Begitu mendengar suara Guru leluhur, hatiku secara alami merasakan kegembiraan. Aku sudah terbiasa bahwa di saat-saat krusial, Guru leluhur selalu muncul secara misterius melalui berbagai cara untuk menyelamatkan kami dari jebakan. Tanpa itu, hanya dengan kekuatan kami sendiri, mustahil bisa melewati rintangan demi rintangan ini.
Tapi seketika itu juga kusadari perbedaannya. Sebab kali ini kedatangan Guru leluhur tidak disertai kekuatan jiwa yang kuat dan familiar yang biasanya menempel padaku. Kehendak ini pun terasa terlalu dingin, tanpa nuansa emosi seperti yang dulu ada.
Contohnya seperti panggilan "Cheng Yi" yang biasa digunakan, sekarang hanya kehendak murni belaka, bagaikan sebuah pesan yang tercatat.
Ini...? Sebelum sempat berpikir lebih jauh, kurasakan roh asing menyusup langsung ke tubuhku. Belum sempat kumengerti apa itu, tiba-tiba roh lain lagi masuk ke tubuhku. Tapi anehnya kedua kekuatan ini sangat patuh, seolah ditahan oleh Si Bodoh.
Meski begitu, hatiku tetap merasa tegang. Bagaimanapun, roh adalah keberadaan yang lebih penting daripada raga fisik. Memasukkan dua roh asing secara tiba-tiba begini, pasti siapa pun akan merasa gelisah, bukan?
“Tenangkan pikiran, segera gunakan mantra penyatuan roh. Namun di bagian akhir mantra...” Suara Guru Leluhur terus bergema dari dasar hatiku. Ia mendesakku menggunakan teknik penyatuan roh. Dengan reflek, kuabaikan dua roh asing yang menyusup ke tubuhku, lalu kujalankan instruksi Guru Leluhur. Meski telah berkali-kali mempraktikkan mantra penyatuan ini, kali ini dengan mengikuti petunjuk Guru Leluhur, kurasakan perubahan signifikan pada paruh kedua mantra.
Saat proses penyatuan berlangsung, barulah kusadari dua roh asing yang menyusup itu: seekor rubah muda dan kura-kura bego tingkat dua... Tak hanya itu, ular imut pun muncul, disusul roh jiao yang suka bertarung... Inikah bentuk awal penyatuan roh pamungkas dengan memanfaatkan semua kekuatan seperti yang Guru Leluhur sebutkan sebelumnya?
Tak sempat berpikir panjang. Kulihat lima siluman dari garis keturunan Lao Li mulai menyatu secara ajaib seiring lantunan mantranya. Wujud mereka tak lagi jelas, berubah menjadi energi murni yang berputar.
"Satukan jiwamu sendiri!" Seruan Guru Leluhur menyadarkanku saat kuterpana akan keajaiban kondisi ini. Entah bagaimana situasi di luar. Serangan terakhir Pathel jelas tak bisa ditahan Tao Bai. Aku harus segera menyatukan rohku.
"Tapi kali ini penyatuan jauh lebih sulit dari yang kuduga, karena sesuai kekuatan rohku ternyata sulit menyatu dengan kekuatan yang telah mengalami penyatuan roh awal ini. Kurasakan sama sekali tidak ada cara untuk mengendalikan kekuatan ini."
"Dan karena penyatuan roh kali ini berbeda dari sebelumnya, mantra itu hampir seluruhnya diajarkan Guru leluhur secara dadakan. Aku harus fokus total untuk mengikuti ritme Guru leluhur, sehingga bahkan indra dasar untuk merasakan dunia luar pun tak bisa kulakukan. Sekarang yang tak bisa menyatu dengan kekuatan ini, ditambah kekhawatiran akan situasi yang mungkin terjadi di luar di bawah langit dimana badai belum reda, keringatku tiba-tiba membanjiri seluruh tubuh."
"'Berkomunikasi dengan roh utama, yaitu siluman simbiosis milikmu sendiri, bersatulah dulu dengannya...' Seolah bisa mengantisipasi situasi saat ini, suara Guru leluhur masih terus mengalun tenang dari dasar hatiku."
