Tapi jeda seperti ini tidak sia-sia, setidaknya memberi Si Bodoh waktu untuk ruang gerak, membuatnya menerjang dari sudut miring dan menabrak monster itu sekali lagi.
Monster itu yang tidak siap sama sekali, tiba-tiba terpental sejauh 7-8 meter akibat hantaman Si Bodoh yang tiba-tiba... Saat ini aku sementara mendapatkan ruang untuk bernapas, bahkan tidak sempat berdiri, hanya bisa berguling mengikuti kemiringan gua ke bawah dengan cepat.
Aku perlu menjaga jarak untuk menggunakan sihir! Untuk menghadapi makhluk spiritual seperti ini, dari lima unsur sihir, Jurus Petirlah yang paling efektif!
Tapi waktu persiapan Jurus Petir terlalu lama, sama sekali tidak realistis menghadapi monster berkecepatan tinggi ini... Karena kurasa Si Bodoh tidak akan bertahan sampai waktu itu, dari tabrakan pertama, aku tahu Si Bodoh bukan lawan monster ini.
Selain itu ada dua cara untuk menghadapi roh: Pertama tentu dengan menggunakan kekuatan jiwa sendiri untuk bertabrakan dan menekan.
Dan yang kedua adalah menekan aura energi Yin, mengingat roh termasuk makhluk yin, menggunakan Yang untuk mengatasi Yin adalah hal yang sangat wajar. Seperti beberapa metode kecil dalam masyarakat yang menggunakan prinsip serupa.
Namun untuk menghadapi roh yang kuat, cara ini seperti lelucon. Misalnya, setetes darah Yang di ujung lidahku, bahkan jika kusemprotkan seluruhnya ke monster itu, mungkin tidak akan menyakitinya. Kecuali aku memiliki keberadaan Yang murni di tangan... Keberadaan Yang murni?
Tiba-tiba aku teringat pedang koin tembaga itu. Orang tua aneh di pintu gerbang memberitahuku bahwa setiap koin di pedang itu adalah "koin sepuluh ribu orang", terkontaminasi energi manusia dari ribuan orang. Koin yang belum pernah dikubur secara alami memiliki energi Yang terkuat, dan...
Mengingat kembali detail pedang koin tembaga, aku menyadari ini benar-benar alat kunci untuk menetralisir roh! Sebelumnya tidak digunakan melawan hantu jahat, bukan karena lupa, tapi karena jumlah hantunya terlalu banyak. Apa aku harus menusuk satu per satu dengan pedang ritual seperti ini?
Saat aku menusuk yang satu, yang lain akan langsung menyerbu bersama!
Intuisiku mengatakan cara menggunakan pedang ini seharusnya tidak seperti ini... Tapi sekarang ini menjadi kartu as terbesarku, mengingat di sini aku hanya perlu menghadapi satu monster.
Dalam proses jatuh ke bawah, kurang dari setengah menit, otakku telah memikirkan semua itu... Saat momentum akhirnya hilang dan aku benar-benar berhenti, aku mulai mendengar jeritan menyayat Si Bodoh yang terus-menerus!
Aku mengangkat pandangan, hampir-hampir menggigit gigi sampai hancur... Monster itu memiliki sayap, sedangkan bentuk Si Bodoh tidak! Roh sebenarnya bisa melayang, tetapi selama masih memiliki sayap saat berubah menjadi roh, pasti memiliki kecepatan melayang yang jauh lebih unggul dibanding yang tidak. Monster ini ternyata memanfaatkan keunggulan tersebut, mencakar seluruh tubuh Si Bodoh hingga penuh luka mengerikan, sementara dirinya sendiri tetap utuh tanpa cedera.
Jeritan Si Bodoh yang tak henti-henti disebabkan karena, dalam kondisi hampir seluruh tubuh terluka ini, monster itu akhirnya menemukan kesempatan untuk mencabik lagi sepotong kulit dan daging Si Bodoh, mencengkeram erat dengan cakarnya.
Sudah jelas ia sedang mempermainkan mental Si Bodoh. Meski tanpa mengandalkan kecepatan, kekuatan jiwanya yang begitu besar sebenarnya bisa menekan Si Bodoh dalam pertarungan langsung. Tapi ia sengaja menghindari cara itu - kalau bukan untuk main-main, apalagi tujuannya?
"Khawatir berlebihan karena perhatian. Dasarnya ia ingin menelan Si Bodoh tanpa mengalami kerugian sedikitpun. Tentu dibanding Si Bodoh, yang lebih menarik baginya adalah jiwaku. Dalam situasi seperti ini, pedang koin tembaga, harus memilih menyatukan roh." Saat kukira monster itu sedang mempermainkan Si Bodoh dan amarahku membara, sebuah pikiran jernih muncul dari hatiku. Ketenangan total, kewarasan mutlak, bahkan mengatasi pengaruh keterikatan jiwaku dengan Si Bodoh.
Ketenangan ini membuatku segera duduk bersila di tanah... Karena menyatukan roh adalah ritual tertinggi dari keturunan Lao Li, meskipun menurut pengalamanku teknik ini belum sehebat beberapa metode rahasia... Dalam situasi kritis ini, tidak boleh ada yang disembunyikan.
Aku mulai dengan cepat membentuk segel tangan penyatuan roh. Di sisi lain, aku terus berkomunikasi dengan Si Bodoh: "Tahan! Bertahanlah!"
Teknik penyatuan roh ini sebenarnya adalah metode rahasia keluarga kami, tapi saat kugunakan, tiba-tiba terlintas pikiran bahwa ritual ini cukup menarik... Namun dalam ketegangan ini, tak sempat kurenungkan. Keanehan ini kulewati begitu saja.
