Tapi belum dua langkah kularikan, tiba-tiba sebuah tangan kuat menarikku. Tenaga tangan ini luar biasa besar, menurut perasaanku hampir menyamai kekuatan si nak nekat Huigen.
Aku yang tadinya berlari ke depan, ditarik oleh tangan ini hingga hampir terjatuh ke belakang. Begitu besarnya tenaga yang digunakan!
Api kemarahan langsung menyala dalam hatiku karena khawatir pada Qiangzi. Saat ini, bahkan jika Guruku yang menghalangi, aku tak akan mengerti. Tapi saat menoleh, yang menghalangiku justru Dàwū dari suku Da Xing yang disebut Guruku sebagai "Si Tua Mu".
"Biarkan dia pergi! Di sini, tak ada yang berani menyakitinya! Sifatnya mulai menyimpang. Mengalami kerugian kecil bisa jadi latihan yang baik." Sebelum sempat berkata-kata, Dàwū itu sudah menjelaskan sambil menarikku ke belakangnya.
Guruku pun mendekat, menekan bahuku: "Percayalah. Dibanding kita, barangkali orang tua ini lebih memperhatikan Qiangzi."
Benarkah? Kulihat ekspresi serius Guruku, terpaksa menarik napas dalam untuk menenangkan diri... Saat itu Qiangzi sudah menerjang ke arah Yang Sheng. Sebelum mendekat, tendangan liar langsung diarahkannya.
Sama sekali tanpa jurus bela diri, apalagi menggunakan ilmu sihir kuno. Qiangzi bertarung dengan gaya preman kampung.
Tapi, mana mungkin Yang Sheng menghiraukan tendangannya? Kulihat Yang Sheng jelas-jelas tersenyum sinis, lalu seketika itu juga mengulurkan tangan dengan gerakan yang tak wajar cepatnya, langsung mencengkeram kaki Sun Qiang yang menendang. "Bocah tak tahu adat," katanya, "biar kuhadiahi pelajaran dari orang tuamu."
Sambil berkata, Yang Sheng mengangkat tangan satunya lagi, mengepal menjadi jurus dan menghantam keras ke arah betis Qiangzi yang sedang terjepit.
Jantungku serasa tersangkut di tenggorokan. Dengan tenaga Yang Sheng, tak kusangsikan lagi pukulan itu bisa mematahkan kaki Qiangzi... Dari gaya pukulannya yang tanpa ampun, mana ada niat memberi pelajaran? Ini jelas cuma alasan buat membungkam mulut Dàwū dan kawan-kawannya, sekaligus menghabisi Qiangzi!
Namun tiba-tiba terjadi perubahan tak terduga. Sekitar tubuh Qiangzi bergema suara mengaum yang mencekam. Meski tak jelas melihatnya, kurasakan ada kekuatan dahsyat menerjang Yang Sheng. Bahkan Yang Sheng pun terpaksa menghindar, melepas cengkeraman pada betis Qiangzi dan mundur selangkah.
Barulah saat itu Dàxīng Dàwū di sampingku menyeringai dingin. Suaranya datar namun menusuk: "Maaf, Yang Sheng. Tapi orang tua Darong bukan kami. Kalau mau memberi pelajaran, jangan keterlaluan!"
Kalimat ini tidak kupahami maksudnya? Tapi kulihat Qiangzi yang sudah dilepaskan betisnya sama sekali tidak merasa bahaya sebelumnya, bahkan belum mantap berdiri sudah berteriak lagi, menerjang ke arah Yang Sheng.
Yang Sheng memandang Sun Qiang yang menerjang, wajahnya jelas menampakkan api kemarahan tapi juga ada nuansa pasrah. Dengan begitu banyak anak buah di sini, dia tak mungkin menghindar sehingga terpaksa menghadapi.
Aku tak mengerti apa yang dipasrahkan Yang Sheng, sebenarnya apa yang dipertimbangkannya... Tapi melihat dia menahan diri, rupanya hal baik, setidaknya Qiangzi takkan menghadapi bahaya besar.
Kali ini pun Qiangzi gagal memukul Yang Sheng karena dia sama sekali tak sanggup mengejar kecepatan Yang Sheng. Kecepatan Yang Sheng luar biasa, seperti saat aku membentuk segel tangan dalam kondisi ekstrim yang menciptakan bayangan sisa jari-jariku. Ini jelas bukan kecepatan manusia!! Bahkan jika manusia bisa mencapainya, tubuh takkan sanggup menanggungnya.
