Mungkinkan sisa roh naga ini memiliki hubungan dengan Guru leluhurku?
Sudah kukatakan aku bukan orang yang kaya imajinasi, hanya bisa mencari jejak-jejak petunjuk dari masa lalu yang berantakan di otakku... dan yang paling membuatku berasosiasi adalah Makam Naga di Hutan Tua.
Tapi... bukankah naga dari Kunlun yang ingin pulang ke kampung halaman itu sudah hancur lebur, hanya menyisakan tulang-tulang kering yang menyedihkan? Dan di sana masih ada wanita yang paling kusayangi...
Pikiranku kacau... yang berbeda, kali ini saat mengingat Ruxue tidak ada lagi rasa sakit menusuk dari roh... melainkan debar di dada dan detak jantung yang tak jelas sebabnya... Aku tak bisa menjelaskan bagaimana dua perasaan bertanggung jawab dan bertentangan ini saling terjalin.
Tapi perasaanku yang tanpa alasan jelas, tak bisa menandingi suara sedih dan kesepian dari Guru Leluhur... Dalam kalimat "Setelah masa-masa panjang berlalu, mengapa kau berubah seperti ini?" terkandung keinginan, kepasrahan, rasa sakit di hati, dan kerinduan yang seolah telah mengalir melalui banyak zaman.
Ada juga kenangan mengharukan dan kesedihan saat bertemu kembali dengan Sahabat Lama yang telah menua...
Ucapannya seolah memiliki sihir, tak hanya membuatku merasakan sakit hati yang menembus banyak zaman, bahkan perasaan Dao Tongzi pun bergejolak... Entah mengapa, aku bisa merasakan pikirannya. Aku seolah melihat serangkaian gambar, wajah-wajah asing berbaju hijau atau putih melayang di hadapanku... Bagaimana rupa mereka jika kuingat lagi?
Apakah ini orang-orang dalam ingatan Dao Tongzi?
Tapi hubungan antara Dao Tongzi dan aku pada dasarnya 'tidak setara'. Dia bisa melihat memoriku, tapi aku tak bisa melihat miliknya. Jadi meski melihat sekilas dan tahu perasaannya, tetap saja aku bingung siapa sebenarnya orang-orang itu.
Justru sisa roh Naga Sejati yang sudah linglung itu, setelah mendengar perkataan Guru Leluhur, tiba-tiba seperti mengerti dan mulai merintih sedih ke langit... Penuh dengan luka hati dan kesedihan tak terhingga... Seolah ingin bercerita pada Sahabat Lama, tapi akhirnya tak bisa bicara, hanya bisa berubah menjadi rintihan tak berujung...
Sedangkan rengekan sedih naga sejati seolah menggerakkan ikatan darahku, menarik rohku, air mataku pun tumpah mengikuti ratapan naga itu... Aku bisa merasakan kesedihannya, masa-masa panjang kehilangan kesadaran, terkurung dalam gua bawah tanah aliran Gunung Salju... Bahkan dalam keadaan linglung tanpa memori... Ini adalah naga yang seharusnya mengudara di langit kesembilan!
Sementara Guru leluhur tak kunjung menoleh, juga tak melakukan gerakan apapun... Hanya berdiri dengan tangan terlipat di punggung menunggu sampai rengekan sedih naga itu reda, baru kemudian melayang mendekat... Telapak tangannya menepuk pelan kepala besar naga itu, suaranya penuh kenangan: "Kita bertempur bersama bertahun-tahun, dulu aku sudah meramalkan bencana ini. Lao Li ini memang sudah pasrah, tapi tak tega melihatmu terpuruk begini?"
Saat kata-kata itu terucap, tatapan naga itu semakin bingung. Meski sama-sama menepuk kepala... Ahli dari Gunung Salju menggunakan metode itu untuk menekan mutlak, sementara Guru leluhur hanya membujuk... Naga itu tampak tak paham ucapan guru leluhurku, namun dalam kebingungannya tetap memperlihatkan ikatan instingtif pada sang guru.
Usai berkata demikian, Guru leluhur melambaikan tangan... Manik-manik di genggaman Dao Tongzi tiba-tiba melayang ke arahnya... Kekuatan jiwanya sudah mencapai tingkat luar biasa, sampai bisa mempengaruhi benda fisik dan mengambil dari kejauhan... Mirip kemampuan indera keenam pada manusia.