"Pada saat ini, aku sudah yakin ini murni kehendak Guru leluhur yang tak bisa diajak dialog, apalagi mengandalkannya... Aku tak bisa menggambarkan kegelisahan dalam hatiku, tapi lebih takut melepaskan persepsi dasar untuk mengetahui situasi luar yang akan mengganggu penyatuan roh ini. Satu-satunya yang bisa kulakukan sekarang adalah tetap tenang, lalu menyelesaikan ritual yang relatif asing bagiku ini, baru benar-benar bisa mengubah situasi pertempuran ini."
Menarik napas dalam, aku mulai mencoba berkomunikasi dengan Si Bodoh. Seperti biasa, responsnya datang cepat. Kemudian dengan jiwaku sendiri, aku mencoba menyatu dengannya. Berbeda dengan sebelumnya, penyatuan kali ini berjalan sangat lancar. Bagaimanapun, Si Bodoh dan aku adalah jiwa simbiosis, tak ada hambatan di antara kami.
Setelah menyatu dengan Si Bodoh, barulah aku mulai perlahan mencoba memadukan kekuatan ini. Menurut informasi yang ditinggalkan Guru Leluhur di dasar jiwaku, bila kekuatan roh belum memadai, cara yang benar adalah menyatu dulu dengan roh utama, baru kemudian memadukan kekuatan lainnya satu per satu.
Tampaknya Guru Leluhur menyiapkan dua metode: satu adalah langsung menyatu dengan kekuatan ini, satunya lagi metode 'hadapi satu per satu' bila kekuatan roh belum cukup! Aku merasa malu, jelas levelku saat ini belum mencapai harapan Guru Leluhur...
Entah berapa lama, akhirnya aku menyelesaikan teknik penyatuan roh pamungkas yang melebihi batas toleransiku ini. Saat ritual selesai, rasanya jiwa ini hampir terhimpit hingga meledak! Saat membuka mata, yang kulihat hanyalah lautan darah.
Tao Bai sudah tergeletak tak sadarkan diri di lantai. Huigen jongkok di sampingnya, tato darah di tubuhnya seakan benar-benar meneteskan darah segar. Napasnya tersengal-sengal, jelas sudah mencapai batas kemampuan.
Di belakang mereka, ada Xiao Chengqian, yang sama seperti Tao Bai, terjatuh dalam kondisi pingsan yang dalam. Saat ini yang menghadang di depan formasi adalah Lushan dan Ruyue. Mereka sedang berjuang melawan serangan spiritual Pathel yang membanjir, namun jelas sudah hampir tidak bisa dipertahankan lagi.
Aku tak punya waktu lagi untuk ragu. Sekejap kemudian, kesadaranku dalam tubuh menjadi bingung, sementara rohku melompat ke atas kolam dalam bersama pelepasan penyatuan roh! Perspektif berubah menjadi sudut pandang Si Bodoh!
Bentuk penyatuan roh tetap berupa wujud Si Bodoh. Tapi saat terbebaskan, aku langsung merasakan kekuatan berbeda mengalir deras dalam tubuhku. Dalam sekejap, aku langsung tahu cara menggunakan mereka!
Aku tidak langsung menghadapi Pathel. Dengan kecepatan Si Bodoh, aku menerjang ke depan Ruyue. Di sana, Ruyue sedang menggunakan ulat gemuk untuk melawan salah satu kekuatan Pathel. Baik dirinya maupun ulat gemuk itu jelas sudah mencapai batas maksimum, situasinya jauh lebih buruk dibanding sisi Lushan...
Hampir tanpa keraguan, aku mengaum keras. Cakar harimau yang sarat energi jahat kuhunuskan langsung ke arah kekuatan jiwa Pathel... Bersamaan dengan kibasan ekor harimau, kekuatan dipendenkam yang sebenarnya milik roh jiao yang suka bertarung, kembali mengikat aliran kekuatan jiwa lain Pathel!