Aku sendiri merasakan betul, tekanan luar biasa pada jariku saat membentuk segel tangan dengan kecepatan ekstrim itu!
Tapi yang lebih mengerikan kusadari: ekspresi wajah Yang Sheng tetap santai, sama sekali tak menunjukkan usaha maksimal... Ekspresi wajah?! Tiba-tiba kuangkat kepala dan tertegun memandang Yang Sheng. Baru kusadari kali ini dia sama sekali tak memakai penutup wajah, hanya kacamata hitam!
Awalnya aku sudah familiar dengan penampilannya, untuk sementara belum sempat bereaksi. Saat ini baru benar-benar tersadar, teringat saat terakhir aku dan Guruku bersembunyi di gunung, indera spiritual Yang Sheng yang mengerikan dan mengejutkan itu... Tiba-tiba aku merasa sangat bodoh... Pasti terjadi perubahan menakjubkan pada diri Yang Sheng, pasti!
Sebagai penyebabnya, selain sisa roh dalam Batu Tatto Langit itu, aku tak bisa memikirkan alasan lain. Tapi apa yang bisa dilakukan Yang Sheng dengan sisa roh dalam batu itu? Selain itu, aku bingung dengan perkataan Dàwū Da Xing. Bukankah leluhur Qiangzi adalah mereka? Lalu siapa lagi? Suara mengaum itu apa? Jangan-jangan tubuh Qiangzi juga memiliki makhluk seperti Si Bodoh?
Kalau dipikir... Bahkan Si Bodoh pun tak mungkin membuat Yang Sheng menghindar seperti ini!
Terlalu banyak pertanyaan yang tak terjawab. Dalam waktu sependek ini saja, aku sudah ingin menutup mata karena Qiangzi sudah keenam kalinya dijatuhkan Yang Sheng ke tanah.
Mungkin karena ada pertimbangan tertentu, kali ini Yang Sheng tidak bertindak kejam. Tapi juga tidak sengaja memberi 'rasa gatal' pada Qiangzi. Keadaan Qiangzi sangat memprihatinkan, setidaknya babak belur tak terhindarkan. Tampaknya stamina fisiknya sudah terkuras sampai batas. Setelah kali ini dijatuhkan seperti mainan oleh Yang Sheng, bangun pun sudah tidak stabil lagi.
Merasakan Adik laki-laki sendiri dihajar seperti ini sementara aku tak bisa turun tangan, perasaan aneh dan menyakitkan. Kupikir selain menutup mata tidak melihat kelanjutannya, tak ada cara lain bagiku.
Saat itu, Dàwū Daxing menepuk-nepuk bahuku dan berkata: "Tahanlah, aku juga sangat menderita. Tapi dibanding ini, Darong telah terlalu lama tinggal di desa. Aku khawatir dia semakin tidak tahu dasar langit dan bumi, dan sifatnya terlalu banyak terpengaruh."
“Hmm!” Aku mengangguk kuat, tangan yang terselip di saku celana menggenggam erat membentuk tinju, sampai mencubit kulit telapak tangan hingga sakit. Meski tak mengerti apa sebenarnya yang terjadi pada Qiangzi, intuisi mengatakan Dàwū Daxing takkan menyakiti Qiangzi. Dan kadang kurasakan intuisiku lebih jitu menilai masalah daripada rasionalitas!
‘Braak!’ Ini kali kesembilan Qiangzi terjatuh ke tanah. Seluruh pakaiannya sudah robek-robek, kulit yang terpapar tak ada bagian yang utuh. Kurasakan amarah memancar dari warga kota kecamatan ini, namun di bawah tekanan Dàwū Daxing, mereka semua bisa menahan diri.
Yang Sheng sepertinya sudah bosan dengan 'permainan' seperti ini. Setelah memukuli Qiangzi sampai terjatuh kali ini, ia memandangi Qiangzi dari ketinggian dan berkata: "Cukup sudah, jangan terus-terusan menempel. Beberapa hal memang mengikuti kecenderungan, maksudku ini adalah kecenderungan besar yang tak terelakkan. Mau seheroik apa pun kau mencoba menonjolkan diri dengan melawan arus, tetap tak akan bisa. Mengerti? Maksudku, seperti bagaimana kau tak mungkin mengalahkanku."
