"Apa itu sesuatu?" Pertama-tama yang muncul di otakku adalah pikiran ini... Bayangan maya itu hanya muncul sekejap, dan sangat samar, namun saat itu juga meninggalkan kesan yang terlalu mendalam dalam diriku, bagaikan kilat menyambar otak, tak bisa lagi diusir.
"Karena pada saat bayangan maya itu muncul, yang pertama kulihat adalah wajah manusia yang beringas. Dibilang wajah manusia juga tidak sepenuhnya tepat, karena masih ada ciri-ciri binatang yang jelas. Hanya distribusi mata, hidung, dan alisnya yang sama persis dengan manusia. Terutama mulutnya yang menganga garang dengan gigi-gigi seperti babi hutan. Kombinasi seluruh wajahnya terlihat sangat mengerikan dan menakutkan..."
"Dibandingkan wajahnya, tubuhnya tidak terlalu istimewa. Persis seperti harimau biasa, harimau berbulu kuning tanah. Tapi di dadanya ada surai seperti singa, ekor ganda... Besar dan memancarkan kekuatan aneh. Ini makhluk apa sebenarnya?"
"Mengingat aku bahkan pernah melihat sisa roh Qiongqi di sini, seharusnya aku tidak sampai tertegun melihat bayangan maya di belakang Qiangzi."
"Sebenarnya yang benar-benar kukhawatirkan adalah bayangan itu tampak memiliki hubungan 'erat' dengan Qiangzi. Tapi dengan penampilan seganas itu, mana mungkin tidak khawatir?"
"Wahahaha..." Setelah menghajar Yang Sheng dengan pukulan, Qiangzi seperti menyelesaikan misi terbesarnya lalu langsung terjatuh pingsan.
"Pada saat itu, Yang Sheng yang berhasil diprovokasi Qiangzi hingga mencapai kondisi kemarahan. Setelah sempat bereaksi, menghadapi Qiangzi yang terjatuh, reaksi pertamanya adalah mengangkat kaki dan menginjak kuat-kuat ke arah Qiangzi."
"Saat kaki ini terangkat, aku langsung merasakan perasaan bahaya yang aneh. Seolah aku melihat sosok Yang Sheng yang sama sekali berbeda, jahat bagaikan dewa pengamuk sedang mengaum. Aku tahu ini halusinasiku, tapi aku mengerti: andai kaki ini benar-benar menginjak, Qiangzi bisa kehilangan separuh nyawanya kalau tidak mati."
"Yang Sheng, kau sebaiknya pertimbangkan matang-matang apakah kau benar-benar ingin berkhianat dengan Delapan Belas Desa Leluhur Dàwū kami!" Tepat di saat itu, Dàwū Da Xing berbicara lagi. Suaranya tidak keras, tapi tegas, setiap kata diucapkan dengan mantap.
‘Wah’! Kaki Yang Sheng berhenti di udara. Suara itu ternyata berasal dari kekuatan dahsyat yang memecah udara... Ia menatap Dàwū Da Xing, seolah sedang merenungkan sesuatu. Singkatnya, dia diam membisu. Atmosfer saat itu mencapai puncak ketegangan.
Selama memberikan peringatan, tangan Dàwū Da Xing terus mencengkeram erat lenganku. Rasanya seperti khawatir aku akan bertindak gegabah dan benar-benar menerjang. Padahal niat seperti itu memang ada dalam benakku.
Bukan aku sembrono. Pukulan ini adalah hasil usaha keras Qiangzi untuk memukul Yang Sheng demi diriku. Di hatiku, aku tak bisa mengungkapkan rasa tersentuh ini. Hanya saja, di saat ini, aku rela menerima cedera apapun sebagai pengganti Qiangzi.
Kaki Yang Sheng akhirnya tetap menendang, hanya saja mengarah ke sisi lain, seperti sekadar menggerakkan tubuh dengan santai, lalu menarik kembali kakinya... Kemudian ia tertawa kecil seolah tak terjadi apa-apa, berkata pada Dàwū: "Aku tak pernah berniat bermusuhan dengan desa leluhur kalian. Sun Qiang ini memang lebih muda usianya, agak impulsif, aku cuma menemani bermain. Tak apa..."
Dengan sangat santai, Yang Sheng mengabaikan persoalan itu. Namun nada bicaranya sekarang tak terbayangkan sebelumnya. Sosok kikuk bahkan agak kaku dalam ingatanku, bagai halusinasi semata... Tapi seolah masih kulihat butiran nasi yang berceceran di bajunya pada malam itu.
