Dalam petualangan bertahun-tahun, mantra petir bisa dibilang teknik sihir yang paling kukuasai. Sekalipun aula ini adalah gua raksasa, aku tetap bisa memanggil kekuatan petir. Tapi bukan itu alasan utamaku memilih mantra petir. Kuncinya ada pada teknik warisan roh Guru Leluhur yang tertinggal padaku.
Teknik sihir ini tidak bisa disebut sebagai ritual rahasia, bahkan mungkin dianggap sebagai teknik yang tidak berguna jika dilihat orang lain. Ditambah lagi persyaratan indera spiritual yang diperlukan mencapai tingkat 'menyimpang', meski diklaim sebagai rahasia yang tidak diwariskan dari aliran Lao Li, mungkin hanya sedikit yang mau mempelajarinya.
Teknik ini disebut Teknik Pemisahan Aliran, secara sederhana adalah membagi satu mantra dahsyat menjadi sepuluh serangan bertahap. Seperti memanggil petir surgawi yang dahsyat, lalu menggunakan indera spiritual untuk memisahkannya menjadi sepuluh petir kecil yang daya rusaknya biasa, diluncurkan dalam sepuluh tahap!
Kedengarannya Teknik Pemisahan Aliran ini seperti lelucon, namun ada satu kalimat kunci dalam penjelasannya yang membuatku tertarik dan memutuskan untuk menggunakannya dalam pertarungan puncak ini: Mantra yang telah dipisahkan akan menjadi serangan seketika, tidak memerlukan segel tangan atau mantra lisan, cukup kendali indera spiritual dilepas, maka serangan akan langsung melesat!
Karena mantra asli yang ingin kugunakan membutuhkan waktu persiapan sangat lama, aku harus menggunakan Teknik Pemisahan Aliran ini untuk menjamin keamanan selama proses merapal mantra.
Saat jari-jariku mulai membentuk segel tangan mantra petir, aku segera merasakan kekuatan petir. Karena begitu segel tangan selesai, aku langsung membentuk segel tangan Teknik Pemisahan Aliran, kekuatan petir yang terkumpul kini mengambang dalam keadaan siap pakai. Inilah keunggulan kedua teknik 'melawan takdir' ini: Selama jiwamu mampu menahan beban dan indera spiritualmu bisa memisahkan energi dengan baik, kamu bisa 'tanpa batas' mengumpulkan kekuatan mantra.
Aku terus-menerus merasakan dan mengumpulkan kekuatan petir, tidak gegabah. Ketika merasa cukup, aku mulai hati-hati menggunakan metode pencabangan. Secara sederhana, ini adalah menggunakan kekuatan jiwa untuk mengendalikan energi petir, disimpan tanpa dilepaskan. Indera spiritual berperan sebagai pembagi akurat, menentukan dosis kekuatan yang bisa sepenuhnya dikendalikan oleh kekuatan jiwa.
Ini pertama kalinya aku menggunakan sihir seperti ini. Aku sangat berhati-hati. Namun mungkin karena tidak gegabah, prosesnya lebih mudah dari perkiraan. Dalam waktu singkat, mantra petir sekali pakai ini berhasil kubahagi menjadi tujuh bagian.
Tangan kiri membentuk segel tangan. Saat membuka mata, arena pertarungan sunyi senyap. Dari tribun terdengar sorakan 'Sst' - mungkin karena mantra petirku sama sekali tidak memicu gangguan di alam semesta, bahkan kilat pun tak terlihat, membuat penonton kecewa.
Aku tak menghiraukan reaksi ini. Pertarungan ini untuk mendapatkan perlindungan, bukan pamer. Pendapat orang yang tak kuhargai tak perlu kupedulikan.
Setelah menggunakan teknik pencabangan, Zhang Han masih terus mempersiapkan ritualnya. Sekilas kulihat aura energi aneh berkumpul di sekitarnya. Tanpa uji coba, sulit mengetahui apa sebenarnya itu. Tapi Zhang Han bukanlah tolol, mungkin telah menyiapkan 'pertahanan' sejak lama. Jika aku menyerang sembarangan sekarang, efeknya mungkin minim.
