Seiring langkah yang semakin mendekati titik tuju, planet yang berputar dalam persepsi mental itu membesar secara mengerikan, bergerak memutar menghampiriku!
Inilah bagian tersulit dari Langkah Yu Alam Semesta. Jika tak tahan penghancuran total oleh kekuatan planet, Dimensi Konsentrasi Pikiran akan hancur berantakan - berarti pikiran pengguna ilmu pun remuk. Ringannya jadi orang bodoh, parahnya jadi vegetatif tanpa sisa kesadaran.
Pada saat itu, aku mengerahkan kekuatan alam semesta dari tubuhku. Kekuatan alam semesta dalam tubuhku beresonansi dengan energi kosmik yang ada di sekeliling. Energi alam semesta sekitar mengalir perlahan, menyelimutiku. Dengan dukungan kekuatan sebesar ini, aku sanggup menanggung penghancuran total dari langkah ini.
Maka, kulepaskan langkah ini dengan segenap tenaga.
Dengan gemuruh, bintang Tian Shu yang hampir menghancurkanku tiba-tiba berputar menjauh dan tergantung di kejauhan Dimensi Konsentrasi Pikiranku. Dalam kegelapan, satu bintang pertama menyala, dan siluet rasi Bintang Biduk akhirnya muncul di dunia meditasiku.
Saat langkah krusial pertama ini selesai, penglihatanku pulih. Kurasakan energi bintang turun dari langit, menyelimuti ruang tempatku menginjakkan langkah Gang.
Syukurlah masih dalam batas toleransi. Dengan ekspresi datar, kuteruskan ritual langkah Gang.
Di kejauhan, kulihat si penyeberang berdiri di udara. Dengan kaki kanan sebagai tumpuan, tubuhnya terhempas ke belakang. Lengan bertato naga itu terayun liar di belakangnya, mengaum dengan penuh amukan...
Di hadapannya, raja hantu itu telah mengangkat kaki raksasa. Otot-otot di tubuhnya mengeras seperti air bah yang mengalir deras ke kaki besar yang teracung itu. Di atas punggungnya, sang Penguasa Kota Baru duduk dengan ekspresi serius.
Meski dalam kondisi ini aku tidak memiliki pikiran apa pun, tapi dengan menguasai kekuatan alam semesta, setiap perubahan dalam radius sekitar terasa sangat sensitif bagiku. Aku bisa merasakan Penguasa Kota Baru terus menyuntikkan kekuatan pada raja hantu itu.
Menurut persepsiku, tanpa dukungan kekuatan Penguasa Kota Baru, raja hantu itu takkan sanggup menahan tiga pukulan pertama dari penyeberang.
Langkah Gang-ku terus bergerak. Meski pertarungan ini terlihat rumit, sebenarnya semua terjadi dalam waktu singkat. Penyeberang pernah bilang cukup tahan sepuluh pukulan. Bahkan dalam kondisi ini, desakan waktu masih terasa sangat kuat.
Pukulan ketujuh! Pikiran ini muncul secara reflek dalam batinku.
"Aaa...!!!" Teriakan penyeberang memuncak menjadi raungan liar. Tubuhnya yang semula terdorong ke belakang tiba-tiba melesat ke depan. Tinjunya yang ditarik ke belakang seperti peluru meriam meluncur dengan kekuatan menggetarkan, menghantam raja hantu dengan dahsyat.
"Groaaak...!!!" Raja hantu juga mengeluarkan auman mengguncang langit. Sebuah kaki besar menghantam ke arah penyeberang, berusaha mengimbangi tinju yang datang.
"Tian Xuan." Kubatin dalam hati. Planet kedua muncul di alam persepsiku, tetap berputar-putar. Setiap langkahku menapak, tekanan tak henti mendesak ke arahku.
"Pada saat ini, tinju-tendangan penyeberang dan raja hantu saling beradu. Kaki besar raja hantu dihentikan oleh penyeberang dengan satu tinju. Dalam sekejap mereka saling melintas dalam keheningan. Seluruh paha raja hantu bergetar tak henti, kekuatan mengalir deras di balik otot-ototnya.
Tato naga darah di lengan penyeberang tiba-tiba mengangkat tinggi kepalanya!
"Diam!" Dalam tekanan naluriah, aku menghentakkan kaki dengan keras. Karena terburu-buru, planet ini menghancuriku dengan kecepatan beberapa kali lipat lebih tinggi dari sebelumnya. Kekuatan alam semesta di tubuhku mengalir deras, resonansi kosmik tetap terjadi. Yang berbeda hanyalah aliran energi alam semesta yang awalnya lambat, kini berubah menjadi sangat cepat...
'Gemuruh', akhirnya planet itu berhenti lalu menjauh. Karena memicu aliran dahsyat energi kosmik di sekitarnya, rohku tersiksa oleh rasa sakit yang tak tertahankan. Namun akhirnya bintang kedua dari rasi Bintang Biduk mulai bersinar.
Aliran baru energi bintang mengalir deras dari langit, menghujam ke dalam dimensi ini.
Penglihatanku pulih kembali. Kulihat tubuh raja hantu mulai melayang-layang. Retakan besar muncul mulai dari kaki yang tertembus, lalu seluruh tubuhnya pecah berkeping-keping seperti porselen yang dihancurkan.
