Kukira proses pemecahan mimpi oleh energi emas ini akan berlangsung lama, seperti saat kami terjerat dalam mimpi dimana kekuatan jiwa biru perlahan 'membakar' seluruh alam semesta mimpi. Tapi tak kusangka begitu energi emas menyelimuti mereka, ekspresi wajah semua orang berubah drastis - semuanya terlihat jelas seperti disinari cahaya terang!
Jue Yuan adalah yang pertama membuka matanya. Setelah membuka kedua matanya, tubuhnya jatuh ke tanah dengan keras dan seketika itu juga sadar sepenuhnya.
Berikutnya Huigen, Lushan... satu per satu melepaskan diri dari mimpi, termasuk hantu Li Hao yang juga terlepas dari dunia mimpi.
Kehadiran Guru Leluhur bagaikan jarak pengaman lautan, dalam sekejap membalikkan kerugian terbesar kami.
Namun potret Guru Leluhur merupakan rahasia yang dijaga ketat. Selain aliran keturunan Lao Li, bahkan Huigen pun tidak tahu bentuk fisik sebenarnya. Saat sadar, semua orang hanya menunjukkan rasa penasaran pada sosok petani tua yang tiba-tiba muncul ini. Melihat tidak ada permusuhan, mereka pun tidak banyak bertanya.
Hanya Jue Yuan yang menatap Guru Leluhur lebih lama. Baru sekali pandang, wajahnya langsung dipenuhi kekaguman. Ia segera memberi sembahyang Buddha sambil bergumam: "Setiap gerak-geriknya selaras dengan hukum alam semesta, sungguh orang sakti sejati."
Guru Leluhur hanya tersenyum memandang Jue Yuan yang gemetar itu: "Biksu kecil ini, menarik! Tampaknya aliran ritual pelepasan arwah Buddhis telah menemukan penerus yang baik."
Biksu literatur ritual pelepasan arwah? Istilah ini cukup unik. Ekspresi Jue Yuan menunjukkan ketidakpercayaan. Tentang garis perguruannya, ia selalu menjaga kerahasiaan bahkan padaku pun tidak pernah menjelaskan detail. Pasti ia tak menyangka Guru Leluhur bisa langsung mengenali garis spiritualnya hanya dengan sekali pandang.
Tidak perlu membicarakan sisi Jue Yuan, saat ini Huigen telah meledak! Wajahnya dipenuhi kemarahan, tersenyum sinis sambil menatap Li Hao dan berteriak keras: "Tanpa dukungan mimpi, hari ini aku ingin lihat bagaimana kau melarikan diri!"
Ekspresi ketakutan muncul di wajah Li Hao, secara refleks ia melirik ke arah singgasana, namun dengan panik menemukan bahwa Yu Cui Zi sedang bertarung ilmu dengan rubah muda, sementara empat dari hantu jenderal telah menghilang, enam sisanya terluka dalam pertempuran melawan Cheng Zhen dan Chengyuan. Tak ada yang bisa membantunya.
Tampaknya Huigen dan Li Hao telah bertempur sengit dalam mimpi. Bisa ditebak, dalam mimpi yang sengaja diciptakan oleh keberadaan itu, Li Hao menguasai segala keuntungan. Namun Huigen tetap bertahan, meskipun dengan kegagalan, tapi juga mengeluarkan kekuatan yang membuat Li Hao ketakutan.
Mengabaikan ketakutan Li Hao, Huigen tiba-tiba menatapku dan hanya berkata: "Kak, saat aku pingsan, teriakanmu di luar pintu gerbang telah kudengar. Saat itulah, aku berhasil!"
Setelah mengatakan itu, Huigen mengejar Li Hao yang telah lari ke kelompok pertempuran di sana setelah melihat situasi tidak menguntungkan, berharap mendapat perlindungan dari pertempuran-pertempuran lain yang sedang berlangsung.
Huigen yang telah lama memendam api kemarahan tentu tak membiarkannya lolos. Ia mengejar dengan buru-baru sambil berteriak: "Kak, dulu aku pernah bilang, suatu hari aku akan berdiri di depanmu."
“Guru leluhur memandang Huigen dengan penasaran, hanya berkata: "Si nak ini benar-benar nekat, tapi tanpa sengaja ternyata bertaruh dengan tepat. Anak ini layak dipakai untuk urusan besar!"
