Saat ini, karma balasan yang disebut Dao Tongzi belum juga datang. Kecepatannya dalam mengendalikan Energi Yang justru semakin meningkat.
Keterampilan mengendalikan medan energi ini bagi Dao Tongzi maupun aku hanyalah ilmu dasar. Bahkan jika keluar dari gua ini, dari sepuluh praktisi spiritual, mungkin sembilan di antaranya bisa melakukannya. Bagaimanapun, dasar dari semua ritual spiritual, baik untuk menekan maupun menyerang, berawal dari penguasaan terhadap medan energi.
Hanya saja, tantangannya terletak pada sifat Energi Yang yang terlalu kuat dan liar. Mana mungkin orang biasa berani mencoba mengendalikan energi sekuat ini?
Namun Dao Tongzi memiliki keyakinan tanpa alasan jelas, hanya karena energi ini berasal dari pedang koin tembaga. Selalu menggunakan pedang ini sebagai media, Energi Yang ini pasti bisa dikendalikan.
Lagipula, fungsi awal pedang koin tembaga adalah untuk mengendalikannya, menggunakan Energi Yang sebagai mata pedang guna membunuh roh-roh jahat.
Ini tidak berbeda dengan mengendalikan alat ritual... Saat ini, Energi Yang liar itu perlahan membentuk wujud pedang tajam... Bersamaan dengan itu, sisa roh Naga Sejati yang telah kehilangan akal itu mulai menyadari keberadaan kami, aku dan Dao Tongzi.
Dao Tongzi menggunakan dua ritual sekaligus, salah satunya adalah praktik melawan takdir. Meski menggunakan pedang koin tembaga sebagai medium, ritual kedua juga sangat melelahkan... Wajah Dao Tongzi terlihat pucat... Saat Energi Yang hampir terbentuk sempurna dan tinggal proses penuangan, ia menyambar labu di pinggangnya, membuka sumbatnya, dan menenggak arak di dalamnya.
Arak ini mampu meredakan trauma spiritual dan sedikit memulihkan kekuatan jiwa. Dihadapkan pada pengawasan sisa roh Naga Sejati, Dao Tongzi tak punya pilihan selain mengerahkan semua kemampuan cadangannya.
Arak spiritual itu mengalir ke perut, sensasi pedas seketika meledak dari dalam tubuh... Sebagian besar kekuatan jiwanya yang terkuras mulai pulih perlahan.
Dao Tongzi melirik sisa roh Naga Sejati yang sedang ragu-ragu, tiba-tiba mempercepat gerakan tangannya... Keraguan sisa roh itu muncul karena merasakan Energi Yang yang menggila. Meski kehilangan kesadaran, insting dasarnya masih tahu energi sekuat ini bisa membahayakannya, sehingga ia bimbang untuk menghadapi ganasnya Energi Yang tersebut.
Saat kebimbangan inilah Dao Tongzi mempercepat gerakannya. Kali ini dia mengganti rangkaian segel tangan, mungkin untuk mempercepat konsolidasi energi Yang... Sementara aku terkagum dengan beragam cara Dao Tongzi, sisa roh Naga Sejati itu secara instingtif menyadari tak bisa lagi menunda. Tiba-tiba ia tak ragu lagi, mengaum dan menerjang ke arag kami sambil berteriak.
Aku langsung merasakan ketegangan. Pantas disebut sisa roh Naga Sejati. Meski kehilangan kesadaran, kepekaan spiritualnya jauh melampaui kami. Pasti ia meramalkan penundaan akan merugikannya, sehingga nekat turun tangan.
Koneksi khusus ini, meski halus, membuat orang takjub. Setidaknya dalam pertempuran, aku pasti tak punya kemampuan merasakan sehalus ini.
Tepat di saat bersamaan, Dao Tongzi menyelesaikan segel tangan percepatan konsolidasi energi Yang... Pedang Koin Tembaga bergetar halus. Semua energi Yang tiba-tiba terlepas. Pedang raksasa energi Yang yang telah dibentuknya sebelumnya akhirnya menampakkan ketajamannya.
Dao Tongzi membuka mata lebar-lebar. Tekanan dahsyat dari sisa roh Naga Sejati memberi beban berat bagi kami... Tapi dia tetap tenang bak air. Di bawah pedang raksasa energi Yang itu, tiba-tiba dia mencabut Pedang Koin Tembaga yang tertancap di batu, melakukan gerakan memotong sambil berteriak "Lekat!".
Dengan gerakan Dao Tongzi, pedang raksasa Energi Yang tanpa ragu menerjang ke arah sisa roh naga sejati. Energi Yang yang terkonsolidasi dari puluhan ribu orang ini... tiba-tiba terbebaskan pada momen terakhir, diiringi teriakan hiruk-pikuk jutaan orang, menghantam sisa roh naga sejati dengan kekuatan petir yang penuh tekad baja.
Seolah merasakan bahaya ini, sisa roh naga sejati itu mengaum histeris. Kilat yang awalnya samar-samar melingkari tubuhnya tiba-tiba terkumpul... membentuk awan petir menggila yang terburu-buru menubruk Pedang Energi Yang.
Pada saat itu, untuk pertama kalinya dalam hatiku muncul perasaan tergetar yang tak tertandingi terhadap Pertarungan Ilmu yang mencapai tingkat seperti ini... Inikah yang disebut Pertarungan Puncak?
Tapi aku belum sempat merenungkan apapun, Pedang Energi Yang dan Awan Petir yang Menggila itu sudah bertabrakan... Kemudian, seolah dunia berhenti sejenak di momen ini... Namun ada tekanan tak terucapkan yang membuat hembusan napas pun terasa sulit.
