Peruntungan? Aku terkejut... Apa yang Dao Tongzi ketahui? Dalam hidupku hampir tak ada konsep 'peruntungan', itu hampir tak bermakna bagiku.
Saat ini, Si Bodoh yang dipenuhi kekuatan misterius dan sisa roh naga tak sadar itu sudah mulai bertarung, meski hanya beberapa detik, Si Bodoh tak kalah.
"Rupanya, dengan menelan sebagian kekuatan jiwa Gu Diao, kekuatan purba itu telah membangkitkan sesuatu dari dasar jiwa Si Bodoh." Dao Tongzi berkomentar sambil mengeluarkan pedang koin tembaga dari pinggangnya.
Lewat telepati, dia menyuruh Si Bodoh bertahan beberapa menit... Setelah itu, dia akan menunjukkan kekuatan sejati pedang koin tembaga ini.
Si Bodoh menyetujui, di saat seperti ini aku merasakan pertumbuhan Si Bodoh, juga kedewasaan yang dengan cepat terwujud pada tubuhnya... Tak ada lagi kesan kekanak-kanakan seperti saat pertama masuk gua yang masih memanggilku "Kakak Cheng Yi", yang ada sekarang adalah kestabilan lain.
Ini membuatku merasa terhibur sekaligus heran, aku tak mengerti maksud Dao Tongzi tentang resonansi dan kesadaran di dasar roh?
Tiba-tiba Dao Tongzi menancapkan pedang koin tembaga di depan tubuhnya. Aku tak menyangka tepi tajam koin tembaga itu bisa dengan mudah menembus batu keras. Tapi Dao Tongzi tak peduli detail kecil ini, ia merasakan pikiran dalam hatiku dan berkata dengan suara dingin: "Kau bilang tak mengejar peruntungan, tapi di relung hatimu, bukankah kau menginginkan sisa roh naga sejati tak berkesadaran ini? Karena tak berkesadaran, selama kita mengalahkannya, bisa memaksa menaklukkannya. Dengan ini saat menghadapi pertempuran besar ERA BESAR, bukankah kau lebih yakin?"
"Aku tak pernah berpikir begitu." Aku tak tahu cara berdebat dengan Dao Tongzi, hanya bisa menjawab dengan tegas.
Meski aku sendiri heran, mengapa harus bersikeras datang ke gua ini lalu membuatku bertemu dengan sisa roh naga sejati tak berkesadaran ini.
"Kau dan aku telah sampai di titik ini, segala cara telah dikerahkan, tiba di sini... Setiap makhluk di sini bukanlah musuh yang bisa dikalahkan dengan metode rahasia sehebat apapun. Satu-satunya andalan kini hanyalah pedang koin tembaga ini. Tapi Chen Cheng Yi, mempersembahkan pedang ini pun belum tentu berjalan mulus. Bersiaplah untuk menghadapi kehancuran dan kesia-siaan." Suara Dao Tongzi terdengar bernada menyalahkan, namun lebih banyak berisi peringatan.
"Bersungguh-sungguh saja." Selain itu, aku tak tahu harus menjawab apa lagi.
Di saat itu, Dao Tongzi mulai membentuk rangkaian segel tangan rumit... Untuk pertama kalinya, kurasakan dia mengerahkan seluruh kekuatan jiwanya. Pikirannya menyampaikan pesan: "Ini adalah rangkaian mudra penuntun, akan menarik seluruh Energi Yang dalam radius satu li untuk memperkuat pedang ini. Sebagai praktisi Tao, kau harus tahu teknik ini melawan kodrat alam. Segala elemen di alam semesta, termasuk aliran energi, harus dikumpulkan bertahap melalui kerja keras, bukan dirampas secara paksa... Konsekuensi balasan apa yang akan datang, aku pun tak tahu. Persiapkan mentalmu. Bagaimanapun, aku hanyalah kehendak yang menggunakan kekuatan jiwamu yang terkumpul - kita bertarung bersama, maka karma pun akan menimpa kita berdua."
Kuanggukkan kepala dalam diam. Di titik ini, metode tak lagi penting. Hanya satu pikiran tersisa di benakku: berjuang sepenuh hati, maju terus... Di mana pun aku jatuh, apa itu masih relevan?
Dao Tongzi terus membentuk mudra, sementara Si Bodoh masih bertarung melawan sisa roh naga sejati.
Meskipun 'itu' memiliki peluang tertentu yang disebut Dao Tongzi, rupanya bukanlah lawan naga sejati... Pada awalnya masih bisa mempertahankan kondisi seimbang, namun seiring waktu, Si Bodoh semakin terpuruk... Hanya sedikit lebih baik dibanding pertarungan dengan ilmu santet di gua kedua.
Yang berbeda, pertempuran kali ini tidak mengharuskannya bertahan lama. Walau aku dalam kondisi tertekan, belenggu sudah mulai longgar. Kurasakan kecepatan Dao Tongzi membentuk segel tangan, jariku menanggung beban kesakitan yang belum pernah kualami sebelumnya.
Seandainya bisa melihat diri sendiri... Pasti kulihat bayangan sisa gerakan jari ini, bahkan lebih cepat dari saat pertempuran besar melawan si kecil dulu ketika energi spiritualku tiba-tiba muncul.
Selain itu, kusadari segel tangan ini hampir selesai... Walau efeknya tidak menggegerkan, seperti kata Dao Tongzi: segel ini melawan takdir! Penciptanya entah mengapa membuat ritual yang berisiko karma balasan serius namun efeknya seperti tulang ayam.