Mendengar penilaian Guru leluhur terhadap Huigen, hatiku juga cukup senang. Sebenarnya aku bingung, kenapa setelah berhasil menyatu dengan kekuatan Vajra justru menjadi biasa saja? Tidak ada bentuk otot yang menonjol, juga tidak menjadi raksasa. Penampilannya sekarang saat mengejar Li Hao terlihat sangat menggelikan, seperti anak kecil yang mengejar-ngejar pria kuat sampai lari kesana kemari.
Tapi sebelum sempat berpikir lebih jauh, aku terkejut menemukan Huigen tiba-tiba mempercepat langkah. Kecepatannya seperti teleportasi, tiba-tiba sudah muncul di belakang Li Hao.
"Bukannya kau ingin mengambil kepala kami untuk persembahan ke walikota?" Sambil bicara, Huigen mengangkat tinjunya dan menghantam ke bawah dengan keras ke arah Li Hao.
Pukulan ini terlihat sama sekali tidak memiliki aura, tapi membuat Guru leluhur menghela nafas halus. Sementara Li Hao yang panik tak punya cara lain, terpaksa berbalik dan menahan pukulan Huigen dengan tinjunya...
'Braak!' Tempat pertemuan kedua tinju itu malah mengeluarkan suara ledakan Qi. Huigen tetap tegak tak bergerak, sementara Li Hao menjerit kesakitan sambil memeluk lengannya yang lunglai, mundur beberapa langkah.
Huigen mengaum seperti melepaskan amarah, seolah semua kesedihan yang ditahan dalam mimpi itu telah tercurah habis melalui pukulan ini.
“Nak hebat!” Guru leluhur yang jarang berseru mengeluarkan ucapan bernada kagum, tak lagi memandang ke arah Huigen. Pertarungan antara Huigen dan Li Hao pada dasarnya sudah bisa diprediksi hasilnya, tak perlu lama-lama ditatap.
Tatapan guru leluhur beralih ke Lushan yang sedang menatapnya penuh rasa ingin tahu. Jelas Lushan tak mengenali sosok ini. Sang guru bertanya, "Bisakah bertarung lagi?"
Lushan menatapku. Kuberi isyarat padanya untuk jujur. Lushan menggeleng sambil menghela napas. Guru leluhur terdiam sejenak, tak bersuara.
Saat memandang Tao Bai, raut wajah guru leluhur tiba-tiba berubah. Bahkan beliau yang biasanya tenang tak kuasa mengeluarkan teriakan lemah. Setelah terdiam lama, ekspresi aneh muncul di wajahnya sambil bergumam, "Jangan-jangan ini benar-benar takdir langit?"
Ucapan misterius itu membuat Tao Bai yang baru sadar sebentar kembali pingsan. Memang sebelumnya dia sudah tidak sadarkan diri sebelum terperangkap mimpi, wajar jika kembali pingsan.
Aku heran dengan reaksi berlebihan guru leluhur. Sorot mata Lushan mulai menunjukkan kewaspadaan. Bingung dengan situasi ini, kukira sang guru akan memberi penjelasan, tapi beliau malah mengabaikan Lushan dan langsung menatap Xiao Chengqian.
Saat ini Xiao Chengqian memandang Guru leluhur, seluruh tubuhnya bergetar, mana bisa mengucapkan sepatah kata pun! Aku hampir lupa fakta ini, Xiao Chengqian adalah anggota organisasi itu, dan 'pendiri' organisasi tersebut - jika boleh dikatakan demikian - hubungannya dengan Guru leluhur memang rumit?
Saudara seperguruan? Atau musuh? Kisah masa lalu itu tak pernah disebutkan siapapun, namun hubungannya benar-benar kompleks. Dari ekspresi Xiao Chengqian yang mengenali Guru lelhuhurku, jelas dia sudah mengetahui rupa Guru leluhur, hal yang sebenarnya tidak terlalu mengejutkan.
Jelas terlihat, saat melihat Xiao Chengqian, Guru leluhurku mengeluarkan suara "Hm?", Beliau tak menyangka makhluk sensitif dengan hubungan serumit ini akan muncul di sini.