Melihat gerak-geriknya, aku tak tahu harus bersyukur atau sedih... Gerakan menarik dan menendang kakinya tadi masih menyisakan aroma 'senam pagi' yang dulu kuajarkan. Irama perkelahiannya pun masih membawa nuansa itu... Toh tubuh akan membentuk kebiasaan setelah memiliki memori otot.
Tapi memandangi Qiangzi yang tergeletak di lantai, tatapanku kembali membeku. Surat perpisahan yang sudah usang, buat apa diingat terus? Lagipula, yang terobsesi hanyalah diriku sendiri. Prinsip sudah jelas, sentimental berlebihan hanya akan menyiksaku lebih dalam.
Begitu pikiranku melintas, aku hendak berjalan mendekat untuk menopang Qiangzi... Namun tak disangka Dàwū menarikku kembali, menyuruhku berdiri di samping beberapa orang yang mungkin juga merupakan dàwū. Ia sendiri yang menopang Qiangzi dan membawanya di punggungnya kembali.
Entah karena kelelahan ekstrim atau alasan lain, Qiangzi tetap tak sadarkan diri... Dàwū terus membawanya di punggung, lalu berkata pada Yang Sheng: "Jika tak ada urusan lain, mari kita sepakati seperti ini. Yang Sheng, kami akan meninggalkan kota kecamatan ini. Kumohon jangan lagi membuat ulah, saat itu tak akan ada lagi ruang negosiasi, kita akan membuka kedok sepenuhnya."
Sebenarnya atas nama prinsip siapa Dàwū bernegosiasi dengan Yang Sheng? Aku sama sekali tak tahu... Tapi dari situasinya, seolah mereka telah mencapai suatu keselarasan diam-diam.
"Aku tentu tak akan berbuat apa-apa lagi demi beberapa orang keturunan leluhur Wu. Lagipula, andai kuketahui kota kecamatan ini adalah wilayah warga kita, tak mungkin sampai terjadi kesalahpahaman seperti ini, bukan?" Yang Sheng masih berdiri di tempat, tak mau pergi. Entah apa maksudnya sebenarnya?
"Kesalahpahaman? Kesalahpahaman yang menelan 80 nyawa manusia di kota ini? Hng... Andaikata delapan belas desa leluhur Wu kami tak ingin lagi terkait urusan dunia sekuler..." Dàwū tak melanjutkan, namun dari nadanya sudah terasa kekecewaan yang sangat mendalam.
"Tidak mau terlalu terlibat? Hehe, terserahlah... Aku sudah kehilangan lebih dari 40 anak buah. Mereka butuh usaha besar untuk dilatih. Apapun pendapatmu Dàwū Daxing, menurutku ini sudah seimbang dengan nyawa warga desamu. Lagipula yang mati kebanyakan orang biasa, bukan?" Yang Sheng tersenyum tipis tanpa kehangatan.
"Konyol!" Dàwū Daxing tampak marah luar biasa. Seperti aku dan Guruku, dia sama sekali tidak setuju dengan pandangan Yang Sheng. Kurasakan kemarahan dalam ucapan "konyol"-nya, namun entah mengapa dia terus menahan diri.
Saat Yang Sheng menyebut gelarnya "Dàwū Daxing", dia menoleh dan melirik tajam ke A Mao Dou. A Mao Dou menyembunyikan lehernya sambil mundur ke kerumunan orang, tak berkata lagi.
Yang Sheng sepertinya juga tidak ingin berdebat dengan Dàwū Daxing. Ia mengubah arah pembicaraan: "Dàwū Daxing, kita tidak perlu marah hanya karena perbedaan pandangan ini... Pokoknya, kita sudah sepakat. Aku tidak akan mengganggu desa kalian maupun warga suku kalian. Kedepannya, jika ada masalah apapun, Delapan Belas Desa Leluhur Wu kalian juga tidak akan ikut campur. Sedangkan masalah di kota kecamatan ini sudah berantakan seperti ini, malah membangunkan pihak yang tidak ingin kita bangunkan, bukankah ini lebih merepotkan? Mari kita patuhi perjanjian, masing-masing menguburkan jenazah, dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Sebelumnya, aku menangkap seorang pria tua, dia juga saksi mata. Aku dengan sukarela menyerahkannya pada kalian untuk ditangani... Agar kalian tidak bilang aku sembarangan membunuh. Tapi... dua orang itu bukan dari desa kalian, dan sudah punya dendam lama dengan pengaruhku. Tak masalah jika aku bawa mereka, kan?"