"Ucapan Yang Sheng ini sepertinya mengandung makna tersirat, tampaknya ditujukan pada Qiangzi, tapi sebenarnya mungkin dia sedang menatapku. Meski memakai kacamata hitam, aku tak tahu ke mana arah tatapannya.
Aku pun menatap balik Yang Sheng. Demi Qiangzi, selama ini aku terus menahan diri. Tapi Yang Sheng seperti tak mau membiarkanku, melanjutkan: "Seperti orang yang tak mau mengerti prinsip ini, tak bisa dinasihati maupun dihajar... Mengikuti orang seperti itu akan membuat siapapun jadi si bodoh yang kepala batu."
Ha... Sungguh ingin kubicara membantah, tapi tiba-tiba merasa ini hal yang sia-sia. Jika kau Yang Sheng bisa menelantarkan rumah sendiri, apa peduli dengan kata-kata Chen Cheng Yi sepertiku? Bukan aku yang kepala batu... Karena sifat keras kepala ini, percuma aku membuang-buang air liur untuknya.
"Cukup, Darong, kembalilah." Menyaksikan Qiangzi dihajar, Dàwū Daxing yang selama ini diam akhirnya bersuara. Yang Sheng minggir, menunjukkan tak keberatan.
Aku kembali merasa heran. Desa macam apa ini sampai membuat Yang Sheng begitu 'patuh'? Tapi ini mungkin terkait rahasia orang lain, akhirnya tak pantas kutanyakan.
Setelah Dàwū dari Daxing berseru, Qiangzi yang selama ini terbaring di tanah perlahan-lahan mulai bangkit dengan susah payah. Dalam proses ini, aku sangat ingin menopang Qiangzi, tapi akhirnya menahan keinginan itu. Dari peristiwa kali ini, kulihat sifat Qiangzi sudah berubah menjadi harga diri yang berlebihan. Jika aku menolongnya, mungkin akan melukai harga dirinya. Dengan bangkit sendiri, mungkin hatinya akan lebih lega.
Akhirnya Qiangzi berdiri, tubuhnya limbung... Saat itu, kupikir dia akan kembali ke sini, tapi ternyata dia kembali mendekati Yang Sheng. Yang Sheng sudah mulai kesal, alisnya berkerut, berkata dengan suara dingin pada Qiangzi: "Aku masih ada urusan penting. Jangan kira aku akan terus bersabar denganmu."
Tapi Qiangzi menggeleng, berkata: "Aku tidak ingin bertaruk lagi. Hanya ingin mengatakan satu hal padamu. Kau takut?"
Yang Sheng memandang Qiangzi. Matanya tertutup kacamata hitam, sulit ditebak apa yang dipikirkannya. Tapi dia tidak menolak kedekatan Qiangzi... Qiangzi berhenti di hadapannya, lalu memandang Yang Sheng sambil bergumam lemah sesuatu.
Yang Sheng sama sekali tidak mendengar jelas, hanya menoleh dan berkata: "Apa sebenarnya yang kau katakan?"
Qiangzi yang sudah sangat lemah hanya bisa pasrah mendekati Yang Sheng selangkah lagi, hampir menempel. Tiba-tiba ia berteriak keras: "Dengar, bangsat kau! Pengkhianat...!! Tempat kakekku gugur dalam pertempuran dulu, ternyata adalah tempat kau berkhianat. Pukulan ini dari Kakak Cheng Yi!"
Saat berbicara, Qiangzi sudah mengayunkan tinju dengan keras ke arah perut bagian bawah Yang Sheng... Reaksi Yang Sheng sangat cepat, segera mengulurkan tangan untuk menangkap Qiangzi... Tapi tak disangka, di saat itu muncul bayangan maya samar di belakang Qiangzi... Sebuah aliran energi besar menghalangi Yang Sheng sejenak, lalu tinju Qianggi menghunjam keras di perut bagian bawah Yang Sheng.
"Hmm!" Yang Sheng jarang terlihat kesakitan, mendengus pelan setelah terkena pukulan itu.
Aku sendiri membeku seketika tergetar oleh bayangan maya di belakang Qiangzi.