Namun seketika ekspresi wajah Guru leluhur menjadi rumit, seakan mengingat sesuatu, akhirnya berubah menjadi helaan napas, lalu berkata tanpa alasan jelas pada Xiao Chengqian: "Dengarkan baik-baik ilmu yang akan kusampaikan."
Guru leluhur akan mewariskan ilmu pada Xiao Chengqian? Kami semua terkejut, jelas ini di luar perkiraan kami. Tapi siapakah kami yang bisa menebak pikiran Guru leluhur? Hanya bisa diam menyaksikan!
Bibir Guru leluhur bergerak cepat mengucapkan mantra. Xiao Chengqian yang mendengarkan perlahan menunjukkan wajah berseri, semakin bersemangat. Tak sampai satu menit, Guru leluhur berkata: "Cukup! Penjelasan dasarnya saja. Ku yakin kau sudah mendapat pencerahan, siap bertarung?"
Ekspresi Xiao Chengqian menjadi agak canggung, tiba-tiba ia berlutut menghadap guru leluhurku dan membungkuk dalam-dalam, memanggil dengan suara sangat pelan: "Kakek Paman Sepemerguruan!"
Guru leluhurku jelas mendengarnya, raut wajahnya mulai dipenuhi duka. Kedua tangannya disilangkan di punggung, tanpa memberi jawaban apakah beliau menerima sembah Xiao Chengqian.
Namun Xiao Chengqian tak lagi banyak bicara. Ia telah berdiri dan berjalan menuju medan perang, kata-katanya berkibar-kibar masuk ke telinga kami: "Guru leluhurku... selama ini... orang yang paling dikaguminya tetaplah Kakek Paman Sepemerguruan!"
Mendengar kalimat ini, kami serentak menatap guru leluhur. Ekspresi beliau sangat rumit, namun hanya sesaat. Kemudian beliau berteriak pada kami: "Kedua nak ini sudah berhasil mengulur waktu sebentar. Keturunan Lao Li, dengarkan baik-baik warisan ilmunya!"
Kami mana berani menunda lagi? Segera fokuskan pikiran dan mendengar. Sebelumnya, kulihat Huigen'er dan Li Hao sudah menyelusup jauh ke dalam medan perang. Adegan terakhir adalah Huigen'er menyapu kakinya ke arah Li Hao...
Sementara Xiao Chengqian telah berdiri tegak di tengah medan perang, mulai membuat segel tangan sambil berteriak: "Huigen'er! Di sisi sana sedang diwariskan ilmu. Bisakah kau tahan beberapa hantu jenderal ini sementara waktu?"
Kemudian, kututup mataku. Dengan sepenuh hati kufokuskan pikiran, menyimak setiap warisan ilmu dari guru leluhur!
Melihat raut wajah Guru leluhur yang begitu serius, aku tahu meskipun situasi terlihat telah berbalik menguntungkan, kenyataannya dengan sikap beliau yang sangat tegas ini, momen pertempuran besar yang sesungguhnya baru akan dimulai. Proses mewariskan ilmu kali ini benar-benar sangat krusial.
Suara Guru leluhur bergema di telingaku. Dalam keadaan setengah sadar, seolah aku berada di dunia yang sama sekali kabur, menyaksikan beliau dengan cermat mendemonstrasikan teknik Tao yang akan diwariskan padaku. Pengalaman ini begitu ajaib, setiap kata dan gerak beliau sarat makna filosofis tersembunyi yang harus kupahami perlahan.
Aku sudah lupa konsep waktu, sepenuhnya tenggelam dalam proses penerusan ilmu ini. Entah berapa lama, akhirnya Guru leluhur berhenti dan berkata: "Proses mewariskan ilmu telah selesai. Masih ada pesan terakhir untuk kalian. Sekarang, mari kita selesaikan urusan di sini."
Setelah ucapannya, kami keluar dari keadaan meditasi tingkat tinggi itu. Wajah semua orang memancarkan kegembiraan dan keterkejutan - rupanya Sihir bisa seperti ini?
Di seberang, kulihat Xiao Chengqian benar-benar berhasil memanggil lima Tianjiang, bersama Huigen mereka sedang bertarung dengan susah payah!
Tampaknya waktu belum lama berlalu. Pertempuran penentu yang sesungguhnya baru saja membuka kelambunya!
Dan melalui pertempuran inilah akhirnya terkuak jebakan menggegerkan langit itu!
