Tapi mustahil mencapai batas tertinggi tanpa menanggung konsekuensi apapun.
Membuka 72 titik hanyalah kemungkinan teoritis. Nyatanya, orang biasa yang bisa menahan pembukaan 5 titik saja sudah punya stamina luar biasa. Jika sembarangan membuka, kekuatan yang meluap itu tak hanya merenggut nyawa, tapi juga berisiko membuat roh tercerai-berai.
Selain itu, berapapun titik yang dibuka dalam ritual ini, stimulasi pertama harus di belakang kepala. Semakin banyak titik yang dibuka, stimulasi di belakang kepala pun harus semakin kuat.
Dari segi pendalaman ilmu sihir, stimulasi berlebihan di belakang kepala pasti mempengaruhi otak. Perilaku manusia akan semakin tak terkendali. Inilah alasan Guru leluhur menyuruhku dan Guruku mengawasi penggunaan ritual rahasia ini...
Rumpun bambu dalam kabut tebal sunyi sepi. Pria berbaju hitam dengan sulaman ungu kecil di dadanya telah kulempar ke tanah, topi bambunya terguling di sisi lain.
Dulu, saat menyeberang ke Desa Suci dengan perahu, kulihat wajah utusan Desa Suci yang mendayung - wajah tersembunyi di bawah topi bambu itu seperti tengkorak manusia, tapi masih bisa dikenali sebagai manusia.
Tapi saat melihat wajah di bawah topi bambu ini, bahkan dalam kondisi terprovokasi dan emosi memuncak, aku tak bisa menahan diri untuk tidak membeku sejenak.
Wajah ini memang juga kulit membalut tulang, tapi masih sedikit lebih baik daripada utusan Desa Suci. Yang membuatku terpana adalah kulit wajah pria hitam ini berwarna hijau pekat. Bisa dibilang, warna dominannya hijau tua. Perubahan warna ini membuatnya tak lagi mirip manusia. Dari leher ke bawah, tumbuh bulu halus hitam yang rapat!
Apa artinya ini? Ini menunjukkan bahwa praktisi sihir mayat itu benar-benar melampaui kodrat. Mayat biasa sedang diubah menuju arah zombi... Meski baru tahap Yin-Yang Shuangxiong paling rendah, meski belum benar-benar berhasil - taring khas zombie pun belum tumbuh, tapi...
Di bawah kendali perasaan impulsif dan bengis, aku juga tak bisa berpikir mendalam. Hampir tanpa ragu, aku menendang orang berbaju hitam itu hingga terjungkal, membuat punggungnya menghadap ke arahku. Kemudian dengan satu lutut menekan punggungnya, aku mencegahnya kejang, lalu meraih titik tertentu di tulang belakangnya dengan cepat.
Cara paling sederhana untuk mengalahkan mayat yang dikendalikan adalah seperti ini: hancurkan sarafnya, maka seluruh aktivitasnya akan lumpuh total. Dengan demikian, mayat terkutuk itu pun sepenuhnya dinetralisir.
Sebenarnya bisa juga memilih menghancurkan otaknya. Tapi tengkorak manusia yang keras membuat cara ini tidak efektif... Harus benar-benar meledakkannya, yang membutuhkan kekuatan luar biasa. Tidak semudah di film-film yang pura-pura bisa menghancurkan kepala dengan mudah. Bahkan beberapa peluru pun tak berguna selama saraf penggeraknya masih utuh.
Dengan wajah dingin, aku mengerahkan tenaga. Tanganku menembus tubuh membeku orang berbaju hitam itu, mencengkeram tulang belakangnya. Suara 'krak!' terdengar ketika aku memutuskannya tanpa ampun.
Orang berbaju hitam itu tak bergerak lagi. Sebelumnya aku belum yakin sepenuhnya ini adalah mayat terkutuk, tapi sekarang keyakinanku mutlak.
Di dalam tubuh mayat terkutuk tak ada darah, tapi ada sesuatu yang lembap dan tak terdefinisi. Aku mengusap tangan ke bajunya sekenanya, lalu berbalik pergi.
Ritual ini tidak memerlukan pembatalan khusus. Kekuatan rangsangan menentukan durasi efek sihir. Untuk eksperimen kecil kali ini, efeknya paling hanya bertahan kurang dari tiga menit.
Kembali aku berlari di jalan tanpa memperhatikan hal ini, namun menemukan fenomena lain: entah mengapa kabut mulai menipis. Memandang ke kejauhan, terlihat hamparan rumput datar yang sangat luas di kejauhan. Di atas hamparan itu masih terdapat rumpun-rumpun tanaman hijau yang tumbuh jarang.
Yang lebih mencolok adalah kompleks bangunan bergaya arsitektur kuno Tiongkok. Dari kejauhan terlihat seperti istana mini, namun karena perbedaan elevasi tanah yang landai, tampilannya lebih megah daripada istana di dataran rata.
