Akhirnya Pak Johnny... Hatiku pertama lega, lalu gembira, tapi segera menjadi berat. Dalam kondisiku sekarang, apa yang bisa diubah Pak Johnny meski telah sadar?
Ini hanya perubahan psikologis sesaat. Dalam persepsiku, dalam situasi berhadap-hadapan dengan Pathel seperti ini, bahkan lima detik pun cukup baginya untuk mencabut nyawaku. Sebelum itu, ia bisa sekalian merobek lenganku... Tapi akhirnya, entah perasaan apa ini, dengan pasrah aku memejamkan mata menanti detik terakhir takdir.
Tapi tak ada rasa sakit luar biasa yang kuantisipasi, juga tak ada kejadian lebih dahsyat. Semuanya sunyi dalam keheningan yang mengerikan.
"Detak jantungku berdegup kencang luar biasa. Meski hanya keheningan kurang dari dua detik, aku sudah mencium sesuatu yang aneh. Cakar Pathel yang dingin masih menempel di lenganku, tapi... Aku tak tahan membuka mata. Tak percaya dengan pemandangan di depan: Pathel seperti terpaku dalam kondisi bengong, seolah ditekan oleh kekuatan tak terlihat, terhenti sejenak.
Tubuhnya gemetar ringan, seolah berusaha melepaskan diri dari tekanan itu.
"Cepat minggir!" Suara Pak Johnny terdengar dari belakangku. Merasa beban berat akhirnya terangkat, aku segera menarik kembali lenganku yang hampir kehabisan tenaga dari tenggorokan Pathel. Kukangkat tubuhku dan lari secepatnya ke arah berlawanan tanpa menoleh.
Meski tak tahu bagaimana Pak Johnny melakukannya, kelegaan seketika membuat otakku kosong sama sekali. Tak ingin memikirkan apapun.
"Ingat yang harus dilakukan nanti." Saat kumendekati Pak Johnny, suaranya sudah lebih dulu masuk ke telingaku. Kulihat wajahnya yang tiba-tiba tampak jauh lebih tua, dan perubahan ini terus berlanjut...
"Pak Johnny, Anda..." Aku membuka mulut dengan perasaan terkejut.
"Jangan tanya apa-apa, mundur ke belakang! Ini saatnya aku dan Pathel menyelesaikan dendam. Sebelumnya, terima kasih telah bertahan begitu lama untukku. Aku hanya punya satu-satunya, dan terakhir ini..." Suara Pak Johnny terputus oleh teriakan marah Pathel yang tiba-tiba kembali menggema di belakangku. Kulihat perubahan drastis di wajah orang-orang dalam lingkaran di belakang Pak Johnny, diikuti suara langkah kaki...
Pathel berhasil melepaskan diri dari cengkeraman Pak Johnny dan berdiri? Setelah berhadapan langsung dengannya sebelumnya, aku tahu seberapa mengerikannya makhluk itu. Perasaan santai tiba-tiba menguap, wajahku langsung berubah pucat.
"Tak semudah itu!" Pak Johnny tiba-tiba berteriak ke arah belakangku. Kedua tangannya membentuk segel tangan yang mirip persembahan Taoisme untuk menghormati dewa-dewi (tapi dengan detail sangat berbeda), ujung jarinya mengarah ke dadanya sendiri. "Sudah kukatakan, ini satu-satunya... serangan terakhirku!"
Berdiri tepat di depan Pak Johnny, tiba-tiba kurasakan kekuatan dahsyat yang menyembur dari area jantungnya. Kekuatan ini bukan muncul tiba-tiba, melainkan seolah datang dari langit dan mendarat di dadanya, membawa aura masa lalu yang sangat kuno dan penuh liku.
"Mereka... datang." Mata Pak Johnny memancarkan cahaya terang yang luar biasa. Kemudian kudengar suara langkah kaki yang mundur terburu-buru di belakang, disusul ledakan halus yang nyaris tak terdengar dari dada Pak Johnny.
