Apa gerangan warna merah menyala yang mengelilingi Sang Pikiran? Saat itu aku mendapatkan jawabannya, ternyata itu adalah teknik memanggil api yang digunakan adik perempuan seperguruan Wu Liyu.
Hanya saja tenaga dalamnya sangat kuat, ditambah dengan pelaksanaannya di tempat khusus ini, teknik memanggil api telah berubah sepenuhnya menjadi sihir tingkat tinggi, sehingga menghasilkan efek seperti itu.
Sungai takdir Sang Pikiran ternyata tak bisa menyerap kekuatan lima unsur. Saat aku memutuskan untuk menginjak dengan paksa, aku langsung memahami prinsip ini: sungai yang disebut 'melawan takdir' ini hanya bisa menyerap sesuatu yang paling samar dan abstrak, namun berada di level lebih tinggi - entah segala sesuatu tentang roh, atau tentang energi nasib dan nyawa...
“Kau pikir ini bisa mengalahkanku?” Sepercik api melayang jatuh di depan Sang Pikiran, kurang dari tiga meter. Saat menyentuh tanah, ia meledak dengan gemuruh dan merambat ke arah Sang Pikiran. Cantik sekali, aura dan kekuatannya sangat mengerikan, tapi Sang Pikiran sama sekali tidak menghiraukan.
Masih tangan yang ramping putih bersih itu, telah terkatup di depan dada. Dalam waktu kurang dari tiga detik, segel tangan telah berganti lima pola berbeda... Di sungai takdir, kekuatan-kekuatan tanpa alasan jelas terus mengalir deras ke tubuh Sang Pikiran. Dia tetap tenang dan terkendali.
Awan hitam di langit kembali terkumpul. Angin sepoi-sepoi yang semula bertiup di sini berubah menjadi hembusan kencang berputar, menghalangi turunnya cahaya api dari langit...
Seandainya sebelumnya, mungkin aku hanya bisa melihat tangan Sang Pikiran bergerak samar? Pikiran ini tiba-tiba muncul di kepalaku... Lalu dengan menahan tekanan, kaki kiri yang kaku akhirnya kuturukkan dengan nekat tanpa mempedulikan konsekuensi.
'Gemuruh!' Setelah menginjak dengan paksa, otakku seolah dihantam pukulan bertubi-tubi. Kedua telinga berdengung keras, suaranya seperti belasan gong dipukul bersamaan di dekat kuping. Memekakkan telinga, membuat pusing, namun gaungnya tak kunjung hilang.
Reflek tangan hendak menutup telinga, tapi sama sekali tak boleh kulakukan... Langkahku belum mendarat. Kugigit gigi, menahan rasa tak nyaman ini, memaksa kaki tetap melangkah turun.
Tekanan yang membungkusku dan Guruku bagai gaya lawan terkutuk. Kupergunakan kekuatan, 'itu' pun menguat, menghimpit rohku dengan dahsyat. Di saat seperti ini, mata yang sebelumnya 'tajam' itu tiba-tiba gelap... Dalam dengungan menyiksa dan dunia kelam, seolah lima indera dilucuti.
Tangan Guruku yang diletakkan di punggungku, jarinya bergerik-gerik. Itu pertanda dia berusaha menghentikanku dari menginjak dengan paksa. Mungkin dia tidak sepenuhnya memahami perasaanku, tapi siapapun tahu bahwa hilangnya lima indera adalah tanda pasti luka pada roh. Sedangkan saat ini kami bersama-sama menjalani Langkah Yu Alam Semesta, perasaan kami memang terhubung secara misterius. Pasti dia tahu rohku terluka.
Sejak kecil sampai besar, aku selalu mendengarkan perkataan Guruku. Meski waktu kecil nakal, setelah dewasa sengaja memberontak, tapi hingga ke tulang sumsum tetap peduli dan akhirnya menurut juga.
Tapi kali ini, terhadap larangan Guruku, aku dengan keras kepala mengabaikannya. Suara dalam hatiku berkata: hanya dengan melangkah melebihi batas ini, aku bisa mendapat secuil kesempatan dalam pertempuran yang tampak sulit ini.