Praktisi spiritual harus melewati perjalanan berat tak terkira untuk mencapai level seperti ini.
Tindakannya mengangkat manik-manik itu dengan tangan kosong tidak membuatku dan Dao Tongzi terkejut... Bagaimanapun, Hantu juga bisa melakukan hal serupa, hanya saja lebih melelahkan. Tidak seperti roh Guru Leluhurku yang begitu luwes, seolah tubuh yang hidup masih ada.
Sepanjang proses ini, Guru Leluhur sama sekali tidak berbicara padaku. Beliau hanya melirikku... Namun dalam sorot matanya terkandung ribuan emosi yang tak terucap, memberikanku ketenangan hati tanpa alasan jelas.
Yang bisa kulakukan sekarang hanyalah menunggu... Bagaimanapun, kemunculan Guru Leluhur membuktikan bahwa sisa roh Naga di gerbang kesembilan adalah sekutu, bukan musuh. Pilihanku yang kuperjuangkan selama ini ternyata benar.
Hanya Dao Tongzi yang terus-menerus melakukan kalkulasi dalam hati. Akhirnya dia tak kuasa berseru: "Sungguh luar biasa! Terlalu canggih! Jebakan yang tersusun sempurna bagai rantai!"
Aku tak mengerti mengapa Dao Tongzi berkata demikian. Dengan perasaan takjub, sepertinya Dao Tongzi juga sedang emosional dan tak kuasa menahan diri: "Jika seluruh rencana ini sengaja dilakukan dalam keadaan sudah tahu segalanya, pasti sudah dihancurkan oleh aturan Langit... Bagaimanapun, baik sisa roh Naga sejati, ahli pedang, maupun roh Guru Leluhurmu... seharusnya tidak boleh ada di bawah hukum Langit ini... Setidaknya tidak mungkin ada di dunia ini. Setiap gerak-gerik dan aturan bertindak mereka semuanya dibelenggu. Seperti kaisar yang masih harus tunduk pada batasan, tidak bisa bertindak semaunya, atau kerajaan akan punah. Tapi jika..."
Saat sampai di sini, Dao Tongzi kembali tertegun.
Aku segera mengejar: "Jika apa?"
Dao Tongzi terdiam cukup lama sebelum akhirnya berkata: "Tapi Langit selalu menyisakan secercah harapan hidup di tengah bencana besar, yang dimaksud 'Langit membantu yang membantu diri sendiri' adalah seperti itu... Jika secercah harapan ini terkait dengan tribulasi yang akan terjadi, maka di bawah hukum Langit mereka diperbolehkan turun tangan... Aturannya memang tidak disengaja. Secara sederhana, jodoh dan takdir yang berlapis-lapis membuatmu Chen Cheng Yi sampai di sini, membangunkan mereka. Kau mengerti? Artinya, Guru leluhurmu telah memasang elemen tersembunyi sepanjang jalan tanpa melanggar aturan... Jika kau menemukannya berarti berhasil, jika terlewatkan ya sudah, siapa yang bisa berbuat apa? Tahukah kau? Melepaskan lapisan demi lapisan karma dan jodoh adalah hal yang paling sulit... Bahkan Yang Mulia pun tak berani sembarangan mengatakan bisa memahami karma yang melilit tubuh orang biasa, kehidupan sebelumnya dan kelahiran berikutnya... Tapi Guru leluhurmu dengan langkah demi langkah yang tepat, membuatmu secara alami sampai di sini, secara alamiah... Pokoknya, semua ini dia tidak ikut campur, tapi dia benar-benar telah menyiapkan segalanya."
Begitu Dao Tongzi selesai bicara, aku langsung tertegun... Tindakan Guru leluhur ini memang pantas membuat Dao Tongzi terkejut sampai seperti ini.
Karena hal ini bisa dikatakan Guru leluhur telah merangkai begitu banyak kebetulan... Kami datang ke aliran Gunung Salju, memecahkan Genderang Permohonan, masuk ke gua bawah tanah, Dao Tongzi terbangun, sepanjang perjalanan memilih pintu gerbang kesembilan, terkena karma balasan Sihir, memuntahkan Jingxue... Benar-benar rangkaian kebetulan dan kejadian tak terduga yang menyatukan semua ini.
Bukti terbaiknya adalah, bahkan Guruku pun tidak tahu bahwa aku Chen Cheng Yi bisa memecahkan Genderang Permohonan itu...