Benar saja, Yang Sheng tidak akan melepaskan aku dan Guruku... Di hatinya, 'posisi penting' kami bahkan melebihi garis keturunan Leluhur Wu. Aku tidak berpikir garis keturunan Leluhur Wu tidak penting baginya. Jika tidak, dia tidak perlu mengerahkan pasukan begitu besar, bahkan menggunakan konspirasi seperti ini hanya untuk membawa sekelompok keturunan Leluhur Wu.
Dari sini, terlihat bahwa aku dan Guruku semakin penting. Tapi penting di bagian mana? Hanya karena dendam masa lalu kami? Atau, pada akhirnya kami akan menjadi batu sandungan baginya? Saat ini kekuatan kami terbatas, dengan hak apa kami pantas menjadi penghalangnya?
"Sayangnya, hal-hal ini tidak akan dijawab oleh Yang Sheng. Mengenai rencananya membawa kami pergi, aku tidak khawatir. Menurutku penduduk desa ini seharusnya tidak akan menyerahkan kami. Tidak ada alasan khusus, hanya intuisi."
"Benar, meski kedua orang ini bukan penduduk desa kami, mereka tamu terhormat... Kau tidak bisa membawa mereka pergi di hadapanku. Delapan Belas Desa Zu Wu juga tidak mau kehilangan muka karena tidak bisa melindungi tamu terhormat." Seperti perkiraanku, Dàwū benar-benar menolak permintaan Yang Sheng.
Wajah Yang Sheng mulai menunjukkan kemarahan, suaranya tiba-tiba menjadi dingin: "Tamu terhormat? Apakah status ini hanya berdasarkan perkataan Dàwū? Atau kau mau mempertaruhkan Delapan Belas Desa Zu Wu hanya karena hubungan pribadi?"
Ucapan ini terdengar sangat serius, bahkan memberikan tuduhan berat kepada Dàwū... Secara tiba-tiba Dàwū diposisikan sebagai lawan desa.
Kurasakan ketidakpuasan dari beberapa Dàwū yang berdiri di dekatku. Tatapan mereka padaku dan Guruku mulai tidak bersahabat. Di seluruh desa, kami hanya dekat dengan Dàwū dan Qiangzi yang sekarang tak sadarkan diri. Namun kekuatannya terbatas. Desa Miao terisolasi ini memang tidak ingin terlibat terlalu dalam dengan kekuatan sekuler. Situasi ini mulai terasa mengkhawatirkan.
Tapi Dàwū tidak khawatir sama sekali. Dia mengangkat tangannya, melirik ke arah Yang Sheng, lalu berbalik menghadap semua orang—penduduk kota kecamatan dan warga dari desa di atas bukit—seraya berkata, "Mereka telah berhasil mendaki Tangga Pemutus Roh. Siapa yang berani menyangkal bahwa mereka tamu terhormat desa kami? Siapa?!"
Kalimat itu menggema penuh wibawa. Benar saja, hanya dengan satu ucapan sederhana itu, atmosfer langsung mereda... Bahkan tatapan orang-orang yang tadinya menunjukkan sikap kurang ramah terhadapku dan Guruku, tiba-tiba berubah lembut. Bahkan beberapa yang awalnya acuh tak acuh, kini memancarkan secercah keramahan karena alasan keberhasilan mendaki Tangga Pemutus Roh.
Sekarang, hatiku benar-benar tenang. Jika Yang Sheng mau menyerahkan orang tua itu ke desa, maka nyawanya akan selamat. Aku yakin desa kami punya cara untuk membuatnya menjaga rahasia. Kecuali dia bodoh, pastinya dia paham ada hal-hal yang tak boleh diumbar sembarangan.
Tapi sampai di titik ini, Yang Sheng masih tak rela. Dia tak munduh setapak pun, malah melangkah maju menghadap Dàwū, "Dàwū, bukankah ini tidak baik? Sudah kukatakan dua orang ini adalah musuh hidup dan mati. Apakah Tuan hanya akan menghindar dariku seperti ini tanpa penjelasan apapun?"
Huh, si Yang Sheng ini! Karena satu kalimatnya, suasana yang baru saja mereda tiba-tiba kembali tegang.
