Orang yang lebih telat darinya? Sejak Dao Tongzi dan aku memasuki gua ini dan mengaktifkan pedang koin tembaga ini, keterkejutan datang silih berganti... Pada titik ini, seharusnya kami sudah mati rasa... Namun tetap saja merasa ini tak wajar, penuh keajaiban.
Jangan-jangan di dalam manik-manik ini masih ada manusia yang hidup? Tidak, pastinya berbentuk roh.
Sosok berwujud roh dengan teknik tingkat tinggi ini tentu tak akan memberi jawaban pada kami. Ia hanya memandang penuh makna ke arah manik-manik yang digenggam Dao Tongzi, lalu melepaskan penghalang terhadap sisa roh naga sejati itu. Dengan keluwesan gerak dan kibasan lengan baju yang dramatis, ia seketika kembali ke dalam pedang koin tembaga.
Sisa roh naga sejati itu kehilangan lawan, untuk sesaat terlihat bingung. Saat ia sadar kembali... Di hadapannya sudah tak ada musuh tadi. Yang ada hanyalah raga fisik Chen Cheng Yi, yaitu diri Dao Tongzi.
Di dalam gua ini, ia merasa telah berulang kali diprovokasi dan dipermainkan. Api kemarahan yang terpendam telah mencapai titik didih... Kini kehilangan target utama, murkanya tentu akan kembali 'dituangkan' ke arah Dao Tongzi dan diriku.
Dan karena kondisinya yang linglung, kemunculan roh berkekuatan spiritual tak terbatas tadi juga tidak memicu ketakutannya. Yang tersisa hanyalah reaksi instingtifnya, yaitu kemarahan yang perlu dilampiaskan.
Aku sudah tak bisa bicara. Apakah semua orang sakti seperti ini? Tak mau menjelaskan, tak banyak bicara, pergi begitu saja dengan keluwesan... Dia memang santai, tapi meninggalkan sisa roh naga sejati yang semakin terprovokasi dan marah. Bagaimana aku dan Dao Tongzi harus menghadapinya?
"Apakah gaya kerja orang-orang ahli di sini selalu seperti ini?" Tidak hanya aku, bahkan Dao Tongzi yang biasanya tenang pun mulai kehilangan ketenangannya.
"Entahlah. Mungkin ini cara mereka terlihat misterius?" Aku mencoba memberikan penjelasan.
"Hehe." Dao Tongzi tersenyum pasrah.
"Hehe." Hampir bersamaan, aku juga mengeluarkan senyuman pasrah.
Inilah kemiripan kedua yang kudapati antara aku dan Dao Tongzi. Ternyata Dao Tongzi juga punya sikap nekat. Dalam kondisi kritis hidup-mati menghadapi sisa roh naga sejati yang marah tanpa daya melawan, masih bisa menanyakan hal tak penting sambil tertawa - benar-benar nekat tingkat tinggi.
"Kuketahui bahwa sebagai reinkarnasiku, kau tak sepenuhnya menjengkelkan... Sayangnya, kita semua akan tamat bersama." Saat itu, sisa roh naga sejati telah menemukan target dan kembali menerjang ke arah kami berdua.
Meski aku dan Dao Tongzi berkomunikasi melalui pikiran yang kecepatannya tak bisa dibandingkan dengan percakapan biasa, Dao Tongzi hanya sempat menyampaikan satu pikiran... Seketika, sisa roh naga sejati sudah di depan mata... Setelah memuntahkan beberapa kali Jingxue, baik secara fisik maupun mental aku dan Dao Tongzi yang sudah mencapai batas kelelahan kini menghadapi kepala naga yang secara relatif merupakan horor raksasa bagi tubuh kami.
Tiba-tiba tersenyum... Senyuman ini bukan hasil kendali Dao Tongzi atas tubuhku, tapi ekspresi kehendak bersama kami... Aku tak bisa menjelaskan pikiran saat ini, hanya merasa setelah perjalanan panjang sampai tahap ini, apapun hasilnya aku sudah berusaha maksimal... Jika di akhir hidup seseorang bisa disebut "telah berusaha maksimal" dengan senyuman seperti ini, aku rasa itu pantas.
Setelah tersenyum, Dao Tongzi kembali menutup mata. Kami tak bisa membayangkan titik balik apa lagi yang mungkin terjadi sekarang. Meski aku dan Dao Tongzi bersikap santun, tak mungkin kami tetap tenang menyaksikan roh kami akan ditelan.
Dengan mata tertutup, kesadaran kami bersama terjerat dalam kegelapan... Aku menanti saat itu tiba, tapi yang datang hanyalah keheningan... Jangan-jangan naga gila ini, karena kemarahannya sudah memuncak, malah tak mau langsung membunuh kami?
Inikah permainan kucing dan tikusnya? Menyiksa kami sampai mental hancur baru membunuh? Tak mungkin! Seekor naga sejati, meski sisa roh... Tak mungkin memilih cara seperti ini! Ini akan merusak keagungan naga sejati!
Pikiran seperti ini tidak hanya aku, Dao Tongzi juga berpikir demikian... Kami dengan tegas memejamkan mata, menunjukkan sikap tidak mau tertipu.
