Momen terakhir akhirnya meledak pada detik ini...
Sejak darah dari jariku mengalir ke pedang koin tembaga itu... Aku langsung merasakan hubungan dengan aura pedang tersebut... Ini sama sekali bukan pengakuan senjata pusaka seperti dalam mitos.
Pedang koin yang terdiri dari 39 koin itu memiliki formasi misterius. Begitu darah Jingxue praktisi spiritual yang membawa aura energi esensialnya mengaktifkannya, aura praktisi akan menjadi inti yang menggerakkan aura pedang. Aura pedang ini tak lain adalah Energi Yang dari ribuan orang, seperti pasar yang riuh rendah, bahkan lebih dahsyat!!
Jangan remehkan keramaian pasar. Di zaman kuno, eksekusi hukuman pancung selalu dilakukan di pasar untuk memanfaatkan energi Yang orang hidup guna menekan dendam, energi jahat, dan pembentukan hantu jahat... Ini adalah ritual yang dirancang oleh orang ahli, dan terbukti sangat efektif!
Apa arti aura energi yang lebih perkasa dari ini? Artinya aku membawa energi Yang dalam jumlah besar, setara dengan tenaga ribuan orang bersama-sama menekan roh!
Ini adalah senjata pusaka sejati... Tentu bagi praktisi spiritual. Orang biasa yang memegangnya mungkin kesulitan bahkan menyembelih ayam.
Saat ini, antusiasmeku memuncak. Aku tak tahu mengapa tiba-tiba memahami begitu banyak hal, bahkan tahu cara menggunakan pedang ini dengan benar... Dan juga, aku sadar pedang ini bukan untuk bertarung, melainkan sebagai kelanjutan dari segel tangan!
Diriku yang sekarang sedang membentuk segel tangan... Walau terlihat seperti teknik biasa, sebenarnya untuk menghadapi roh tingkat tertentu, bahkan segel tangan sederhana - Jin Dao Jue (Segel Pisau Emas)!
Karena untuk melawan roh berlevel tinggi, digunakan segel tangan kompleks. Segel tangan tunggal sebenarnya sudah tidak efektif.
Tapi dengan pedang koin tembaga ini, betapa dahsyatnya segel tangan Yang murni ini... Sungguh dinantikan. Kelihatannya kombinasi segel tangan dengan pedang koin tembaga ini sangat cocok... Baik dari segi durasi ritual maupun tingkat kompatibilitas!
Mengapa perhitunganku bisa secanggih ini? Aku sendiri agak bingung... Dan pertama kalinya, hanya dengan membentuk satu mantra tunggal, aura energi luar biasa langsung tercipta di seluruh gua... Seolah-olah ada sepuluh ribu orang yang marah dan penuh semangat dengan tekad baja tiba-tiba memenuhi gua, energi mereka begitu dahsyat.
Monster ini tidak bodoh, malah sangat cerdik. Bagaimana mungkin makhluk ini tidak merasakan perubahan drastis ini? Ia menghentikan perlawanan habis-habisan, beralih ke serangan gila-gilaan... Di detik-detik terakhir ini... Siapapun yang waras pasti tahu: Daripada bertahan, lebih baik menyerang habis-habisan untuk meraih secuil harapan hidup!
Dengan memanfaatkan ketajaman elemen logam, aku berhasil menembus pertahanan kekuatan jiwa monster ini dan menggigitnya dalam-dalam... Walau tidak mematikan, selama gigitanku tak kendur, mustahil ia melepaskan diri. Saat kupikir segalanya sudah pasti, serangan gila monster ini ternyata begitu mematikan.
Saat ini, monster sama sekali tak lagi menahan diri. Serangan gelombang suara, gigitan ganas, cabikan... Tak ada kata yang mampu menggambarkan badai serangan ini. Dalam sekejap, kumerasakan aroma kematian.
Tidak, Si Bodoh akan mati... Si Bodoh benar-benar akan mati kali ini! Pikiran ini terus berputar-putar dalam benakku... Bahkan satu detik pun takkan bisa bertahan!
Meski sudah mendapat suplai kekuatan jiwa dalam jumlah besar kali ini, tetap akan mati!
Aku refleks ingin melepaskan gigitan. Kupikir semua persiapan sudah cukup... tak kurang satu ini pun! Tapi, kusadari kehendak dalam hatiku justru bersikeras tak mau melepaskan, menuntut untuk sepenuhnya mengendalikan monster itu pada momen ini, tanpa boleh ada variabel apa pun.
Tak boleh ada variabel? Lalu biarkan Si Bodoh MATI begitu saja? Aku sama sekali tak setuju dengan cara ini. Sukar kugambarkan perpecahan dalam diriku... Di sisi lain, kehendak teguh dalam hatiku juga memandang rendah diriku sendiri, meremehkan keragu-raguanku yang bahkan dalam pertempuran tak bisa menjaga ketenangan dan keteguhan hati.
Jika bisa menangis, air mataku pasti sudah mengalir. Tidak, mungkin sudah mengalir... Si Bodoh akan mati... Kilasan ingatan melintas di benakku, termasuk saat masih kecil di pemakaman pertama kali melihat hantu. Saat kritis dulu, sisa roh Si Bodoh yang menyelamatkan nyawaku... Bagaimana mungkin kubiar dia mati?
Apa artinya tak bisa melepaskan gigitan? Dalam kejang-kejang yang dahsyat, sekejap saja aku bahkan lupa akan serangan gila monster yang menyiksa... Yang kutahan mati-matian justru diriku sendiri... Ini perang gesekan yang sakit tak terkatakan.
Akhirnya kumengerti makna sejati sebuah pepatah: Manusia, musuh terberatnya adalah diri sendiri!