Dan kebetulan dipelajari oleh Dao Tongzi, lalu kebetulan membuatku dan dia menemukan pedang aneh ini... kemudian masuk ke dalam gua ini... Aku semakin merasakan takdir bagaikan penulis skenario terbaik, sementara perasaanku belum mereda, Dao Tongzi telah menyelesaikan gerakan tangan terakhir dari ritual ini, setelah mengucapkan sebuah mantra... Ruang yang sebelumnya benar-benar hening di hadapan kami tiba-tiba seperti ditetesi air, terdengar gemericik lembut tetesan air yang bergema.
Itu adalah seberkas Energi Yang yang tercabut dari tubuh Pedang Koin Tembaga.
Persis seperti setetes air jatuh, keheningan mutlak pun pecah, lalu alam semesta berubah wajah, angin berhembus kencang, menciptakan gelombang dahsyat... Awalnya hanya seberkas Energi Yang yang tercabut dari pedang ini... Tapi sebentar kemudian, tiba-tiba dalam gua muncul angin panas membara, itu adalah suara Energi Yang yang menggila yang meluap deras dari Pedang Koin Tembaga.
Pada saat itu... Aku seolah mendengar teriakan ribuan orang, langkah kaki berdesakan yang mengguncang bumi... Inilah efek halusinasi dari konsentrasi populasi manusia, Energi Yang murni manusia.
Fenomena ini bukan pertama kali muncul pada Pedang Koin Tembaga, tapi tak pernah seekstras kali ini... Kemunculan Energi Yang telah memicu badai membara, tapi ini belum berhenti, masih banyak Energi Yang yang terus meluap keluar... Terus berkumpul di angkasa.
Dan di langit telah bertiup pusaran angin seperti tornado, inilah Energi Yang yang terkandung dalam pedang koin tembaga!!
Kali ini, bukan hanya aku yang terpana, bahkan dalam hati Dao Tongzi pun muncul rasa terkejut yang hebat. Karena belenggu yang mengendur, aku bisa merasakan pikirannya: "Di dunia ini, benarkah ada alat ritual sekuat ini?"
Namun karena khawatir akan masalah karma balasan, Dao Tongzi tidak merenung panjang. Sebentar kemudian dia memaksa memanggil kembali Si Bodoh ke dasar hati kami, lalu mulai membentuk segel tangan untuk mencoba mengendalikan Energi Yang ini.
Saat Si Bodoh kembali, tiba-tiba aku mengerti resonansi dan kebangkitan di dasar jiwa Si Bodoh yang disebut Dao Tongzi... Ini adalah kebangkitan 'ikatan darah' dari Simbol Empat Arah Macan Putih zaman purba. Ikatan darah ini tak selalu berarti hubungan fisik. Para praktisi Tao paham, kekuatan 'ikatan darah' ini juga menyentuh jiwa, dimana jiwa pun memiliki kekuatan aliran darah spiritualnya sendiri.
Ternyata Si Bodoh menyembunyikan aliran darah Macan Putih? Seketika aku tersadar... Semua siluman besar pasti mengandung aliran darah kuno nan jauh... Sebagai siluman harimau sehebat ini, mustahil Si Bodoh bisa mencapai tingkat ini tanpa aliran darah Simbol Empat Arah Macan Putih.
Artinya Si Bodoh benar-benar mulai 'sadar'. Mengikuti aku lebih dari 30 tahun, melewati hidup-mati... Justru mendapatkan banyak peluang yang membuatnya benar-benar mulai 'bangkit'.
Sedangkan Dao Tongzi kasihan pada Si Bodoh yang tak mudah, kini mendapat peluang ini, malah bertekad bulat untuk memenuhi keinginan Si Bodoh. Tak tega lagi menjadikannya 'bendera' pelindung di depan.
Pikiran ini sebenarnya panjang ceritanya, tapi dalam dunia komunikasi pikiran, semuanya terjadi hanya sekejap.
Aku mengerti, ini sengaja diberitahukan Dao Tongzi padaku. Kalau tidak, dengan kemampuanku... mustahil tahu informasi sebanyak ini... Tak kusangka dalam situasi seperti ini, Si Bodoh bisa bertumbuh seperti ini. Aku benar-benar bahagia untuknya.
Pantas saja menghadapi sisa roh Naga Sejati, dia masih mampu bertarung.
Tapi dari dasar hatiku, Si Bodoh mengirimkan perasaan gelisah dan khawatir. Dia tiba-tiba dipanggil kembali secara paksa, sangat mengkhawatirkanku... Mampukah aku menghadapi sisa roh Naga Sejati ini? Sekaligus kebingungannya juga kurasakan.
Sampai saat ini, rupanya Si Bodoh sudah merasakan bahwa aku sepertinya sudah menjadi 'aku' yang dikenalnya.
Naga Sejati yang tak berkesadaran itu menjadi semakin ganas. Kehadiran kami jelas sangat memprovokasinya. Mungkin dia juga butuh pertarungan untuk melampiaskan api kemarahannya... Tapi di puncak pertarungan, lawan tiba-tiba menghilang, mana mungkin dia tidak mengamuk?
Meskipun kehilangan kesadaran, roh ini dapat merasakan adanya akumulasi besar Energi Yang di suatu sudut gua... Aura ini membuatnya sangat tidak nyaman sebagai makhluk spiritual murni. Ia pun menyadari sumber pancaran Energi Yang itu berasal dari diriku yang sedang duduk bersila di belakang pedang koin tembaga!