Tapi saat segel tangan sampai di pertengahan, tanpa sadar muncul ide baru... Memodifikasi gerakan segel tangan dengan sedikit penyesuaian, menambahkan beberapa gerakan tambahan untuk melepaskan kekuatan jiwa. Pertama menyatukan kehendak dengan Si Bodoh, lalu secara bertahap melepaskan energi roh sendiri.
Bukan langsung menyatukan roh dengan Si Bodoh!
Mengapa begini? Bahkan tak sempat kurenungkan, jawaban langsung muncul: Dengan bantuan kekuatan jiwa ekstra, Si Bodoh bisa lebih kuat menahan monster itu... Lagipula, dengan menyatukan kehendakku lebih dulu, keunggulan strategi akan lebih besar!
Karena esensi sejati penyatuan roh bukanlah hal seperti 1+1=2, melainkan kombinasi antara keunggulan sihir manusia dengan kekuatan jiwa siluman yang dahsyat!
Sebelumnya, mengapa aku tidak terpikir untuk modifikasi seperti ini? Kupikir ini hal yang sangat mudah, sama sekali tidak menyadari bahwa segel tangan dasar yang kubentuk juga telah diubah. Perlu diketahui di dunia fana hanya ada 108 jenis segel tangan dasar yang tersebar. Mengubah segel tangan dasar adalah tindakan yang sangat melawan takdir!
Dalam situasi tegang ini, hal ini sekali lagi kulewatkan... Saat gerakan segel tangan dipercepat dengan cepat, kehendak rohku tiba-tiba terbelah. Selain mempertahankan sebagian kesadaran dasar di dalam rohku untuk terus membentuk segel tangan, sebagian kehendak lainnya menyatu dengan Si Bodoh.
Lebih tepatnya, kehendakku menguasai Si Bodoh, sementara kehendak harimau itu mundur ke posisi sekunder.
Pada saat penyatuan, aku langsung merasakan sakit dahsyat yang datang dari roh... Dan di saat itu, di posisi 'aku' (Si Bodoh), sepotong daging dan darah lagi dicakar oleh monster itu!
"Aaargh!" Aku reflek menjerit kesakitan, namun yang keluar dari mulut adalah auman harimau... Rupanya Si Bodoh bertahan dalam kondisi seberat ini untukku. Hatiku sakit campur kemarahan yang tak terucapkan!
Sebentar lagi, seiring gerakan segel tanganku, kekuatan jiwaku berpindah ke Si Bodoh… Sedikit mengisi kembali kekuatan jiwa Si Bodoh yang terkikis akibat cakaran. Si Bodoh juga menyadari dalam sekejap aku telah menyatu dengannya. Perasaan sedih dan kebergantungannya merambat padaku.
Kujeda langkah di udara, segera membujuk Si Bodoh dengan lembut. Meski Si Bodoh telah memulihkan kelincahannya, pemulihannya belum sempurna. Dibandingkan dulu yang bahkan tak bisa mengekspresikan kesadarannya, kini ia hanya bisa menyampaikan berbagai kesadarannya secara persis… Tingkat pemulihan ini menunjukkan sifat dasarnya masih seperti remaja!
Sementara monster itu mencakar sebagian daging dan darah Si Bodoh dengan wajah puas, lalu melemparkannya sembarangan ke sudut gua. Di sana kulihat sudah menumpuk lima enam potong daging dan darah Si Bodoh!
Apa itu caranya mengumpulkan bahan pangan? Aku tak bisa mengungkapkan kemarahanku… Tapi anehnya langsung tenang. Dari bola mata monster yang penuh perasaan itu, kulihat kesombongannya dan tekad untuk menelan 'diriku' sepenuhnya sebentar lagi.
Hampir tanpa proses berpikir, aku segera mengaktifkan sihir. Sihir alami terkuat Si Bodoh adalah angin lima unsur dan logam lima unsur... Namun meski merupakan sihir bawaan, karena perbedaan antara siluman dan manusia, penggunaannya tetap lebih kikuk dibanding manusia. Dalam serangan gila monster ini, Si Bodoh sama sekali tidak bisa menggunakannya... Tapi setelah kehendakku menyatu, segalanya jadi berbeda.
Kekuatan jiwaku terus mengalir untuk memperkuat Si Bodoh... Saat ini, menurut penilaianku, kita harus mengambil inisiatif menyerang. Jangan sampai monster itu menyadari rencanaku!
Maka, sambil terus berkomunikasi dengan elemen angin melalui kehendakku, kugemuruhkan suara harimau dan kembali menerjang monster itu!
Benar, bagaimana mungkin siluman bisa membentuk segel tangan? Satu-satunya cara mereka menggunakan sihir adalah melalui komunikasi... Kelambanan ini karena mereka tidak memiliki 'roh' seperti manusia. Meski memiliki kedekatan unsur, proses komunikasinya tetap jauh lebih lambat.
Braak! Tubuhku kembali bertabrakan dengan monster itu... Kukuas cakar harimau untuk melancarkan pukulan pamungkas, tapi sebelum sempat menghunjam, tubuhku sudah tercakar beberapa kali lagi...
Rasa sakit memaksaku memanfaatkan momentum tabrakan untuk segera mundur beberapa li... Tatapan monster itu kini dipenuhi senyum kecut yang semakin menusuk.
Tapi saat ini, aku sudah berhasil menjalin komunikasi dengan sejumlah besar elemen angin...
