“Kak Harimau? Itu bukan ditujukan padaku, tapi pada Si Bodoh! Sekalipun menyatukan roh, Kak Cheng Xin mana mungkin punya suara lembut seperti perempuan? Jika begini, hanya membuktikan satu hal: proses penyatuan roh Kak Cheng Xin gagal.”
“Mengapa di kota dalam masih gagal?” Kesadaranku yang sudah pulih total pertama kali memikirkan pertanyaan absurd ini. Saat penglihatan pulih, kulihat seekor rubah raksasa bermata hijau berekor tiga berdiri menghalang di antara aku dan Yu Cui Zi.
Kemudian, kusadari ruang utama yang luas ini telah berubah menjadi medan perang. Cheng Zhen dan Chengyuan sedang bertarung sengit dengan para hantu jenderal.
Setelah menghitung, hanya dua hantu jenderal yang masih utuh. Empat lainnya sudah terluka ringan atau berat. Jadi Cheng Zhen dan Chengyuan masih bisa bertahan - tentu saja dengan syarat rubah yang belum menyatu roh ini bisa menahan Yu Cui Zi. Si Bodoh sudah banyak menderita di tangan hantu perempuan ini.
“Cheng Yi, kau sudah sadar? Kalau sudah, lepaskan penyatuan roh sekarang!” teriak Kak Cheng Xin padaku.
Benar. Jika tidak dilepaskan sekarang, Si Bodoh mungkin benar-benar ‘mati’. Dengan cemas kuperhatikan rubah muda itu, lalu segera kulepaskan ikatan roh.
Akhirnya, roh dalam tubuhku telah lengkap. Setelah melalui pertempuran besar, kusadari menggunakan sisa roh untuk menyelesaikan ilmu Zhongmao terlalu dipaksakan. Bahkan segel tangan hanya terselesaikan separuh, apalagi langkah Gang yang seharusnya menyertainya—sama sekali belum kumulai.
Namun justru ini yang membuatku heran. Dengan tingkat kelengkapan seperti ini, seharusnya aku harus melakukan kembali ilmu Zhongmao. Tapi di dunia Konsentrasi Pikiran, kekuatan menggelegak apa itu?
Apakah Guru leluhur? Aku merasakan ketakutan menghadapi kekuatan itu! Sudah sering kugunakan ilmu Zhongmao, dan kekuatan Guru leluhur pun sudah kukenal. Tak mungkin sekuat ini! Apakah sisa roh ini tanpa sengaja memanggil sesuatu?
Di medan perang kacau ini, tak boleh ada kesalahan sedikit pun! Aku tak berani mengambil risiko seperti ini!
Saat kembali ke tubuh, berbagai pikiran ini muncul sekaligus. Akhirnya kumilih menghentikan paksa ilmu Zhongmao. Kuputuskan untuk memulai kembali ilmu itu dengan lengkap.
Memaksa menghentikan sihir, kudengar suara hng dariku. Karma balasan sihir tak mungkin terhindar, tapi kondisi tubuhku sudah sangat buruk. Karma kecil ini bisa diabaikan.
"Cheng Yi, ada apa?" Kak Cheng Xin yang mendengar suara hng-ku bertanya penuh perhatian.
Baru kusadari di depan Kak Cheng Xin terpajang tempat hio. Tiga batang hio tertancap di dalamnya. Ini membuatku heran—tempat hio masih bisa dimaklumi, tapi hio biasa pun punya roh senjata yang bisa dibawa masuk?
Menyadari ekspresi terkejutku, Kak Cheng Xin berkata dengan suara lembut: "Penyatuan roh gagal, aku menolak, rubah kecil itu juga menolak. Laki-laki dan perempuan bukan satu jalan, tak ada yang mau mengalah! Jadi, aku memutuskan untuk menggunakan sihir yang belum pernah kugunakan sebelumnya. Sihir ini harus menghormati alam semesta! Masalah hio ini tidak akan kujelaskan sekarang karena tidak boleh ditunda."