Aku benar-benar tak bisa membayangkan, Guru Leluhur ternyata sudah merencanakan semuanya dari awal sampai sekarang... Aku yang berkelana dari dalam negeri ke luar negeri, lalu kembali ke dalam negeri, menemukan kehadirannya di mana-mana yang mempersiapkan semuanya untuk hari ini.
Sambil berpikir demikian, Dao Tongzi mengusap darah di sudut bibirnya, memandang punggung Guru Leluhurku dengan tatapan yang sangat kompleks... Komunikasi batin kami hanya berlangsung sekejap, sementara di saat yang sama, Guru Leluhur masih berbicara pada sisa roh Naga Sejati: "Dulu, Kuberikan celah kesempatan untukmu. Meski memakan banyak pengorbanan, semua itu sepadan untukmu... Di manik-manik ini tersegel sebagian kehendakmu. Kukeluarkan sekarang. Rohmu setelah bertahun-tahun melemah sampai seperti ini... Jadi, Ku tak tahu apakah kau masih bisa menanggung secuil kehendak masa lalumu... Jika bisa, kesadaranmu akan pulih dan segalanya membaik. Jika tidak... akhirnya adalah kehancuran total. Maukah kau menerima secuil kehendak ini?"
Guru Leluhur sedang meminta persetujuan sisa roh Naga Sejati yang sudah kehilangan kesadaran itu... Resiko mengerikannya jelas dipahami semua praktisi spiritual.
Kehendak adalah entitas yang luar biasa, merupakan inti terdalam dari roh. Kondisi linglung Naga Sejati ini menunjukkan kehancuran kehendaknya... Namun keajaiban kehendak terletak pada ketidaktersekatkannya oleh ukuran dunia fana. Secuil atau segenggam kehendak pada esensinya tak berbeda... Banyak yang tak memahami konsep abstrak ini.
Guruku pernah menjelaskan padaku dengan cara yang paling mudah dipahami, yaitu 'mengelupas lukisan', seperti lukisan kuno di atas kertas Xuan yang bisa dirobek oleh ahli menjadi beberapa lapisan... Sebenarnya setiap lapisan adalah karya asli, lukisan yang sama... Begitulah prinsip universal-nya.
Sedikit kehendak adalah seluruh kehendak dari sisa roh Naga sejati. Ia dan roh saling melengkapi, setelah dipelihara oleh roh, akan kembali menjadi kehendak utuh.
Tapi di saat yang sama, kehendak yang dipelihara roh juga membutuhkan kekuatan jiwa... Jika jiwa tidak cukup kuat, tidak akan mampu menanggung kehendak... Seperti perbedaan kapasitas otak manusia, kau tak bisa memaksa orang biasa menanggung kemampuan kalkulasi jenius, akibatnya orang biasa akan hancur...
Memikirkan ini, sungguh sangat berbahaya... Aku meragukan apakah sisa roh Naga yang bahkan bingung ini bisa memahami perkataan Guru leluhur dan membuat pilihan?
Tapi sesuatu yang membuatku tertegun terjadi... Menghadapi perkataan Guru leluhur, sisa roh Naga yang bingung itu dengan susah payah mengangguk ringan... Menunjukkan persetujuan!
Guru leluhur seolah telah mengantisipasi ini... Tiba-tiba berseru rendah... Lalu menggunakan kekuatan jiwa untuk menghancurkan manik-manik hitam pekat itu... Kemudian, aku dan Dao Tongzi mendengar raungan Naga yang jernih... Begitu raungan itu menghilang, sisa roh Naga itu tiba-tiba mulai mengaum kesakitan dan berguling-guling tak karuan.
Sisa roh naga sejati, betapa dahsyat kekuatannya? Seketika mengaduk seluruh gua bagai gempa bumi, bahkan Dao Tongzi yang jelas-jelas duduk bersila di tanah tak mampu menstabilkan tubuhnya, berguling dua kali, baru bisa tergeletak di lantai...
Tapi Guru leluhur tetap berdiri di udara, tegak tak bergeming, tatapan tegang mengamati sisa roh naga sejati itu... Setelah beberapa lama, tiba-tiba sisa roh naga itu mengeluarkan raungan paling menyakitkan, lalu seluruh rohnya terjatuh pingsan... Seketika terjatuh ke tanah.