‘Gemuruh’, akhirnya meledak juga, suara tabrakan yang memekakkan telinga membuat seluruh gua berguncang... Ribuan petir berpencar saat itu, bagaikan naga dan ular paling gila menari-nari, menerangi setiap sudut gua... Untungnya, aku dan Dao Tongzi masih punya sedikit hoki, tidak terkena serangan petir yang menyebar, tapi energi yang terpancar sudah membuat kami terpana.
Dalam keadaan bingung kudengar suara: "Si nak ini sampai bisa melakukan ini? Tidak boleh, aku tidak bisa mengintip lagi... Nanti malah melukai raja ini."
Setelah berkata begitu, suara itu menghilang... Aku dan Dao Tongzi hanya bisa antara ingin tertawa dan menangis, ternyata makhluk yang selama ini ‘bertaruh’ dengan kami juga mengintip pertarungan ini di sini... Namun energi pertarungan ini sampai membuatnya kaget, dia malah kabur di saat genting ini.
Memang benar kalau dibilang dia seperti anak kecil.
Debu dan batu berhamburan jatuh, tabrakan seperti ini kalau tidak sama-sama hancur... pasti akan ada akhirnya. Dao Tongzi menatap tajam pusat tabrakan, yang berarti aku juga melihat pusat tabrakan itu... Petir yang dikumpulkan terburu-buru oleh roh sisa Naga Sejati ternyata tak bisa menandingi Energi Yang yang mengerikan itu.
Setelah bertabrakan, awan petir yang menggila itu terbelah oleh mantra 'Lekat!'... Pedang Raksasa Energi Yang tanpa ragu langsung menghujam ke arah roh sisa Naga Sejati.
Pada saat itu, aku tiba-tiba merasa tak tega melanjutkan pandangan... Dao Tongzi justru berkata dengan tenang: "Jika ini bukan takdirmu, buat apa memaksakan diri?"
Ini masalah takdir macam apa? Sebenarnya apa yang kusesalkan... Aku pun tak tahu, tapi aku tak bisa menjelaskannya pada Dao Tongzi.
'Aarrgghh!' Namun tak peduli perasaanku... Pedang raksasa Energi Yang akhirnya menghunjam tubuh sisa roh Naga Sejati. Untuk pertama kalinya, sisa roh itu mengeluarkan raungan yang memekakkan telinga... Suaranya bergema begitu luas, seakan seluruh gua bawah tanah bergetar.
"Ini belum akhir... Setelah Energi Yang terkuras habis, makhluk yang disegel itu pasti akan muncul." Hati Dao Tongzi tiba-tiba dipenuhi gejolak. Pada dasarnya dia adalah fanatik Tao yang rela memotong semua ikatan emosi demi mengejar Jalan Suci.
Pedang koin tembaga yang membuatnya tertegun ini, bagaimana mungkin dia tak tergila-gila pada efek terakhirnya?
Sayangnya, di saat kritis ini... Karma balasan ritual tiba-tiba menghantam. Dao Tongzi tiba-tiba memuntahkan darah segar... Tubuh yang memuntahkan darah itu adalah milikku, artinya akulah yang mengeluarkannya.
Jika hanya darah biasa, mungkin tak masalah... Tapi di detik berikutnya, perasaan kami sama-sama memberat... Karena darah yang dimuntahkan itu mengandung Jingxue kami.
"Jingxue adalah intisari dari darah. Jingxue orang normal hanya sekitar satu tegukan kecil, praktisi spiritual memiliki sedikit lebih banyak daripada orang biasa, tapi tidak jauh berbeda... Peredaran darah dan energi vital adalah kunci tubuh yang hidup, sedangkan jingxue adalah kunci untuk menyehatkan pikiran."
"Shen (pikiran) pada dasarnya bersifat samar dan lemah, bisa dipahami sebagai energi spiritual dan kehendak seseorang... Tapi ada juga pendapat bahwa konsentrasi seseorang merepresentasikan kehendaknya... Aku dan Dao Tongzi sama sekali tidak menyangka karma balasan ini akan separah ini, bahkan menyerang kehendak kami berdua."
"Hehe, mungkinkah ini takdir? Kita tak bisa hidup berdampingan, kehilangan salah satupun akan menyedihkan... Apakah akhirnya kita akan bersama-sama memudar? Baiklah... Aku memang tak ingin lagi eksis di alam semesta ini." Suara Dao Tongzi kali ini mengandung nuansa kesepian yang samar.
Aku juga menghela napas getir... Benarkah apa yang dia katakan adalah takdir sejati?
Pedang Energi Yang mulai memudar... Serangan menggegerkan ini meninggalkan efek yang mengguncang jiwa... Sisa roh Naga Sejati bertahan, karena awan petir gila sebelumnya telah menetralisir sebagian besar energi pedang itu.
Makhluk itu kembali mengamuk, mata dingin dan kosongnya menatapku dan Dao Tongzi... Ia tahu, kamilah dalang di balik semua ini.
Tapi semua itu tak penting lagi... Karena aku dan Dao Tongzi kembali memuntahkan darah yang mengandung jingxue. Raga fisik terluka, kehendak terkikis... Jika tak bisa dihentikan, waktu bertahan hidup kami berdua mungkin hanya seperempat jam saja.
Tapi, dua tetes kecil Jingxue itu telah membuat kami benar-benar layu. Perasaan campur aduk dalam hati kami, mana sempat memperhatikan bahwa darah segar yang mengalir di depan pintu sebelumnya, bercampur dengan darah yang dimuntahkan kali ini, telah menyelimuti seluruh ujung jubah di dada.
Dan di dekat pinggang, darah segar itu mulai memudar dengan cara yang aneh?