Saat itu, rambut Pak Johnny yang sebelumnya sudah memutih seluruhnya dan wajahnya dipenuhi kerutan tiba-tiba menjadi layu. Perubahan yang lebih mengejutkan terjadi—tubuhnya yang sebelumnya cukup tegap berotot mulai menyusut, berubah menjadi tubuh kurus keriput layaknya orang tua renta yang sebenarnya. Rambut putihnya pun rontok sehelai demi sehelai, menjadi jarang... Aku membelalakkan mata, perasaan sedih tanpa alasan menggelora di hati, menyaksikan Pak Johnny yang sebelumnya terlihat seperti pria paruh baya itu berubah menjadi seorang tua yang sudah di ambang ajal di hadapanku!
Tenggorokanku bergetar ingin mengatakan sesuatu, namun sebelum sempat kuucapkan, semburan kekuatan jiwa dahsyat berniat memusnahkan tiba-tiba meledak dari tubuh Pak Johnny. Energi itu menerobos tubuhku dan melesat cepat ke belakangku... Saat itu, pikiranku blank dibuatnya, terhenyak oleh kekuatan luar biasa tersebut.
Kekuatan ini begitu mengerikan sampai mampu mengubah materi dunia nyata secara absolut, sekaligus begitu cepatnya hingga tak masuk akal. Jelas-jelas kurasakan angin menggila menyapu sisi tubuhku saat energi itu meledak, namun baru beberapa saat kemudian badai angin itu menyapaku hingga terjatuh di atas batu keras...
Aku mendengar suara 'peng' yang berat dari belakang. Tanpa sengaja menoleh, ternyata peti mati itu diterbangkan angin kencang ke langit... Saat itu juga, aku melihat siluet Pathel sudah berada di tepi batu, seakan akan terjun ke air bah. Tapi di saat yang sama... Meski belum membuka Mata Ketiga, kulihat jelas kekuatan itu menyambar masuk ke tubuh Pathel.
Alam semesta seakan membeku sejenak. Disusul bunyi gedebuk keras saat peti mati kayu suram yang berharga itu jatuh dari langit menimpa batu... Lalu terdengar suara berderak pecah berkeping-keping.
Tiba-tiba Pathel yang membelakangi kami berbalik. Ekspresi ketakutan yang membeku di wajah mayatnya yang mengerikan... Ia menatap Pak Johnny, lalu mengeluarkan suara parau: "Apa akhirnya aku tak bisa lolos dari takdir sebagai Penjaga Suci?"
Suaranya membuat seluruh tubuhku merinding. Sulit kudeskripsikan suara serak khas zombie yang keluar dari pita suara keringnya. Meski bahasa Inggris yang diucapkan Pathel begitu fasih dan pengucapannya sempurna, saat itu aku benar-benar tak bisa menggambarkan kengerian itu!
"Suara ini, bertahun-tahun kemudian, aku secara tak sengaja mendengar lagu horor Spanyol. Cerita latar belakang lagu itu bercerita tentang kastil mengerikan di tepi jurang pantai, di mana seorang gadis bertemu dengan siluman menyeramkan di dalam kastil. Di tengah nyanyian, identitas penyanyi pria sebagai siluman terbongkar, lalu tiba-tiba mulai berbicara dengan suara siluman... Tiba-tiba sampai membuat orang bahkan tidak sempat mempersiapkan mental, bahkan aku pun secara instan terkejut.
Bukan karena alasan lain, hanya karena suara siluman yang ditiru penyanyi pria itu, persis seperti suara Pathel yang sedang berbicara saat ini, seperti suara murni hasil tabrakan otot dan kerangka.
"Takdir tanpa Penjaga Suci, yang ada hanyalah takdirmu sendiri." Aku masih tenggelam dalam kedinginan karena suara Pathel, namun saat ini suara Pak Johnny telah berkumandang. Dibandingkan dengan Pak Johnny sebelumnya, suara ini telah berubah menjadi suara orang tua sejati - sarat kenangan, tenang, agak lemah, dengan nuansa kearifan yang tak terduga membuat hatiku hangat, melepaskan diri dari perasaan dingin itu.