Tapi selama masih manusia, pasti ada rasa ingin tahu dan kesabaran yang terbatas... Setelah menunggu setidaknya 5 menit tanpa ada gangguan apapun, baik aku maupun Dao Tongzi sudah mencapai batas kesabaran... Bagaimanapun ini menyangkut hidup-mati! Jika algojo mengasah pisau di depanmu selama 5 menit, kau juga pasti ingin mengumpat dan melihat apa yang sebenarnya terjadi?
Hampir bersamaan, kehendak kami memaksa tubuh untuk membuka mata... Dan pemandangan yang terlihat sama sekali di luar dugaan: manik-manik hitam yang digenggam Dao Tongzi - sebelumnya panas membara, kini telah dingin - sedang memancarkan titik-titik cahaya biru muda murni yang berkilauan.
Ini... Ini adalah cahaya roh!!
Pernah kukatakan bahwa roh paling murni berwarna biru muda. Hanya roh dengan kekuatan jiwa luar biasa yang bisa memancarkan cahaya seperti ini sebelum muncul... Inikah orang yang disebut ahli itu, yang datang lebih terlambat darinya? Siapakah gerangan?
Dalam hati aku mulai punya dugaan... Tapi tak berani memastikan, karena di dunia ini hanya aku yang tahu semua lokasi sisa roh Guru leluhur. Guruku pernah bilang dia juga mendapat sisa roh itu, tapi penjelasannya kurang jelas... Bukankah sisa roh itu seharusnya melindungi Guru? Bagaimana bisa...?
Dan di bawah cahaya biru yang menyilaukan ini, terpantul mata bingung dari sisa roh naga sejati itu. Matanya terlihat sangat besar dibandingkan manik-manik... Namun saat ini, di bawah terang cahaya roh, kemarahan perlahan memudar... Sebaliknya kebingungan semakin mengental.
Aku yakin roh orang ahli yang muncul sebelumnya juga memancarkan cahaya seperti ini, hanya saja... Kehadirannya hanya sekejap dan langsung terbentuk sempurna... Sedangkan sisa roh dalam manik-manik ini muncul dengan perjuangan, makanya seperti ini.
Sebenarnya apa yang terjadi? Saat ini aku berpikir keras mencari jawaban.
Dao Tongzi yang mengenal sebagian memoriku, dengan reflek mengangkat manik-manik yang memancarkan cahaya biru indah ini di tangannya. Di saat seperti ini dia tak tahan bertanya: "Guru leluhurmu Lao Li... sebenarnya orang seperti apa?"
Bagaimana aku harus menjawab pertanyaan ini? Dalam pemandangan 'aneh dan mengerikan' ini, aku berusaha menyusun kata-kata untuk menggambarkan guru leluhurku... Tapi sebelum sempat bicara, karma balasan terkutuk itu belum berakhir. Hampir bersamaan, aku dan Dao Tongzi kembali memuntahkan darah yang mengandung Jingxue.
Karena Dao Tongzi sedang mengangkat manik-manik ini sambil menyipitkan mata melihat... Darah itu seluruhnya menyembur ke manik-manik, lalu diserap secara aneh oleh manik-manik tersebut.
Selanjutnya, manik-manik tiba-tiba memancarkan cahaya biru yang sangat terang... Seberapa menyilaukan? Cahaya biru yang selembut ini pun membuatku dan Dao Tongzi harus sedikit mengalihkan pandangan, menghindari kilauannya yang menyilaukan.
Namun di saat kehilangan fokus sekejap itu, tiba-tiba suara tawa lebar bergema di seluruh ruangan. Saat kami sadar kembali... kami melihat sosok berpakaian jubah pendek abu-abu dengan rambut diikat longgar ala Tao berdiri di hadapan kami.
Dia membelakangi kami. Tubuhnya tinggi tapi kurus... Sekilas biasa, namun memancarkan energi tak terdefinisikan. Seolah langit dan bumi takkan runtuh selama dia berdiri tegak di sana... Karena dia sanggup menopangnya. Seluruh tubuhnya dipenuhi aura energi misterius yang begitu dahsyat.
Melihat aura ini, Dao Tongzi tergetar. Ia bergumam pelan: "Aura seperti ini... kecuali dia sendiri yang menyerah, tidak perlu tinggal di dunia fana."
Benar, mungkin Dao Tongzi mengakui: Pemilik punggung ini mungkin tak sekuat si ahli tadi, tapi aura uniknya yang selaras dengan Langit tak ada duanya.
Tapi di hatiku, gejolak emosi tak terbendung. Meski tubuh ini dikendalikan Dao Tongzi, tanpa alasan dua garis air mata mengalir... Benar, inilah Lao Li guru leluhur... Akhirnya dia muncul.
Dan alasan mengapa aku begitu tersentuh dan heboh saat ini... sepenuhnya karena penampilannya kali ini terasa sangat akrab bagiku... karena gaya berpakaiannya seperti ini hampir menyertai seluruh masa kecilku, dalam lukisan yang Guruku buat untuknya, dia memang berpakaian seperti ini.
Sekilas tampak biasa, seperti petani tua yang berjemur di bawah matahari... tapi jika diamati lebih detail, sungguh luar biasa.
Dia tidak menoleh, hanya berkata pada sisa roh naga sejati itu: "Lama tidak bertemu, tapi tak kusangka setelah sekian lama, kau berubah menjadi seperti ini."
Apa maksudnya?
