Aliran Gunung Salju sangat teliti. Sikap mereka terhadap tamu undangan, tata letak gua, penataan kamar, hingga buku penjelasan ini - semuanya menunjukkan mereka sangat detail, bahkan sampai tingkat 'perfeksionis kebersihan'.
Memegang buku panduan ini, pikiranku tiba-tiba melayang pada kesimpulan itu. Mengapa terasosiasi dengan 'perfeksionis kebersihan'? Murni perasaan hati, atau mungkin cara berpikirku yang unik.
Buku panduan di tangan ini tidak bisa dibilang mewah, namun membawa aura kuno yang bersih dan elegan, persis seperti kitab kuno.
Aku terus memikirkan pertemuan Yuyue Longmen (Ikan Melompati Gerbang Naga) itu, bahkan tidak sempat melihat konten dan aturan lain, langsung mencari penjelasan tentang pertemuan tersebut.
Untungnya acara ini ternyata termasuk agenda penting dalam komunitas besar, sehingga cepat kutemukan penjelasannya.
Hampir tak sabar kubaca semua detail acara ini, lalu kusoroti ulang dengan teliti untuk memastikan pemahamanku tidak meleset.
Secara gamblang, Pertemuan Yuyue Longmen adalah ajang bagi praktisi spiritual independen dan sekte kecil untuk melesat ke puncak karir. Tentu sekte besar juga diuntungkan dengan - rekrutmen talenta.
Lebih jelasnya, ini adalah turnamen pertarungan yang diorganisir 10 organisasi terkuat dan paling berpengaruh di lingkaran ini.
Pada hari-H, 10 pihak ini akan membuka arena untuk merekrut murid dengan dua syarat: pertama usia memenuhi kriteria, kedua bisa mengalahkan perwakilan murid mereka - tanpa batasan metode, baik pertarungan fisik maupun metafisika.
Kedengarannya seperti omong kosong, tapi sebenarnya sangat logis. Meski kemenangan bisa diraih dengan tinju, ahli bela diri jelas kalah telak melawan praktisi spiritual sejati yang punka ribuan trik menjinakkan lawan sebelum sempat mendekat.
"Kecuali dalam pertarungan antar praktisi spiritual, hanya praktisi spiritual yang punya cara untuk melawan sihir tertentu."
Jadi, aturan-aturan ini terlihat longgar, tapi sebenarnya sangat ketat. Lagipula, mana mungkin perwakilan murid yang dipilih sepuluh kekuatan besar mudah ditaklukkan?
Mengenai ide orang berjubah putih agar aku mencari orang lewat acara ini, setelah membaca aturan pertemuan, aku paham. Ternyata meskipun semua tindakan di pasar besar ini bersifat sukarela, Pertemuan Ikan Melompati Gerbang Naga adalah satu-satunya acara dengan persyaratan wajib bagi semua peserta.
Karena dari sisi lain, acara ini juga merupakan pameran kemampuan komunitas praktisi spiritual. Melalui acara ini, berbagai hal dalam komunitas akan dievaluasi—sifat, arah, dll.—seperti konferensi berkumpulnya praktisi spiritual.
Lagipula selain pasar besar, tempat mana lagi yang punya kondisi untuk mengumpulkan begitu banyak praktisi spiritual?
"Ini kan acara pamer sepuluh kekuatan besar untuk menunjukkan seberapa tajam bawahan mereka?" gumamku pelan. Sebenarnya banyak hal yang terlihat mulia di permukaan tapi esensinya 'kotor'. Tapi ini bukan urusanku, cukup paham saja.
Yang kupikirkan hanya bagaimana caranya besok menemukan saudara seperguruan lewat acara ini. Banyak cara bisa digunakan, tapi setiap metode menghadapi risiko besar.
Meletakkan buku panduan, otakku terus bekerja. Perasaan menjadi sedikit lebih ringan.
Saat itulah aku baru menyadari betapa melimpahnya energi spiritual di kamar ini, bahkan jauh melebihi padang rumput di luar. Sebelumnya karena ada beban pikiran, aku tidak memperhatikan. Baru sekarang aku paham, pantas saja pemilik undangan sangat senang bisa tinggal di gua.
Sungguh luar biasa sumber daya yang dimiliki aliran Gunung Salju ini.
Merasa bosan di kamar, ingin sekali keluar jalan-jalan. Tapi aku sadar, peringatan Biksu Berjubah Putih memang beralasan. Setelah lama berpikir, akhirnya kubatalkan niat itu. Mengingat energi spiritual di sini begitu kental, tak boleh disia-siakan. Lebih baik kumanfaatkan untuk bertapa meditasi.
Kultivasi tak mengenal waktu. Begitu fokus, waktu berlalu sangat cepat. Setelah selesai meditasi, kulihat jam sudah menunjukkan pukul 9 malam lebih.
Perut mulai keroncongan. Saat kubuka pintu mencari orang untuk bertanya tentang tempat makan, ternyata di depan pintu sudah tersedia dua nampan berisi makanan - mungkin dikirim siang dan malam tadi. Kukagumi pelayanan VIP di sini yang begitu istimewa.