Melihat ekspresi serius Kak Cheng Xin, aku memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut. Karena sejenak kemudian, kulihat Kak Cheng Xin mengganti ekspresinya menjadi paling khidmat, membuat isyarat Tiga Murni - cara paling sakral - lalu bersujud ke arah tempat hio...
Kumerasakan pancaran cahaya terang di belakangku. Saat menoleh, kudapati 49 lentera tembaga di sekitar Kak Cheng Qing semuanya telah menyala. Wajah Kak Cheng Qing terlihat sangat lelah, sementara tempurung kura-kura di tangannya telah dilemparkannya...
Apa yang akan dilakukan Kak Cheng Qing? Meski tahu waktu tidak bisa ditunda, aku tak bisa menahan diri untuk terus mengamati. Setelah tempurung itu dilempar, lapisan permukaannya seolah mengelupas. Tulisan "Lazy Turtle" yang ada tiba-tiba menghilang dan berubah menjadi "Xuan Gui"...
Dalam proses ini, tempurung telah membesar menjadi seukuran piring. Tapi Kak Cheng Qing masih terus membuat segel tangan. Kulihat lapisan permukaan tempurung itu retak lagi... Tiba-tiba Kak Cheng Qing membuka matanya dan berkata lirih: "Akhirnya..."
"Akhirnya apa? Aku tak sempat bertanya, langsung melihat lapisan cangkang kura-kura itu pecah, memperlihatkan cangkang baru yang sarat aura kuno penuh kenangan. Di permukaannya, empat karakter terus berganti: Fu Lu Shou Xi...
Ini...? Mataku membelalak. Ilmu meminjam hoki, umur, dan berkah! Kak Cheng Qing benar-benar menggunakan praktik melawan takdir ini di sini?
"Cheng Yi, kau masih menunda apa? Merapal mantra!" Suara Kak Cheng Qing bergema. Matanya yang jernih seolah menembus maksud setiap orang. "Lekat!" teriaknya padaku.
Tenggorokanku bergerak. Melihat Kak Cheng Qing, dadaku sesak. Tapi tak berani banyak bicara. Segera kubentuk mudra, langkahkan Gang, memulai kembali ritual Zhongmao.
Pikiranku tenggelam. Tak bisa lagi memantau pertempuran. Berapa lama rubah muda bisa menahan Yu Cui Zi? Apakah Cheng Zhen dan Chengyuan masih bertahan? Apa rencana Kak Cheng Xin? Berapa harga yang harus dibayar Kak Cheng Qing untuk ritual terlarang ini? Bisakah Huigen dan yang lain terbangun dari mimpi?
Beban ini terlalu berat. Tapi tak boleh terbawa dalam ritual. Meski lemah, roh utuh tetap lebih kuat dari sisa arwah. Sudah sering melakukan Zhongmao. Entah melangkah Gang atau membentuk mudra - tanpa belenggu tubuh hidup, gerakanku mengalir bak air terjun.
Tapi Sihir hanya selesai kurang dari seperlima, waktu belum mencapai setengah menit, aku langsung membeku seketika, sama sekali tidak tahu apakah Sihir ini harus dilanjutkan atau tidak!
Datang lagi, kekuatan tak dikenal yang menggelegak itu, kenapa muncul lagi? Padahal progres Sihir saat ini belum mencapai seperlima, aku bahkan belum mulai berkomunikasi dengan kekuatan Guru leluhur, bagaimana mungkin tiba-tiba muncul kekuatan seperti itu?
Kekuatan itu mendidih dalam Dimensi Konsentrasi Pikiran, terasa hanya ada satu lapis penghalang tipis, asalkan kutarik sedikit, pasti langsung menerobos masuk ke dalam rohku...