Tapi dibandingkan istana sebenarnya seperti Kota Terlarang, tempat ini kurang kesan khidmatnya namun lebih menonjolkan kemewahan dan aura suci yang sengaja ditampilkan.
Mataku menelusuri setiap detail dengan penasaran. Di belakang bangunan mirip istana, di area tertinggi topografi, terlihat serangkaian tangga yang mengarah ke platform besar. Meski detailnya tidak jelas, jantungku tiba-tiba berdebar kencang 'deg-deg-deg'.
Pasti altar upacaranya ada di sana, Guruku...
‘Bruk’ suara tubuhku lunglai, di saat-saat mendebarkan ini aku malah terjatuh. Otot-otot di seluruh tubuh terasa seperti digerogoti semut kecil-kecil – asam, kebas, gatal, dan sakit! Bahkan setitik tenaga pun tak bisa dikerahkan, bahkan untuk sekadar meronta-ronta berdiri pun mustahil.
Andai hanya lemas biasa mungkin masih bisa ditanggung, tapi sensasi yang menjalar dari otot ini lebih menyiksa dari siksaan terberat. Begitu muncul, langsung kugemertakkan gigi – namun tetap saja suara rintihan keluar.
Ini dia, efek samping dahsyat setelah menggunakan ritual rahasia! Padahal coba sedikit saja, untungnya efek ini tidak permanen!
Awalnya tubuhku sudah lemas, tapi rasa ini semakin menjadi-jadi. Saat seseorang benar-benar tak berdaya, sampai bisa menggeliat kesakitan di tanah, jari-jari mencengkeram lumpur... Sungguh siksaan yang tak terbayangkan!
Napasku tersengal-sengal, poni di dahiku basah oleh keringat melekat erat. Baju hampir seluruhnya basah kuyup, tapi siksaan ini masih terus berlanjut.
Satu detik pun tak tertahankan, apalagi tak ada tanda-tanda akan berakhir... Hamparan rumput kecil ini sudah kacau balau kugulung-gulingi, bambu di samping juga berantakan tertabrak tubuhku yang menggeliat.
“Aku tak bisa menghitung waktu, setiap detik terasa begitu lama. Setelah beberapa saat, baru sedikit membaik. Tanpa sengaja kulihat arloji di pergelangan tanganku, ternyata hampir tiga menit telah berlalu... Artinya, berapa lama sihirku bertahan, mungkin penderitaan berikutnya akan berlangsung selama itu juga.”
Seperti yang kuduga, akhirnya setelah tiga menit berlalu, sensasi dari setiap otot ini perlahan menghilang.
Aku terengah-engah rebahan di tanah, baru sadar rasa lemas total di seluruh tubuh semakin parah... Bahkan menggerakkan satu jari pun sulit.
Apakah ini termasuk hal di luar rencana? Tiba-tiba aku tersenyum, hitungan manusia takkan pernah mengalahkan takdir... Tapi... Hatiku sama sekali tak merasa berat. Bukankah permainan catur selalu dimulai dengan membuka papan seperti ini?
Karena pertarungan tadi, aku tak sempat memperhatikan detail sekitar.
Baru sekarang kusadari, tubuhku sudah berguling sampai pinggiran hamparan rumput. Tempatku berdiri masih diselimuti kabut tipis, sementara di belakang terhampar kabut tebal tak berujung. Dengungan nyaring bergema di dalamnya, entah apa artinya ini?
Bila sesuatu mulai memburuk, manusia harus mempersiapkan mental. Mungkin ini bukan kondisi terburuk. Seringkali dari awal yang buruk, hal lebih parah akan menyusul.
“Hah, kau benar-benar ahli menyia-nyiakan benda. Rasa jijikku padamu bertambah satu lapis.” Suara tenang yang benar-benar terdengar penuh kebencian terhadapku bergema dari atas kepalaku.
Aku bahkan tidak sanggup mengangkat kelopak mata untuk melihat siapa yang bersuara, sebenarnya juga tidak perlu melihat, karena suara ini pasti milik 'pikiran' yang disebut-sebut itu.
Setelah suaranya, barulah terdengar rangkaian suara langkah kaki xi xi su su, sepertinya yang datang bukan cuma si pikiran sendirian.
Soal memakai untuk hal remeh? Apa yang sudah kuremehkan? Hamparan rumput, atau bambu hijau? Aku sudah malas merenung, dan tidak ingin melihat pikiran ini.
Tapi langkahnya sepertinya cepat, hanya sebentar saja sudah sampai di radius dua meter sekitarku dan berhenti. Yang menjengkelkan dari si pikiran ini adalah meski aku tak ingin melihatnya, dia sengaja mengitari sampai masuk ke bidang pandangku.
Dengan angkuh dia muncul di hadapanku, postur tubuhnya yang tinggi membuatku mustahil menghindari tatapannya.
Saat ini, dengan senyum kecut dia menatapku, berkata singkat: "Tahukah kau? Jubah putih ini di tempat ini, hanya aku yang berhak mengenakannya. Menurutmu, kalau bukan memakai untuk hal remeh, lalu apa?"