※※※
Esok paginya, seorang utusan datang memberitahukan bahwa Pertemuan Lompat Naga akan dimulai tepat pukul 9 pagi. Beliau berharap aku bisa hadir tepat waktu.
Ternyata benar-benar acara wajib untuk semua peserta. Kuperiksa jam, baru pukul 6:30 pagi tapi pemberitahuan sudah dimulai.
Setelah menghabiskan sarapan yang diantar, aku mulai membereskan diri. Tentang cara menemukan saudara seperguruanku di pertemuan besar itu, sebenarnya sudah ada rencana di hatiku. Hanya saja, perasaan gugup tak terhindarkan. Pertemuan 100.000 orang! Aku sebenarnya tidak terlalu ingin jadi pusat perhatian.
Di cermin tembaga, penampilanku masih seperti pria paruh baya dengan ekspresi muram. Menatap cermin, aku menyisir rambut dengan hati-hati dan mengikat dasi. Sebenarnya tempat ini agak aneh. Entah karena terlindungi pegunungan atau ada alasan lain, iklimnya sehangat musim semi sehingga tidak perlu lagi memakai jaket tebal dan celana pendakian.
Karena itu, penampilan orang-orang di sini sangat unik. Lagi pula di tempat ini para praktisi spiritual tidak perlu menyembunyikan identitas. Mereka bebas mengenakan pakaian apa saja.
Aku sendiri tetap memilih mengenakan setelan jas dari orang yang menyamar tadi. Sebelumnya, aku masih perlu penyamaran identitas. Hanya saja, botol ramuan itu kuselipkan diam-diam ke saku celana.
Sebelum pukul 8, seseorang datang memberi tahu untuk menunggu di luar. Seperti si penyambut tadi, orang ini juga berkesan dingin. Kukira dia juga murid aliran Gunung Salju. Anehnya, mengapa bukan orang berjubah putih yang bertugas?
Setelah menunggu beberapa saat di tempat yang ditentukan, sekitar 50 orang sudah berkumpul. Kami semua kemudian dipimpin oleh orang yang memberi tahu tadi menuju padang rumput luas di luar gua.
Pertemuan Ikan Melompati Gerbang Naga akan dilaksanakan di tempat rahasia pukul 9 pagi, berlangsung selama 12 jam, bahkan mungkin molor tergantung situasi. Singkatnya, acara perkumpulan terbesar dalam komunitas praktisi spiritual ini baru akan selesai sampai malam.
Keluar dari gua, sebagai tamu kehormatan kami tetap diantar dengan kereta kuda. Sebaliknya, orang-orang dari area tenda besar itu harus berjalan kaki menuju lokasi pertemuan.
Sepanjang perjalanan di dalam kereta kuda, kulihat kerumunan manusia yang sangat padat bergerak ke suatu arah. Awalnya ingin mencari apakah saudara seperguruan ada di antara mereka, tapi melihat lautan kepala yang berdesakan, akhirnya kuurungkan niat itu.
Padang rumput ini sangat luas. Meski kereta kuda berlari kencang, 20 menit lebih hanya bisa menempuh sepertiga jarak, lalu berhenti di kaki gunung salju lain. Pertemuan Ikan Melompati Gerbang Naga digelar di sini.
Turun dari kereta kuda, kami tak bisa bergerak bebas karena rombongan 50 orang ini dipimpin Murid Gunung Salju. Kami seperti anak SD yang semua gerakannya harus dikendalikannya.
Tapi ini tidak mengurangi kekagumanku. Ternyata di perut gunung salju ini terdapat gua besar yang diterangi cahaya terang benderang, terlihat seperti arena pertemuan bundar raksasa. Mengapa sebelumnya tak kusadari keberadaannya?
Ini aliran Gunung Salju atau aliran Penggali Gua? Mataku menatap wajah Murid yang memimpin kami. Orang-orang dari aliran ini memang terlihat sangat misterius.
Karena status tamu VIP, kami segera dibawa masuk ke arena pertemuan dan ditempatkan di posisi bagus, yaitu bagian depan auditorium melingkar bertingkat.
Baru pada saat ini aku punya kesempatan mengamati lebih detail ruangan ini.
Auditorium ini berbentuk lingkaran bertingkat, terlihat sangat besar. Seluruh arena menggunakan batu hijau sebagai material utamanya, termasuk kursi tempat dudukku yang hanya berupa balok batu hijau sederhana yang ditata di atas tanah.
Namun justru dengan cara ini, orang-orang tetap merasa arena ini megah, karena seluruh dindingnya dipenuhi relief yang mengisahkan mitos-mitos Tiongkok kuno. Orang yang berpengalaman langsung bisa mengenali cerita dari "Shan Hai Jing".
Di tengah arena terdapat podium besar, di belakangnya terdapat serangkaian ruangan terpisah seperti bangsal VIP di lapangan pacuan kuda. Di depan ruangan-ruangan itu ada mimbar, mungkin nanti perwakilan Sepuluh Kekuatan Besar akan berpidato di sana.
Aku hanya melirik sebentar lalu mengalihkan pandangan. Saat ini yang lebih penting adalah mematangkan setiap detail rencana selanjutnya, mengingat ini adalah skenario yang sekali salah langkah akan berujung kehancuran total.
