Kehendakku dan Chen Cheng Yi berada dalam satu tubuh. Meski semua sensasi kami rasakan bersama, tetap ada hierarki utama-sekunder... Jadi meski berbagi perasaan, tak setiap detail bisa kurasakan mendalam.
Seperti dalam tiga hari itu, kondisiku nyaris tertidur lelap sehingga hanya mendapat kesan samar-samar.
Pada saat ini, entah mengapa aku dengan reflek ingin menyembunyikan fakta bahwa aku bukan Chen Cheng Yi, seolah ada pikiran kuat yang mengingatkanku, jangan sampai orang-orang yang hadir mengetahuinya, jangan sampai membuat mereka sedih.
Kesadaran hanya terjadi sekejap, sebentar lagi aku mulai berpikir, apa yang akan dilakukan Chen Cheng Yi jika bertemu Huigen?
Tapi, belum sempat aku memikirkannya, Huigen sudah berlari menghampiriku, langsung memeluk bahuku, sepertinya awalnya ingin memberikan pelukan beruang, sayangnya dia juga bertubuh besar... sehingga tidak melakukan gerakan seperti itu.
Aku bingung harus bagaimana, harus berkata apa... hanya bisa memaksakan senyuman dengan reflek, apakah Chen Cheng Yi biasa tersenyum? Namun di sebelah sana, Sun Qiang juga sudah berjalan mendekat sambil memanggil "Kak"...
Hubungan persaudaraan mesra seperti ini belum pernah kualami dalam hidupku, secara spontan, aku yang tak bisa langsung mencerna ini hanya bisa terpaku dengan ekspresi bagai patung.
"Kak, ada apa? Saat kultivasi tidak mau menemui orang, kenapa bertemu kami juga terlihat berat pikiran?" Belum sempat aku menyatakan sikap, Huigen sudah menunjukkan raut wajah penuh kebingungan... Saat itu, kurasakan semua orang menatapku, kebanyakan dari mereka menunjukkan keraguan di mata?
Sementara Xiao Chengqian sudah berdiri sambil menyilangkan tangan di dada, menatapku dan bertanya: "Cheng Yi, apa kau jadi bodoh karena terlalu giat berlatih?"
Aku tiba-tiba menyadari betapa tak bisa beradaptasi dengan hubungan interpersonal seperti ini... Baru sekarang aku ingat, setiap kali Chen Cheng Yi bertemu Huigen, dia selalu mengelus kepala botaknya... Tanganku terangkat ingin melakukan hal serupa, tapi terasa sangat kaku. Aku sadar sama sekali tak mampu melakukan gerakan mesra seperti itu.
"Gerakan seperti itu pasti membutuhkan perasaan mendalam dan alami sebagai pondasi. Selain takdir, perasaan juga terbentuk dari pengalaman yang dilalui bersama." Pikiran ini muncul tiba-tiba dari dasar hatiku, seolah Chen Cheng Yi sedang memberiku jawaban.
Aku berdiri di tengah lapangan sambil melamun. Untuk pertama kalinya kusadari, yang lebih sulit dihadapi bukanlah musuh, melainkan orang-orang yang jelas-jelas memendam perasaan tulus padaku!
Seluruh tubuhku mulai memanas. Kurasakan dalam beberapa menit, topengku akan terbongkar—aku bukan Chen Cheng Yi... Bagaimana nanti harus menjelaskan ini?
"Cheng Yi, kabarnya kau berkultivasi sampai hampir gila. Ingat nasihatku—jangan berlebihan dalam segala hal... Meskipun ada tekanan pertempuran besar di depan, jangan sampai tenggelam sepenuhnya. Mengerti?" Suara itu tiba-tiba menyela. Kulihat ke atas—bukankah itu Jiang Lichun, guru spiritual Chen Cheng Yi?
Aku meliriknya penuh rasa terima kasih... Bagaimanapun, dialah yang tahu kebenaran. Bukankah ini saatnya dia memberiku jalan keluar?
“Semuanya duduklah, ini kan rapat penting aliran Gunung Salju kita. Pemimpin tertinggi silahkan...” Pada saat itu, Sang Mantan Pemimpin yang mungkin paham situasi dari ucapan guruku, mulai mengerti bahwa aku tak sanggup menanganinya. Setelah sempat bereaksi, beliau mulai membantuku dengan kata-kata untuk mencari solusi.
