersembunyi, manik-manik itu diletakkan begitu saja seolah ditaruh sembarangan di tanah. Namun begitu diletakkan, sebagian kecil formasi mulai aktif. Sebenarnya manik-manik itu terpaku di pusat formasi. Untuk mengambilnya, kecuali menghancurkan seluruh formasi besar.
Namun formasi ini juga sangat khusus. Jika tidak mengaktifkan semua pusat formasi, formasi besar tidak akan beroperasi penuh. Bahkan jika hanya satu yang kurang, efektivitasnya tidak akan mencapai 1%. Jika ada Makhluk Agung yang ingin menekannya masih mudah. Karena itu, pemilik kota hantu mungkin membiarkanku mengaktifkan pusat formasi ini. Selama belum sampai akhir, 'itu' tidak perlu khawatir.
Bahkan jika formasi besar benar-benar beroperasi, apakah 'itu' memiliki strategi cadangan? Akhirnya menghancurkan formasi besar? Aku tidak bisa menebak.
Dengan tenang meletakkan manik-manik, ini hanya langkah kecil dalam perjalanan. Hatiku tenang, berbalik pergi. Semua orang mengikuti di belakangku. Angin berhembus, kami memiliki perasaan suram nan serius namun penuh harapan...
Tak disangka, di detik berikutnya, di belakang kami terdengar gemuruh seperti guntur. Kami serentak menoleh, melihat pola formasi keemasan pudar yang tersembunyi muncul kembali. Namun dibandingkan saat Master Hongren memunculkannya, kekuatannya jauh lebih kecil, bahkan samar-samar hampir tak terlihat.
Pertama kali aku merasakan keindahan formasi ini. Namun kejutan yang dibawanya tak berhenti di situ. Setelah gemuruh bagai guntur, pancaran cahaya keemasan samar kembali melesat ke langit, menembus kabut, terus menerjang langit kelabu kemerahan...
Keajaiban pun terjadi. Langit kelabu kemerahan yang seolah abadi itu mulai retak. Seketika, ia terbelah! Sebuah celah sebesar telapak tangan muncul dalam pandangan kami!
Kembali kami menyaksikan langit ungu kemerahan di luar Kota Hantu. Meski hanya selebar genggaman, inilah harapan!
"Hng!" Suara geram kembali bergema dari timur. Chengyuan yang berdiri di sisi paling timur mendesah kesakitan, tubuhnya terhuyung beberapa langkah ke belakang. Roh tak mengeluarkan darah, tapi di tempat antara mimpi dan nyata ini, ada bentuk ekspresi khusus. Kulihat sudut bibir Chengyuan mengucurkan setetes darah.
Hatiku pedih melihatnya. Tak mungkin kubiarkan adik seperguruanku yang telah menanggung begitu banyak penderitaan ini dihinakan oleh hantu-hantu ini! Kukarik Chengyuan ke belakangku, lalu berdiri di posisi paling timur sambil berteriak, "Semuanya, berlindung di belakangku!"
Kak Cheng Xin dengan hati-hati mengusap darah di sudut bibir Chengyuan. Dengan nada bercanda, ia berbisik di telingaku, "Nak, aduh... Aliran 'Gunung' memang gagah. Dengan kau di sini, kami tenang."
"Aku tahu Kak Cheng Xin sengaja bercanda santai untuk membuatku rileks. Saat ini bukan waktu bertarung, tapi aku tak sempat membalas candaannya. Rohku merasakan suatu penghancuran total, dominasi yang kuat atas yang lemah.
Sebelumnya, Master Hongren melindungi kami dari tekanan ini. Kini, hanya kami yang menghadapinya sendiri.
Tapi pantaskah keturunan Lao Li dihancurkan oleh roh benda jahat? Tanganku terkepal erat. Kekuatan jiwa saat ini terkonsentrasi hingga batas maksimal. Kekuatan jiwa sangat terkait dengan kemauan keras. Empat karakter 'keturunan Lao Li' adalah inti dari kemauanku, menyanggaku tetap tegak menghadapi tekanan ini tanpa mundur.
Sayang tak ada tubuh yang hidup. Andai ada tenaga dalam, tak perlu menderita begini. Tapi justru karena tanpa batasan tubuh, kekuatan jiwa bisa berkembang maksimal. Dan kekuatan jiwa selalu menjadi sandaran utamaku.
Dalam tekanan ini, ia seperti stalaktit yang terus menetes. Terkuras hingga batas, namun terus mengalir tak henti.
"Cheng Yi, karena ini terjadi dalam mimpi, yang paling ditakutkan adalah terbangun. Konfrontasi ini tak akan lama." Kak Cheng Qing tiba-tiba bersuara. Sebagai ahli dua aliran ramalan, dia selalu melihat inti masalah. Ucapannya membuatku menangkap sesuatu. Aku tertegun memandangnya.
Dengan tenang dia berkata padaku: "Aku sudah mengerti kunci permasalahannya."