"Tahukah kau, aku tidak menerima?" Ekspresi Pathel saat ini sudah tidak lagi menunjukkan ketakutan, melainkan berubah menjadi wajah yang dipenuhi kesakitan ekstrem, terlihat sangat fanatik.
Aku tahu apa yang tidak diterima oleh 'itu', karena aku menduga pukulan pamungkas Pak Johnny seharusnya menggunakan kekuatan benih harapan yang ditanam di tubuh mereka berdua saat Pathel berubah menjadi Penjaga Suci dulu. Pathel dikalahkan oleh kekuatan seperti ini. 'Itu' merasa apapun yang dikatakan Pak Johnny hanyalah pembelaan diri, kekalahannya karena status sebagai Penjaga Suci.
Kukira Pak Johnny akan memberikan penjelasan atau berdebat dengan Pathel, tapi tak disangka beliau hanya menggelengkan kepala dan berkata sederhana: "Pathel, kita sudah tua. Sudah saatnya kita meninggal. Tapi apakah kau merasa diberkahi? Rela? Tenang? Jika tidak, bagaimana jika hidup dengan identitas berbeda?"
Pathel memandang Pak Johnny. Untuk pertama kalinya ekspresi wajahnya menjadi lebih tenang, seolah sedang merenungkan sesuatu.
Namun Pak Johnny tidak memberi kesempatan Pathel merenung. Beliau menatap sinar matahari yang merembes di langit sambil berkata: "Aku hanya bertanya, andai dulu kau memilih pergi ke luar negeri bersama Xiaya, atau kita tak pernah terpilih, tetap hidup di perkebunan... Mungkin tetap ada ketidaknyamanan, tapi mungkin juga benar-benar bisa mendapatkan berkah masing-masing. Tapi hidup tak ada 'andai'-nya, bukan? Pada akhirnya, apa yang kau kejar hanyalah kepalan tangan kosong! Perasaan yang tersisa, apakah seperti kalimat dari Tiongkok itu - kehidupan seakan pertemuan pertama?"
Pathel menatap Pak Johnny, wajahnya yang jarang menunjukkan kesedihan. 'Itu' tidak bicara lagi, hanya dengan gerakan neurotik memandangi telapak tangannya... Lalu, suara letupan samar terdengar dari tubuh Pathel, diikuti lagi... Kemudian, ledakan terus-menerus bergemuruh dari tubuhnya.
Tubuhnya awalnya bergetar halus, lalu gemetar dahsyat. Anehnya, 'itu' justru terlihat tenang, bahkan bola mata horornya pun menjadi lebih kalem. 'Itu' hanya memandang Pak Johnny, seolah punya banyak yang ingin diungkapkan, namun kini telah bisu...
"Menarik Roh." Pak Johnny berdiri tegak bagai pohon kering sepi di tengah angin, suaranya tenang saat berkata padaku, namun matanya tetap tertuju pada Pathel.
Tapi aku jelas melihat darah terus mengucur dari mulut Pak Johnny saat berbicara. Dia tak peduli, bahkan tak berniat membersihkannya.
Aku sudah tak punya kekuatan untuk menarik roh. Melirik Xiao Chengqian yang langsung mengerti, dia berjalan ke alat ritual mirip bendera pemanggil roh peninggalan Guru leluhur, memegangnya erat siap memulai jurus pemanggilan roh.
Suara ledakan di tubuh Pathel terus bergemuruh, hingga akhirnya berhenti. Tatapan Pathel tiba-tiba memudar, tubuhnya seperti kehilangan penopang dan terjatuh ke arah Pak Johnny, menghasilkan debu yang beterbangan...
Apakah ini yang disebut Debu Mengendap?
Saat itu, energi ungu murni menyembur dari tubuh Pathel yang roboh, berkumpul di langit lalu hampir menghilang dengan cepat... Bersamaan, suara Xiao Chengqian melantunkan mantra pemanggilan arwah akhirnya terdengar.