"Ah…" Penguasa Kota Baru menghela napas, melompat turun dari bahu Raja Hantu, lalu berdiri di sampingnya dengan kedua tangan tersembunyi dalam lengan baju. Suaranya penuh penyesalan: "Dasar bodoh, akhirnya tak berguna! Dulu kubiarkan Kota Tua tetap ada untuk kamuflase operasi Kota Baru, pusat perhatian… Tapi kau malah merengek minta kerja sama. Nyatanya kerjamu payah sekali. Dengan dukunganku, kau bahkan tak tahan tujuh pukulan dari senjata ini."
Raja Hantu Kota Tua perlahan menoleh ke arah Penguasa Kota Baru. Matanya menyala kemarahan, lalu beralih ke Guru Leluhurku dengan sorot penyesalan. 'Auu…' Suaranya menggema sebelum akhirnya tubuhnya hancur menjadi serpihan roh yang melayang di udara…
Sang Penyeberang menatap Penguasa Kota Baru. Pandangannya dipenuhi kemarahan yang tak terbaca, kesedihan, kilas balik, dan kepedihan—hanya satu yang hilang: kebencian.
Penguasa Kota Baru justru tersenyum pada Penyeberang. Wajah biasa itu tiba-tiba hidup. Saat tersenyum, matanya menyipit membentuk kerutan ramah yang tak biasa.
Aku yang sedang fokus total pada langkah Gang hampir tersentak. Energi ritual nyaris membalik menyerangku. Wajah itu… Kenal. Sangat kenal. Tapi mengapa aku tak bisa mengingat siapa dia?!
Benar-benar blank. Tapi aku tak berani memaksakan ingatan. Darah memercik dari mulutku sebelum akhirnya ritme langkah Gang kembali kukuasai.
"Bahaya," setetes keringat dingin mengalir dari dahiku. Andai saat ini yang kugunakan bukan kekuatan alam semesta yang perkasa, melainkan kekuatan jiwaku sendiri, pasti aku sudah kena karma balasan.
Masuk kembali ke keadaan meditasi ini, segala hal di luar sepenuhnya kutinggalkan dalam kondisi mental yang tenang bagai sumur kuno. Namun beberapa kalimat dialog justru terdengar jelas di telingaku.
"Huayi, aduh... Bertahun-tahun sudah, kenapa kau masih tak mau menyerah? Sebenarnya aku tahu kau takkan menyerah. Selama ini di luar Kota Baru, kau kira aku tak tahu?" Yang berbicara adalah Penguasa Kota Baru, tetap dengan senyum ramahnya, suaranya lembut tanpa sedikit pun nuansa permusuhan.
"Tiada Huayi. Aku tak kenal siapa Huayi." Suara penyeberang terdengar kaku, langsung menampik semua perkataan penguasa kota.
"Ah, kau memang selalu begitu. Nama duniawi kau bilang tak ada, nama Dharma tak mau dipanggil lagi. Apa maksudmu melupakan semua ikatan? Tapi aku belum lupa. Kalau tidak, mana mungkin kau bisa tenang di luar kota ini, kakakmu bisa meritus pelepasan arwah di dalam kota." Suara penguasa kota penuh penyesalan, seolah merasa sedih karena sang penyeberang melupakan hubungan mereka.
"Jangan mengada-ada. Hubungan kita sudah terputus tuntas bertahun lalu! Kau mentolerirku dan Master Hongren hanya karena sibuk dengan mimpimu musim semi dan gugur itu. Kini mimpi telah hancur, formasi besar telah selesai, masih belum juga kau tersadar?" Suara penyeberang tetap dingin, langsung membentak.
“Hehehe…” Penguasa Kota Baru itu tertawa, lalu tiba-tiba menyembunyikan senyuman ramahnya. Ia menatap penyeberang sambil berkata: "Siapa bilang yang perlu tersadar adalah aku? Sudahkah formasi besar terbentuk? Mengenai mimpi, bagiku selama bisa tidur, itu selalu ada. Semua pembalikan hanyalah…" Tangannya tiba-tiba menunjuk ke arah kami dengan garang, lalu bergumam berat: "Bunuh mereka!"
"Kau tak punya kesempatan lagi, Ning Zhifeng." Mata penyeberang itu memandang empat pilar cahaya raksasa. Di salah satu pilar, seekor naga jiao yang terlihat lemah tiba-tiba menjulang ke langit, masuk dengan cepat ke pilar tempat roh jiao yang suka bertarung milik Chengyuan berada.
Adalah roh jiao yang hampir berubah menjadi naga yang dijadikan singgasana oleh Penguasa Kota Baru. Ia terjerat dengan roh jiao yang suka bertarung milik Chengyuan. Pilar cahaya yang awalnya terlihat lebih 'lemah' dibanding lainnya tiba-tiba menyala terang, memancarkan cahaya yang sama dengan tiga pilar cahaya lainnya.
Ekspresi wajah Penguasa Kota Baru berubah, namun segera tersenyum kembali: "Tidak masalah. Formasi besar masih membutuhkan banyak kekuatan roh untuk diaktifkan. Kekuatan-kekuatan roh itu sampai sekarang belum sempat menggerakkan formasi. Aku punya waktu! Untuk cacing kecil itu, nanti bisa ditangkap kembali. Aku akan memberinya pelajaran."
Itu tersenyum selesai mengatakan semua ini, tiba-tiba ekspresi wajahnya berubah, menghantam dengan tinju ke arah penyeberang. Kulihat cahaya ungu menyala terang dari tubuhnya, lalu kuinjakkan langkah ketiga yang krusial - Tianji!
Pandangan kembali terjerat dalam kegelapan kacau, namun kegelisahan dalam hati telah merasuk hingga ke seluruh roh, aku memutuskan untuk MENGINJAK KUAT, BERTAHAN GAGAH!