Bagaimana harus kumutuskan? Saat ini, kudengar jelas dari luar suara kesakitan Cheng Zhen, mengingat penyatuan rohnya menggunakan dirinya sendiri sebagai inti, artinya Cheng Zhen sudah terluka!
Hatiku sangat panik, hampir saja terputus paksa dari perenungan dalam! Segera kukumpulkan pikiran, saat ini kugigit gigi, tak lagi ragu, mulai melanjutkan ilmu Zhongmao!
Seiring berlanjutnya ilmu Zhongmao, kurasakan penghalang tipis itu semakin menipis, aura kekuatan itu juga semakin kuat, membuatku sebagai penguasa Dimensi Konsentrasi Pikiran ini, baru merasakan sebentar saja sudah membuatku terkejut.
Tapi tak bisa dipedulikan lagi! Akhirnya kuselesaikan langkah Gang terakhir, lalu tanpa ragu membentuk mudra, mulai berkomunikasi...
‘Gemuruh’, seiring selesainya langkah Gang terakhir, lapisan penghalang tipis itu tiba-tiba menghilang! Kekuatan itu sama sekali tidak menunggu komunikasiku, langsung mengalir deras keluar!
Aku tak pernah mendengar suara apa pun di dunia Konsentrasi Pikiran, tapi saat kekuatan itu menyembur keluar, sungguh kudengar suara mengaum seperti ‘banjir bandang’. Seluruh tubuhku gemetar.
Dalam keadaan linglung, kurasakan semacam keretakan yang dimulai dari aula utama ini, lalu menyebar ke kota dalam, kota luar. Sebuah kehendak menerjang keluar, melintasi danau ungu kemerahan. Kulihat Batu Tapal Batas itu, di dalamnya berdiri banyak siluet buram. Ada satu sosok paling biasa, tidak tinggi, tapi memancarkan energi luar biasa, berdiri di barisan depan.
“Cheng Yi, kami sudah lama menantikan kau membangunkan kami.” Siluet itu bersuara. Jaraknya begitu dekat, seolah bisa menyentuh kepalaku. Kehangatan dan kekuatan yang dipancarkannya memberi rasa aman. Dialah Guru leluhurku—Lao Li!
Ternyata mereka sudah menungguku membangunkan mereka sejak lama!
Aku begitu terharu hingga hampir menangis, tapi juga dipenuhi kebingungan: Apa yang sebenarnya terjadi? Sayangnya, kehendakku bagai karet rambut yang sudah diregangkan maksimal, akhirnya tak kuasa menahan lagi. Mulai mundur dengan cepat, kembali ke jasadku.
“Aku……” Aku tiba-tiba membuka mata, sudut bibir bergetar penuh emosi. Ingin berteriak memberi tahu semua bahwa aku melihat Guru Leluhur, Guru Leluhur berada di dalam Batu Tapal Batas itu. Namun baru mengucapkan satu kata, terdengar suara pecahan sesungguhnya.
‘Gemuruh’ berasal dari atas kepala kami. Langit-langit tingkat atas aula tertutup ini mulai retak, lalu muncul lubang sebesar baskom. Seperti raksasa tiba-tiba muncul di langit dan menghantam aula ini dengan tinju.
Segala pertempuran di dalam aula berhenti sejenak. Semua makhluk menyaksikan energi biru menerobos lubang pecah itu, melesat ke arahku!
‘Wah’ suara itu. Aku bagai spons kering yang dicelupkan ke laut. Kekuatan jiwa tak berujung membanjiriku... Mengelilingiku sekali lalu bergulung menuju Kak Cheng Xin...
Semua anggota aliran Lao Li kami diterpa energi biru ini sekali. Tampak dahsyat, tapi tak melukai. Setidaknya kekuatan jiwaku yang tandus kembali mencapai puncak—bahkan lebih kuat! Keadaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya.
“Akhirnya bertemu semua cucu muridku!” Suara itu tiba-tiba muncul setelah energi biru menghilang. Saat itu, aku hanya ingin menangis.