Tapi dialog kami tiba-tiba dipotong oleh suara arogan: "Bagus, bagus, biar aku lihat sampai kapan kau bisa bertahan..."
Saat bicara, tekanan itu semakin menjadi seperti air bah yang menerjangku. Tapi aku segera mengatup gigi, tiba-tiba merasakan beban yang bertambah berat. Namun kekuatan jiwaku belum mencapai batas - ia masih terus mengalir keluar, sedikit demi sedikit tapi konsisten.
"Efek Ginseng Jing mulai bekerja. Cheng Yi, satukan roh!" seru Kak Cheng Xin dari belakangku.
Menyatukan roh? Tidak, belum saatnya. Jika hanya karena tekanan aku langsung menyatukan roh, bukankah itu mempermalukan nama keturunan Lao Li? Mungkin rohku tak sekuat dia, tapi bukankah ilmu Taoist diciptakan untuk situasi seperti ini?
Pada detik itu, tekad baja mencapai puncaknya. Hatiku terasa seperti api yang membara. Kekuatan jiwa yang sebelumnya hanya menetes-netes seperti rembesan air, tiba-tiba seperti bendungan yang jebol - 'Bruuk!' - menyembur bagai ombak raksasa.
Seluruh tubuhku terasa terbakar. "Tidak!" teriakku menjawab Kak Cheng Xin sambil tangan sudah mulai membentuk segel dengan gesit. Mengkonsentrasikan kekuatan jiwa melalui segel tangan, memanfaatkan energi alam semesta - aku akan balas menghancurkan!
Tanpa belenggu tubuh yang hidup, untuk pertama kalinya kurasakan segel tangan bisa selancar ini. Hampir seperti pikiran dan gerakan tangan menyatu. Begitu membayangkan perubahan segel, tangan langsung bergerak tanpa selisih waktu...
"Sungguh terbahak-bahak!" Aku mengaum keras, kekuatan jiwa terkonsentrasi dan terkonsolidasi saat ini, bagaikan pedang tajam yang menusuk kekuatan penindas. Kekuatan itu mundur berturut-turut, dua kubu energi membentuk konfrontasi di udara.
Di pusat konfrontasi, angin kencang berhembus dan awan kelabu bergulung. Aku berteriak: "Jangan mengendap-endap dengan desahan yin! Pakai jurus kotor begini, Ibu Guo adalah pecundang atau kura-kura?"
Saat ini, umpatan membuatku begitu lega. Dari belakang, Chengyuan yang lemah berkata pada Kak Cheng Xin: "Inikah potensi kakak senior Aliran 'Gunung' kita?"
Kak Cheng Xin menjawab malas: "Indera spiritualnya sudah menyimpang sejak kecil, kekuatan jiwa pasti kuat! Mungkin di kehidupan lalu dia anak pelayan yang menyapu depan gerbang dewa, setidaknya kena aura suci. Kalau tak punya potensi jiwa segini, mana mungkin Paman Jiang mau menerimanya?"
"Cukuplah Kak Cheng Xin! Meski tukang sapu, tak bisa menutupi kenyataan kakak senior kita sekarang sangat keren. Kak Cheng Yi, aku sangat bangga!" teriak Cheng Zhen dari belakangku.
Kak Cheng Qing tetap diam, hanya saja kudengar suara tawanya yang kecil.
Siapapun yang menonjol, tetap menjadi kebanggaan keturunan Lao Li.
“Hng, ada sedikit kemampuan, cukup memenuhi syarat untuk memainkan permainan ini. Hanya saja, kau bisa melewati satu Pusat Formasi ini dengan mudah karena Hongren. Yang berikutnya tidak akan semudah itu. Elit dalam kota baru kami akan dikerahkan. Semoga kalian bisa hidup memasuki kota dalam. Tidak, kalian pasti akan hidup, menanggung siksaan tak berujung.” Suara sombong ini kini mulai menunjukkan kekecewaan. Setelah mengucapkan ancaman, tekanan itu tiba-tiba surut dan menghilang.
Aku menarik kembali sihirku. Saat kekuatan jiwa kembali, tanpa sengaja aku mundur selangkah. Xiao Chengqian menopangku dan bertanya, “Kau baik-baik saja? Jangan-jangan terluka?”
“Tidak apa. Hanya memaksakan diri sedikit. Aku merasa jadi lebih kuat, agak kurang terbiasa.” Aku berpura-pura rendah hati pada Xiao Chengqian, meski kenyataannya memang demikian.
Xiao Chengqian memukul-mukul kepalanya, “Pantas saja aliran kita menyimpan dendam pada kalian. Jangan seenaknya merendahkan orang seperti ini!”
Aku tersenyum lalu berkata, “Cepat, kita ke tempat berikutnya. Intinya jangan ikuti pola biasa. Semoga dengan begini kita bisa lebih santai. Di kota luar kita harus menyimpan kekuatan.”
Di akhir kalimat, suaraku sudah terdengar serius.