‘Peng’ Seberkas kekuatan jiwa Pathel meledak di hadapanku, sementara kekuatan lainnya yang terbelit tak bisa melepaskan diri! Dengan tatapan dingin, aku menatap energi jiwa itu sambil mengaum laksana harimau, memilih untuk langsung menelan... Hanya ini cara untuk melampiaskan api kemarahanku—kemarahan yang menyala saat membuka mata dan melihat rekan-rekanku berlumuran darah dalam pertempuran!
Tapi Pathel takkan rela. Dalam sekejap cahaya redup, rohnya yang raksasa menghantamku hingga terlempar sejauh tiga meter... Ia menatapku dingin, berujar: "Kekuatan leluhur yang berharga, mungkinkah kau telan semena-mena?"
Kekuatan leluhur? Itu jelas roh Kunlun yang tercecer di dunia fana!
Tak ada ketertarikanku untuk berdebat dengan Pathel. Sebenarnya hantamannya tadi sama sekali tak melukai jiwaku, karena di balik bulu-bulu bergelombangku, terselubung lapisan cangkang kura-kura—kekuatan kura-kura bego tingkat dua: Pertahanan Mutlak!
Seketika, angin kencang berhimpun di sekelilingku membentuk pusaran angin menggila. Dalam pusaran itu, melayang-layang ribuan 'pisau' tajam—bukan pisau sungguhan, melainkan wujud serangan spiritual khas Si Bodoh: perpaduan logam tajam dan energi jahat!
Sejak awal, aku sudah memutuskan: jika tidak turun tangan, begitu bertindak pasti harus memberikan 'serangan dahsyat' yang membuat Pathel tak bisa bangkit! Penyatuan roh pamungkas ini tidak hanya mendapatkan kemampuan siluman lain, tapi juga kekuatan menggelegak mereka!
Serangan khas Si Bodoh sudah bisa dijalankan dengan performa tingkat tinggi seperti ini!
Pathel jelas merasakan kekuatan dahsyat yang berasal dariku, langsung berbalik badan. Sayangnya, wajahnya sekarang buram, aku tak bisa melihat ekspresinya, hanya bisa merasakan keseriusannya!
Jelas ia tak mengerti bagaimana Si Bodoh bisa muncul? Juga bingung mengapa meski sudah menghancurkan kami, masih ada kekuatan ganas yang bergabung? Tapi pertarungan tetaplah pertarungan, ia belum lupa prinsip "musuh harus dimusnahkan".
Saat aku mengumpulkan energi, di sekeliling Pathel bermunculan gumpalan cahaya ungu, seperti tinju-tinju ungu. Namun kekuatannya tidak tercerai-berai, malah sangat padat. Setelah gumpalan ini muncul, tubuh raksasanya mulai menyusut drastis menjadi ukuran manusia normal.
Sekali lagi, wajah aslinya terlihat: pria tampan dengan tatapan penuh kelam, kekejaman, kemarahan dan berbagai emosi negatif. Tatapan itu merusak dan mengerutkan wajah tampannya.
Anehnya, roh aslinya tidak lagi berwarna ungu pekat, melainkan hitam dengan semburat ungu samar.
Aku menyempitkan mata, karena tertegun, bahkan cakar harimau pun sedikit menguncup, menggeram rendah. Pantas dikatakan Pathel adalah jenius! Jurus ini sangat mirip dengan serangan jarum roh yang kugunakan saat pertama kali bentrok dengannya? Pathel hanya mengalami sekali, lalu bisa meniru dengan terlihat serius?
Jika itu memiliki energi spiritual, dan jika bisa lebih terkonsentrasi, aku tak ragu akan menghadapi ribuan jarum tak terhitung!
Dari kondisi Pathel, tampaknya ia hampir menggunakan seluruh kekuatannya, hanya menyisakan sebagian untuk melindungi roh aslinya, yaitu roh hitam itu!
"Lekat!" Aku meraung liar, tiga pusaran angin gila yang terkumpul di sekitarku menerpa Pathel. Bersamaan, bola cahaya ungu yang muncul di sekitar Pathel juga membanjiri kami...