Ini bukan hal yang kuperhatikan. Satu-satunya yang kurasakan adalah, seiring Zhang Han menggunakan sihirnya, tato aneh di tubuhnya semakin... sulit dijelaskan, seolah semakin penuh vitalitas, terlihat lebih mengerikan.
Memikirkan ini, dalam cemoohan penonton di tribun, kututup mataku. Tangan kiri menggenggam segel tangan, sementara langkah Gang pertama akhirnya kujalankan!
Karena ini pertarungan dasar, tentu tak lepas dari perpaduan berbagai segel tangan dan langkah Gang. Di hatiku tak ada sihir lain yang bisa sepenuhnya menekan Zhang Han, kecuali satu ini - Langkah Yu Alam Semesta!
Langkah Gang ini pernah kujalani dua kali, tapi selalu dengan bantuan ilmu Zhongmao dari Guru leluhur. Kali ini harus kuselesaikan sendiri, bahkan untuk yang paling sederhana - Langkah Empat Simbol!
Ekspedisi ke Danau Seribu Hantu dan roh yang masuk ke mimpi, dalam beberapa hal memberi keuntungan. Roh kami ditempa sempurna melalui lingkungan ajaib ini.
Untukku, manfaatnya lebih besar. Guru leluhur menggunakan sisa rohnya memperbaiki lukaku, meningkatkan kekuatan jiwaku. Meski hanya sisa roh, kekuatannya luar biasa. Selain menyembuhkan lukaku, kelebihan energinya diberikan padaku. Ini kusadari saat beristirahat di desa untuk pemulihan.
Inilah andalan terbesarku untuk menjalankan Langkah Yu Alam Semesta!
Saat aku menginjakkan Langkah Yu Alam Semesta, obrolan di tribun tak kunjung reda. Isinya tak jauh-jauh dari: "Chen Cheng Yi gagal menggunakan mantra petir, jadi buru-buru pakai sihir lain untuk menebus. Tapi kalau mantra petir saja gagal, apa sih generasi muda nomor satu ini bisa sukses pakai ritual lain?"
Masih seperti desiran angin yang lewat, aku tetap tenang melanjutkan langkah Gang. Saat mendekati langkah krusial pertama, merasakan kekuatan bintang dan menyelaraskan posisi Zhu Que, tiba-tiba kudengar suara "Hah?" yang jelas. Ternyata si jubah putih itu yang berteriak kaget.
Kulemparkan pandangan datar ke arahnya, reaksi spontan belaka. Tapi tiba-tiba Yan Chenning berteriak dengan nada tak percaya: "Langkah Yu Alam Semesta!"
Xiao Chengqian langsung membalas: "Buat apa teriak-teriak kaget begitu? Cheng Yi sudah beberapa kali memperagakan ini di depanku. Cuma orang kampungan yang ribut-ribut kaya gini."
"Oh? Sudah beberapa kali? Batas-batas dong kalau mau membual, Tuan Xiao. Aku mau lihat nih, berani-beraninya dia pamer Langkah Yu Alam Semesta?" Suara Yan Chenning tiba-tiba berubah suram, tapi bukan sepenuhnya ditujukan pada Xiao Chengqian.
Xiao Chengqian cuma mendesah kesakitan, lalu berkata: "Kalau begitu, lihat saja."
Mereka masih saling serang dari seberang arena. Sementara itu, kakiku sudah mantap menginjak langkah krusial pertama tanpa keraguan.
Dengan langkah ini, sebuah planet muncul di dunia Konsentrasi Pikiran, berputar dan mendarat di posisi Zhuque. Sensasi familiar ini memenuhi rohku. Dibandingkan dengan kekuatan jiwa yang canggung sebelumnya yang membatasi kinerja Guru leluhur, kali ini aku merasa relatif lebih ringan.
Begitu kekuatan bintang mengkristal di posisi Zhuque, energi bintang bertekanan dahsyat muncul di arena pertarungan, terus menyebar ke segala penjuru.
