Menjadi dewa dengan bulu burung, menjadi Buddha seketika... Inilah tujuan tertinggi para praktisi spiritual. Namun kini, berapa pun tingkat pencapaian mereka - bahkan setinggi Kak Zhenni atau sesepuh aliran sebelumnya - tak ada yang berani mengklaim yakin bisa mencapainya.
Sedikit pun keyakinan tak bisa dijanjikan... Langit tidak pasti, sampai seberapa tinggi harus meraihnya? Tak ada yang tahu. Karena tak tahu, maka tak ada kepastian.
Tapi seorang yang bukan praktisi spiritual, mantan akademisi biasa - sekalipun jenius - berani berkata akan membuka Kunlun?
Perlu diketahui, konsep tentang tempat tujuan setelah mencapai pencerahan sama kaburnya dengan tempat roh orang mati - tak ada yang jelas. Lagipula yang pergi tak pernah kembali untuk membuktikan.
Sekalipun ada fenomena langka seperti ingatan buram tentang reinkarnasi, atau turunnya makhluk dari surga sesekali - tetap tak memberikan gambaran konkret...
Maka Kunlun, entitas mistis dalam legenda kuno ini, bagi praktisi spiritual tak diragukan lagi adalah 'surga' yang sesungguhnya...
Perkataan Sesepuh Qing, bagaimana mungkin tidak membuat orang tertegun? Bahkan setelah tertegun, masih ada sisa kegilaan... Aku melihat beberapa elit penguasa yang sejak awal sudah goyah prinsipnya, bahkan semakin terombang-ambing.
Mungkin meragukan apakah pilihan mereka salah... Jika Yang Sheng benar-benar bisa mewujudkannya, itu pasti hal yang bisa membuat karir melesat ke puncak. Praktisi spiritual mungkin sudah kehilangan nafsu akan hal duniawi, tapi untuk urusan bertapa, pencapaian Pencerahan Sejati, berapa banyak yang punya kedewasaan mental untuk benar-benar melihat jernih... Hanya menjadikannya tujuan, tanpa terjerat obsesi?
Jadi, aku hanya menatap dingin tanpa bereaksi... Hal seperti ini bisa dimaklumi, tak ada kaitannya dengan energi positif-negatif... Jalan Suci juga tujuanku, tapi yang kukejar bukan tempat seperti surga... Tekad mengejar Tao dan obsesi menjadi dewa pada dasarnya berbeda... Yang Mulia pernah berkata, yang terakhir mudah menyimpang... Sedangkan keteguhan hati adalah dasar belajar Tao.
Aku bertanya pada diri sendiri: Bukankah hatiku cukup teguh? Mengapa Chen Cheng Yi mengatakan aku salah? Mengapa Yang Mulia dan mantan pemimpin mengatakan aku tak punya akar leluhur?
Pikiranku kembali linglung, tentang pertanyaan-pertanyaan diri yang tak kunjung jelas ini... Tapi di wajah Sesepuh Qing juga muncul ketenangan.
Dia menghentikan pidatonya, sorot mata dinginnya tertuju pada beberapa elit penguasa yang goyah tadi, bertanya: "Hadirin sekalian, apakah merasa tergoda? Seharusnya mendukung Yang Sheng? Tak ada alasan untuk tidak mendukung Yang Sheng?"
Sebagian besar pemimpin pengaruh sepertinya memahami beberapa hal dengan jelas, hanya menggeleng... Hanya beberapa pemimpin pengaruh yang tadi goyah, wajah berubah pucat... Mereka malah berdiri, menghadap Sesepuh Qing, aku, dan sesepuh lama sambil membungkuk hormat, secara jujur mengakui kedewasaan mental mereka goyah, terlebih setelah mendengar tentang Kunlun.
Sesepuh lama dan aku sama-sama dalam keadaan tidak memberikan tanggapan jelas. Aku tidak tahu apa yang dipikirkan sesepuh lama, tapi dalam hatiku pemikirannya persis seperti sebelumnya: "Melesat ke puncak karir, berapa orang yang bisa menjaga kedewasaan mental tetap stabil?"
Tapi aku juga takjub, mengapa jajaran pimpinan tinggi dari pengaruh-pengaruh lain sama sekali tidak tergoyahkan.
“Sesepuh Qing，kau pun tak perlu terlalu heboh. Bagaimanapun Gunung Kunlun sudah di depan mata, siapapun pasti hatinya akan bergejolak……Bukankah Jalan Sesat menjadi gila juga karena ini? Aku hanya lega, di sini kebanyakan masih mengerti……mengerti bahwa Jalan Suci tak punya jalan pintas, hanya dengan bertapa membersihkan hati dan raga, barulah akar leluhur bisa stabil……melangkah setapak demi setapak……Adapun urusan melesat ke puncak karir, jika bukan orang yang punya berkah dan kecerdasan besar, bagaimana mungkin tercapai dalam sekejap? Pasti ada konsekuensi besar di baliknya. Insiden tadi, mungkin beberapa sesepuh hanya sesaat linglung, bisa cepat menenangkan hati, menyadari kelalaian diri, ini justru akan membuat Jalan Tao kalian semakin maju, duduklah.” Kali ini yang berbicara adalah sesepuh lama, dibandingkan Sesepuh Qing, ucapannya yang singkat justru lebih jelas.