Langkahku masih turun perlahan. Di sisi lain, kurasakan kegelisahan Guruku. Dia mulai memaksakan langkah ini, ingin menyusul lebih dulu untuk membagi bebanku.
Geligiku asam, mungkin sudah mengeluarkan garis-garis darah. Saat itu kulihat retakan di membran sudah menyebar hingga maksimal... Turun! Turunlah... Aku meronta dalam hati. Akhirnya, dengan seluruh tenaga mencapai batas, kaki kiriku akhirnya menginjak tanah.
Sebuah planet raksasa tiba-tiba menyala di Dimensi Konsentrasi Pikiranku saat langkah kakiku mendarat. Ia berputar dengan cepat, setiap putarannya menciptakan kekuatan dahsyat... Setiap dosis kekuatan ini mengaduk keheningan absolut dalam konsentrasiku. Dimensi yang awalnya diterangi lima bintang ini mulai hancur berkeping-keping...
Aku tak lagi bisa melihat situasi dunia luar, namun justru merasakan dengan jelas kondisi dunia batin yang remuk... Hancur sepenuhnya... Dimensi Konsentrasi Pikiranku berantakan seketika. Lalu seolah kulihat rohku sendiri diserang tekanan dahsyat, terhimpit sedikit demi sedikit. Di setiap area yang dilalui tekanan ini, rohku mulai pecah menjadi serpihan-serpihan kecil.
Roh adalah akar kehidupan. Kehancurannya bukan hanya berarti Cheng Yi akan benar-benar menghilang, tapi juga seluruh siklus reinkarnasi di balik Chen Cheng Yi akan lenyap.
Saat itu, aku merasakan dinginnya kematian yang mutlak. Hanya satu pikiran reflektif tersisa di benakku - Apakah Langkah Yu Alam Semesta yang kupaksakan ini salah? Apakah nyawaku akan sirna begitu saja?
Tangan Guruku yang ditempatkan di punggungku mulai bergetar dahsyat. Kupikir, jika aku mati di hadapannya seperti ini, sementara ia tak bisa menghentikannya, ini pasti akan menjadi pukulan berat dalam hidupnya... Pasti Guruku sangat sedih? Dengan reflek aku ikut merasa sedih, tapi bukan hanya dia, diriku sendiri juga... Aku hanya bisa menyaksikan rohku hancur berkeping-keping, menyebar dengan kecepatan yang mengerikan...
Anggota badan, badan, jantung... Tekanan itu bagaikan seseorang yang sangat teliti mengayunkan palu berat, tak melewatkan satu bagian pun dari tubuhku, perlahan mendekati situs spiritual... Kesadaranku mulai buram, benar-benar buram karena remuknya roh, tapi aku hanya bisa merasakan dan menyaksikannya!
Saat ini, dunia luar maupun selaput apapun, sama sekali tak kurasakan... Yang kuketahui hanyalah saat tekanan ini mencapai situs spiritual, Dimensi Konsentrasi Pikiranku akan hancur total. Lima kekuatan bintang yang tersisa akan bergabung dengan tekanan ini, menghancurkan inti roh yang kusembunyikan di situs spiritual. Serpihan roh yang hancur ini akan melayang keluar dari tubuhku, menghilang di udara. Kemudian tubuhku di dunia nyata akan ambruk dengan gemuruh.
Bahkan Si Bodoh merintih ketakutan. Rasa bersalah di hatiku tak terkatakan - akhirnya aku mengkontaminasinya juga, membuatnya kalah dalam taruhan ini...
Proses ini sebenarnya tidak menyakitkan, karena terlalu cepat, begitu cepat hingga aku tak bisa menggambarkan apakah ini terjadi dalam waktu satu hembusan napas atau kurang dari satu detik.
Leher, hidung dan mulut... kekuatan masih terus menyebar, dengungan di telingaku semakin keras, benar-benar sudah tak ada tenaga untuk mengubah nasib... karena pada saat ini, tiba-tiba kudengar suara pecahan beruntun, 'Glekuk' 'Glekuk' 'Glekuk' seperti kaca yang menanggung tekanan terbesar akhirnya mulai remuk berkeping-keping... Suara apa ini? Apakah suara ironis yang menyindir roh hancurku?