Saat membuka mata spiritual, arena bawah sunyi. Yan Chenning wajahnya muram, sedangkan Zheng Mingyi melepas kacamata hitamnya, matanya menatapku tajam. Aku tak bisa melihat reaksi teman-temanku di belakang, hanya mendengar tawa sombong Xiao Chengqian yang pecah dalam keheningan, lalu suara Biksu Jubah Putih: "Apa si nak ini benar-benar berusia 60-70 tahun? Tidak mungkin, usia tulang sudah diperiksa."
Di tribun penonton, cemoohan mulai mereda. Tiba-tiba teriakan kaget bergema dari sisi barat laut dekat panggung: "Ya ampun! Si nak ini melakukan Langkah Gang tingkat tertinggi, Langkah Yu Alam Semesta!"
Suara ini awalnya sangat kecil di antara 100.000 penonton, tapi karena dekat tribun sampai ke telingaku. Seiring langkah Gang yang terus kujalani, semakin banyak teriakan kaget muncul. Apalagi di arena sudah tersambung kekuatan bintang pertama, ditambah nama besar Langkah Yu Alam Semesta. Pada titik ini, orang berpengetahuan mungkin sudah mengenalinya.
Saat aku hendak melangkahkan kaki ke langkah krusial kedua, tribun penonton telah berubah menjadi lautan teriakan kaget.
"Chen Cheng Yi bahkan gagal menggunakan mantra petir biasa? Gila, berani melangkahkan Langkah Yu Alam Semesta?"
"Kalau para sesepuh yang melangkahkan Langkah Yu Alam Semesta, aku tidak akan heran. Tapi dia? Bagaimana dia menyambut kekuatan bintang pertama? Kenapa mantra petirnya gagal?"
Di tengah teriakan, muncul berbagai pertanyaan. Sayangnya jawabannya tidak bisa ditebak mereka saat ini. Dalam pandangan mataku yang kosong, Zhang Han mengerutkan alisnya. Mata pada tato aneh di tubuhnya tiba-tiba seperti menyala membara.
Pada saat ini, meski kemampuan berpikirku hilang, alam bawah sadar tetap mengerti: Sihir Zhang Han hampir selesai. Waktuku untuk menyelesaikan Langkah Yu Alam Semesta semakin sempit. Jika ritualnya selesai, aku harus mencabut sebagian kecil energi pikiran dan kekuatan jiwa dari dunia konsentrasi untuk menghadapinya.
Ironisnya, langkah Yu berikutnya akan semakin sulit, membuat situasi yang sudah buruk ini semakin parah!
Tapi panah sudah di busur. Aku tidak punya pilihan lain. Bukankah dari awal sudah kuputuskan demikian? Jadi, kecemasan dari alam bawah sadar langsung terwujud dalam gerakanku. Langkah Gang-ku semakin kucepatkan.
'Gedebuk!' Kekuatan bintang kedua tersambung. Posisi Xuanwu terkunci!
Kecepatan langkah Gangku semakin cepat, sedangkan di sisi Zhang Han, saat ini bukan hanya tato yang terlihat hidup, seluruh tubuhnya juga mengalami mutasi. Kulitnya mulai memerah, bahkan ada uap halus yang keluar, seolah seluruh tubuhnya dipenuhi suhu yang sangat tinggi. Ekspresinya menyakitkan, sementara tato justru pada saat ini seperti memiliki lapisan energi yang mengalir. Jika dilihat lama, akan terasa tato ini membuat berbagai ekspresi.
"Ah!" Suara lolongan Zhang Han terdengar. Kemudian warna merah pada kulitnya mulai memudar dengan cepat, keanehan pada tato itu pun mulai menghilang. Saat aku hampir mencapai langkah ketiga, mata Zhang Han tiba-tiba terbuka.
"Chen Cheng Yi, akulah yang lebih cepat selangkah! Kau kalah." Zhang Han kini berdiri tegak di atas arena, postur tegapnya yang dipadu dengan tato aneh membuatnya benar-benar terlihat seperti raja yang kembali.
Apakah aku benar-benar kalah? Dengan ekspresi bagai patung, kulihat Zhang Han. Sebagian kecil kekuatan jiwa dan energi spiritual telah terlepas dari dunia Konsentrasi Pikiran.