Inti dari pembicaraan itu adalah bahwa ini adalah forum resmi aliran Gunung Salju, dan sebagai pemimpin tertinggi saat ini, sebaiknya aku tidak terlalu menampakkan perasaan pribadi di aula. Urusan pribadi bisa dibicarakan nanti secara tertutup.
Harus diakui, peringatan tepat waktu dari Mantan Pemimpin ini bersama ucapan guruku sangat membantuku... Semua yang hadir paham, pada momen itu Ruyue bangkit dan menarik pergi Huigen, sementara Sun Qiang menggaruk-garuk kepala lalu mundur ke tempatnya.
Badai yang hampir membongkar rahasia itu akhirnya berhasil diatasi... Namun jelas kulihat di mata Kak Cheng Xin, Lushan, dan... perempuan bernama Ruxue itu, keraguan yang semakin mengental.
Aku melangkah pelan ke ujung lain meja bundar... Di sana terdapat posisi utama dengan dua kursi kayu kosong, salah satunya jelas lebih besar dari yang lain... Secara naluriah aku ingin duduk di kursi sebelah kursi besar itu, karena kupikir itu tempat Mantan Pemimpin.
Tapi tak kusangka Mantan Pemimpin menarik lenganku dan berkata: "Cheng Yi, aliran Gunung Salju kini mengangkatmu sebagai pemimpin tertinggi. Kau punya hak mutlak dalam rapat ini, keputusan terpenting harus kau ambil, dan kursi ini pun milikmu... Tak perlu mempertimbangkan alasan tingkatan generasi."
Aku sedikit tersentuh. Dari perkataan sesepuh lama, kurasakan tekad aliran Gunung Salju beserta kepercayaan tanpa alasan jelas dan andalan mereka padaku... Seolah ingin memastikan semua sekte dan pengaruh yang hadir di tempat ini memahami posisiku.
Bagaimana mungkin aku mempermalukan sesepuh lama? Saat ini pun tak bisa menolak lagi, terjatuh di posisi utama yang paling penting... Sementara sesepuh lama duduk di sampingku.
Setelah duduk, pandanganku tak terkendali tertuju pada sosok Ruxue... kekasihku di kehidupan ini, perempuan jernih dan dingin ini... sama sekali berbeda dengannya, namun cap darah terakhir di kehidupan lampau membuatku begitu sensitif terhadap aroma rohnya... begitu banyak kenangan masa lalu... aroma rohnya... Aku merasa sedikit linglung, merasakan perempuan yang duduk tenang di sudut itu seolah-olah Wei Chaoyu sedang duduk di sana.
"Apakah semua sudah hadir?" Saat itu, seorang sesepuh aliran Gunung Salju memegang buku panduan mulai bertanya.
Sesepuh lama mengangguk padanya.
Sesepuh itu menatapku dan berkata: "Wahai Pemimpin Tertinggi, apakah rapat bisa dimulai?"
Aku menatap Ruxue, masih terpana... Di mataku, citranya terus berubah-ubah, sebentar seperti salju, sebentar seperti Chaoyu... Akhirnya, citra itu membeku menjadi Wei Chaoyu... Bak masa-masa setiap kali kami janjian, sosoknya yang tersenyum santai.
"Pemimpin tertinggi?" Aku terlalu lama tak menjawab, membuat sesepuh lama merasa heran, tak kuasa memanggilku.
Aku baru tersadar, menyadari semua orang sedang menungguiku... Pasti tatapanku yang menatap Ruxue tadi juga dilihat semua. Huigen dan beberapa pemuda lain tak bisa menahan tawa, sementara yang lain pura-pura tak melihat. Bagaimanapun, kisah masa lalu antara aku dan Ruxue bukanlah rahasia di komunitas kami... Sedangkan Ruxue, matanya tiba-tiba dipenuhi kebingungan tanpa alasan jelas.
Mengapa Ia bingung? Apakah Ia mendeteksi sesuatu? Aku berpikir dalam hati, tapi tak berani menunjukkan apapun. Hanya mengangguk pada sesepuh itu dan berkata tenang: "Mulailah."