Dengan reflek kupikir begitu, namun seketika pandanganku buram, seolah melihat kabut paling samar-samar, awan berlapis-lapis, di antara kabut dan awan ini seolah ada bangunan yang ada namun juga tiada... Tapi satu sensasi yang paling jelas: dalam suara tanpa alasan jelas yang kusaksikan ini, memenuhi atmosfer khas tempat suci penuh tekanan dahsyat.
Sesuatu apa? Masih bisakah aku memiliki pertanyaan seperti ini dalam situasi sulit begini? Tapi sebentar lagi, kekuatan tanpa alasan jelas menyembur ke langit, seperti binatang buas yang terkurung dalam sangkar, akhirnya menemukan jalan keluar kebebasan dan buru-buru menerobos keluar.
Langkah Yu Alam Semesta, Langkah Biduk Utara? Harus sesulit ini untuk menyelesaikannya? Aku mulai menyindir diriku sendiri, tapi pikiran aneh-aneh macam apa ini?!
Cara melangkah ini sama sekali salah... Bagaimana mungkin melupakan langkah Gang? Melupakan apa? Mengapa cara melangkahnya salah? Aku sendiri mulai merasa kebingungan!
Kemudian memoriku berputar cepat: bekas lahir merah mengerikan di belakang kepala, masa kecil yang lemah, dikepung ratusan hantu, bertemu Guruku, Makam Hantu Kelaparan... Sebuah helaan napas yang kekanak-kanakan namun terasa sangat berat tiba-tiba menggema di telingaku tanpa alasan jelas.
Inikah berbagai tribulasi yang harus kutanggung? Kalimat retoris ini diucapkan dengan nada yakin. Mengapa aku berbicara seperti ini pada diri sendiri? Kebingunganku semakin menjadi.
Terkadang pikiran manusia lebih cepat dari cahaya. Saat itu, berbagai pikiran tak masuk akal ini belum hilang ketika kekuatan yang menyembur ke langit tadi mulai 'membalas' dengan cepat. Sekejap saja, dengan cara yang tak terduga telah mengusir tekanan yang menindih tubuhku. Di setiap area yang dilewati... Rohku mulai menyembuh, rasanya seperti seharusnya memang pulih... Bahkan menjadi lebih nyata.
Dunia Konsentrasi Pikiran terkait dengan Indera spiritual seseorang. Semakin kuat Indera spiritual, semakin 'nyata' dunia Konsentrasi Pikiran. Inilah akar kehidupan mengapa Guruku berani melangkahkan Langkah Yu Alam Semesta bersamaku, juga alasan Guru leluhur merasuki tubuhku dan berani melangkahkan Langkah Yu Alam Semesta meski kondisiku masih 'lemah'.
Aku selalu mengira indera spiritualku sangat kuat, setidaknya dalam kehidupan mengembara tak pernah kujumpai orang yang lebih kuat. Tapi di momen ini, kusadari indera spiritualku sebenarnya tidaklah kuat. Kontras ini muncul dari diriku saat ini, karena tiba-tiba indera spiritualku meningkat dua kali lipat tanpa alasan jelas. Konsep apa ini sebenarnya?
Dimensi Konsentrasi Pikiranku, sama seperti roh, mulai 'menyembuh' dengan cepat. Dunia yang semula gelap gulita mulai memandang lagi... Bintang Kaiyang masih terus berputar, namun kini kekuatan putarannya sepenuhnya berada dalam batas toleransiku!
Sebenarnya apa yang terjadi padaku?
‘Gemuruh!’ Bintang Kaiyang raksasa ini akhirnya terbelenggu oleh Dimensi Konsentrasi Pikiranku. Saat ini ia berputar dan melayang cepat menuju langit dimensi itu... Aku sendiri terpana saat melakukan langkah Gang, benar-benar kebingungan!
Sebenarnya, apa yang sedang terjadi ini?