“Si Bodoh sudah sepenuhnya tidak memberikan respons kesadaran apapun. Saat ini aku menyatu dengan Si Bodoh, aku sangat paham bahwa rohnya mulai menunjukkan tanda-tanda kebubaran... Penyatuan roh kali ini terasa begitu aneh dan mengerikan, ini adalah peleburan kehendak dan kekuatan jiwaku dengan Si Bodoh, tapi bukan berarti rohku sendiri juga menyatu dengannya!
Aku tak tahu apakah ini karena roh Si Bodoh yang semakin lengkap... Atau jangan-jangan, aku sendiri yang diam-diam mengacau saat menggunakan kekuatan sihir?
Hah, aku mengacaui diriku sendiri? Adakah hal yang lebih absurd dari ini?
Tidak... Aku sudah tak bisa berpikir panjang lagi! Roh Si Bodoh mulai hancur... Sementara monster itu masih terus menyerang dengan ganas! Ya, aku punya tanggung jawab yang harus kupikul, seratus bahkan sepuluh ribu alasan yang mengharuskanku terus maju... Tapi aku tak bisa mengorbankan segala yang kuperhatikan hanya untuk sebuah jaminan mutlak.
Aku tak bisa menghitung dengan tepat, mana yang bisa dikorbankan dan mana yang tidak... Karena ada hal yang harus kulindungi, dan demi perlindungan itu, aku rela mempertaruhkan nyawaku sendiri terlebih dahulu!
"Bodoh!" Dalam benakku, pikiranku sendiri bergemuruh bagai guntur mengomentari keputusanku ini, tapi... Dalam kesedihan yang tak terucapkan, akhirnya kuberikan sedikit kelonggaran pada gigitanku yang mencengkram monster itu.
Namun, pada saat itu, aku di sebelah sana telah menyelesaikan segel tangan... Kekuatan yang tertahan meledak secara mengejutkan saat tanganku kembali menggenggam pedang koin tembaga!
Pada detik itu, seolah kudengar teriakan ribuan orang bersamaan, derap darah panas yang mengalir deras. Kulihat bayangan pedang raksasa menghunjam keras ke arah monster itu!
Monster yang sedang kugigit itu tak sempat menghindar... Setelah mengeluarkan rengekan tajam yang memilukan... Bayangan pedang raksasa itu menyambar dari atas, membuatnya terjatuh dari udara ke tanah. Robekan besar menghiasi tubuh rohnya yang semula utuh, hampir membelahnya menjadi dua.
Tanpa debu berhamburan, ia mendarat perlahan layaknya daun... Monster itu tak bergerak. Aku yang masih menggigitnya dalam keadaan lemah pun ikut mendarat pelan... Kemenangan ini terasa bagai fatamorgana, tak nyata adanya.
Serangan telah berhenti. Roh Harimau Bodoh tak lagi menunjukkan tanda-tanda kehancuran... Tapi kondisinya tetap reyot, takkan bertahan lama sebelum hancur lebur.
Namun dalam kesedihan yang mendalam, pikiran justru diselimuti ketenangan ekstrem... Entah mengapa, aku bisa melepaskan gigitan, berdiri goyah, lalu berjalan menuju tumpukan daging dan darah hasil gigitan monster.
Menelannya, daging dan darah yang terlepas dari tubuh sendiri akan membaik... Sebenarnya, hal sederhana seperti ini sudah sangat sulit bagiku! Tapi kali ini, tak ada konflik dengan dinginnya hatiku. Hal yang menguntungkan Si Bodoh ini, bahkan harus kuperjuangkan habis-habisan.
Aku menelan dengan susah payah... Sebenarnya ini adalah kekuatan jiwaku sendiri... Bagian yang telah menghilang memang sudah tak terselamatkan, lagipula ini bukan daging darah nyata yang masih bisa bertahan beberapa waktu.
Seperti yang diantisipasi oleh pikiran dingin dalam hatiku, setelah menelan ini kondisiku memang membaik. Meski jiwa yang reyot masih dalam keadaan buruk... Tapi setidaknya ada sedikit pemulihan.
Tapi daging darah sudah habis ditelan? Apa yang harus kulakukan lagi?
Pikiran ini belum selesai, tubuhku sudah bergerak susah payah mendekati monster itu... Yang tersisa adalah menelannya!
Monster itu terluka parah, sama sekali tak bisa bergerak sekarang. Tapi dia belum menghilang, dalam artian jiwanya belum benar-benar 'mati'... Ketika menyadari niatku, dia masih berusaha melawan tapi tiba-tiba ditekan oleh segel tangan kompleks hingga semakin tak bisa bergerak.
Aku, tetap aku yang melakukan semua ini. Seperti komputer dingin yang telah menghitung setiap langkah dengan dingin!
Aku menunduk mulai menelan... seolah-olah aku sedang melahap monster ini... Mungkin sebelumnya, ini adalah perilaku yang sulit kuterima, tak ada hubungannya dengan benar-salah, atau siapa yang melakukannya, seperti Si Bodoh juga menelan kepala hantu, hantu jahat... aku pun tak akan ikut campur.
Kali ini ternyata aku sendiri yang melakukannya!
Pikiranku mengatakan bahwa ini keuntungan terbesar, ini buah kemenangan pertarungan yang harus dimiliki... Namun di kedalaman hatiku, alasannya hanya satu: ini baik untuk Si Bodoh.
Jadi, tanpa pertikaian, hanya bisa menelan dalam kebisuan!
Kurasakan daging dan darah monster ini luar biasa kuat, sampai-sampai proses menelannya pun jadi sulit, tapi manfaatnya benar-benar sangat besar... Kulihat Si Bodoh pulih dengan kecepatan yang membuatku terkejut.
Tapi... perasaanku justru diliputi keanehan yang tak tertahankan.