Pemimpin tertinggi senior memandangku dengan sorot mata penuh apresiasi. Dalam situasi seperti ini, aku tak menunjukkan rasa malu atau kekanak-kanakan, malah tetap tenang dan dewasa... Benar-benar menunjukkan sorot mata seorang pemimpin tertinggi.
Sesepuh itu mengangguk padaku sebagai persetujuan, lalu berdiri dan memberi Salam Taoisme kepada semua yang hadir: "Para hadirin semuanya adalah pemimpin dari berbagai pengaruh. Sejak aliran Gunung Salju mengeluarkan Perintah Gunung Salju... Keputusan kalian telah mengikat pengaruh di belakang kalian dengan aliran kami erat-erat. Jadi situasi sekarang tak perlu kujelaskan lagi - panah sudah meluncur dari busurnya. Meski di bawah prinsip besi, tabrakan kali ini telah resmi membuka lingkaran praktisi spiritual kami pada energi positif-negatif... Artinya, pertarungan ini mungkin baru permulaan. Dari tahun ini, akhir musim panas ini... mungkin menjadi pembuka konfrontasi puluhan bahkan ratusan tahun ke depan."
Setelah mengucapkan kalimat ini, sesepuh itu menenangkan diri sejenak lalu melanjutkan: "Tapi prinsip aliran Gunung Salju kami tetap teguh. Kami yakin semua yang memilih untuk mengikuti aliran kami memiliki keyakinan yang kokoh. Jalan kebenaran di Dunia Manusia pada akhirnya harus dijaga... Sejarah komunitas praktisi spiritual, dengan pengaruh yang kalian miliki, pasti sudah kalian ketahui."
Sejarah komunitas praktisi spiritual? Aku mengerutkan kening perlahan. Aku benar-benar buta tentang hal ini, karena Chen Cheng Yi juga tidak mengetahuinya... Tampaknya ada rahasia di balik semua ini. Tapi aku tidak menanyakan lebih lanjut, bagaimanapun sejarah adalah hal yang sudah berlalu, bukan fokus pertemuan ini.
Benar saja, sesepuh tidak terlalu membahas sejarah tersebut. Beliau mengangkat sebuah buku panduan kecil di tangannya dan berkata kepada semua yang hadir: "Dalam sejarah, setiap tabrakan energi positif-negatif selalu disertai pengorbanan banyak nyawa dalam waktu lama. Selama esensi kemanusiaan tidak berubah, kejahatan akan selalu ada... Hanya saja kadang trennya besar atau kecil. Buku ini berisi dokumen rahasia tingkat tinggi tentang pertarungan kali ini... Berani kukatakan ini adalah peristiwa yang sangat serius. Jelas tak terelakkan lagi bahwa Jalan Sesat sedang dalam tren dominan. Sebelum mengumumkan isi catatan dalam buku ini, aku ingin meminta semua yang hadir di sini untuk mendoakan para korban... Baik praktisi Taoisme, agama Buddha, maupun aliran lain... memiliki ritual doa khusus masing-masing. Tanpa pengorbanan mereka, kita takkan bisa mendapatkan dokumen rahasia tingkat tinggi ini."
Setelah mengucapkan ini, sesepuh tersebut pertama-tama membentuk segel tangan untuk memohon berkah, mulai melantunkan mantra dengan suara rendah... Yang lainnya pun melakukan hal serupa, mengingat sebagian besar yang menjadi korban adalah murid dari pengaruh di belakang mereka.
Hatiku dipenuhi perasaan serius dan pedih... Sekaligus mulai mendoakan para korban... Agar kekuatan pikiran mereka melekat, memudahkan perjalanan reinkarnasi di kelahiran berikutnya.
Setelah ritual khidmat selesai, aula pertemuan kembali hening.
Sesepuh itu tak bertele-tele. Ia membuka buku panduan di tangannya lalu memandang semua orang: "Buku ini mencatat alasan mengapa Jalan Sesat kali ini begitu mencolok, bahkan nekat bertindak sekeras ini, hingga terkesan gila. Kalian semua tahu ini karena satu orang - Yang Sheng."