Lalu memberi isyarat kepada Sesepuh Qing untuk melanjutkan cerita.
Sesepuh Qing mengangguk, lalu menatap semua orang sambil memegang botol cairan ungu di tangannya, berkata: "Beberapa sesepuh yang kedewasaan mentalnya goyah sebelumnya pasti menganggap tindakan Yang Sheng, meski terlihat gila, memiliki alasan tersendiri... Aku juga salah karena tidak menjelaskan dengan tuntas sejak awal. Tapi hal-hal yang akan kita lakukan dan bahas selanjutnya, mungkin tidak akan membuat kalian berpikir seperti itu lagi."
"Cairan dalam botol ini, seperti yang kusebutkan tadi, adalah sesuatu yang kami dapatkan dengan pengorbanan garis bawah terbesar. Tepatnya, ini adalah hasil terpenting Yang Sheng, dicuri dari laboratorium Yang Sheng di Perusahaan A. Tentu ini hanya produk biasa... dan itu pun sampel paling awal... Daripada langsung menjelaskan detailnya, lebih baik kalian semua melihat efeknya terlebih dahulu sebelum memberikan komentar." Sesepuh Qing mengatakan dengan raut wajah serius.
Saat berbicara, dua murid aliran Gunung Salju telah mengangkat sebuah kandang berisi serigala padang rumput.
Sesepuh Qing menghela napas pelan, mendekati kandang serigala itu... Sebenarnya menurutku, tidak perlu berlebihan menggunakan kandang sebesar itu untuk seekor serigala. Menurutku pagar sebesar ini bahkan bisa menahan gajah, tentu saja jika gajahnya cukup kecil.
“Sebenarnya kau juga bebas berkeliaran di padang rumput, kami pun tak bermaksud mencabut nyawamu... Sejujurnya jika bukan untuk bertahan hidup, tak ada yang berhak sembarangan menyakiti makhluk hidup. Tapi hari ini situasinya memaksa, anggaplah aku Sesepuh Qing yang secara sukarela memikul sebab ini. Di kemudian hari, pasti akan kuhaturkan ritual lengkap dan kutumpahkan kekuatan pikiran untukmu, semoga kau mendapat reinkarnasi yang baik.” Saat mengucapkan ini, Sesepuh Qing menghela napas lalu menyerahkan cairan ungu itu kepada seorang murid aliran Gunung Salju.
Murid tersebut menerima cairan ungu itu, meneteskan sedikit dan mengaduknya ke dalam daging hancur... Lalu melemparkannya ke kandang serigala padang rumput.
Serigala itu mungkin kelaparan... Tiba-tiba menyergap dari sudut kandang dan mulai melahap daging-daging itu... Sorot mata Sesepuh Qing menunjukkan kepedihan saat ia mundur... Semua orang menganggap sikapnya tulus, mencerminkan sikap terbuka penganut Tao yang masih memiliki welas asih ala Buddha, menghormati hukum karma.
Seluruh aula sunyi senyap, semua mata tertuju pada serigala tua di kandang... Dari warna bulunya yang kusam, nampaknya itu serigala berumur... Hanya serigala tua yang terpisah dari kawanannya... Setelah menghabiskan daging itu, ia tergeletak malas dengan perasaan puas.
Makanan sulit didapat, sebagai serigala tua yang berhasil bertahan hingga usia ini, ia paham betul. Entah terjebak atau tidak, makanan tetap membawa kepuasan.
Ia hanya tergeletak malas-malasan, sama sekali tak peduli bahwa perhatian semua orang kini tertuju padanya... Namun kepuasan akibat kekenyangan ini tak bertahan sampai 5 menit... Serigala tua ini tiba-tiba berdiri tegak... Lalu menjadi sangat gelisah.
Pertama-tama menggonggong beberapa kali, kemudian mulai menyerang kandang besi yang mengurungnya dengan kegilaan...
Perubahan ini membuat semua orang menahan napas... Tapi serangan serigala tua itu jelas sia-sia, mengingat kandang besi ini sangat kokoh... Setelah sekitar tiga menit menyerang secara gila-gilaan, serigala itu tiba-tiba diam.
Semua melihat kulit tubuhnya mulai meledak, daging di bawah kulit membusuk dengan cepat disertai rontokan darah dan daging... Adegan berdarah yang kejam ini membuat beberapa orang berteriak pelan, tapi segera orang-orang menemukan daging dan darah baru terus tumbuh di luka-luka yang meledak itu.
Mungkin dalam perubahan ini sang serigala sangat menderita, mulai berguling-guling di kandang sambil meraung... Sesepuh Qing tak tega memalingkan wajah, berdesah pelan... Bagaimanapun, mungkin dia juga merasa terbebani, karena menganggap diri sendiri sebagai penyebab penderitaan serigala tua ini.
Kedewasaan mentalnya mungkin telah mencapai keadaan meditasi tingkat tinggi, tapi tetap tak bisa menganggap ini hanya seekor serigala - bukan manusia - lalu sama sekali tak merasa terbebani...
Serigala tua masih terus berteriak histeris, di tubuhnya hampir tidak ada bagian yang utuh, luka-luka mulai meledak di mana-mana... Kemudian luka-luka ini terus tumbuh kembali...
Perlahan-lahan, di beberapa bagian terutama anggota badan, luka-luka di sana sudah berhenti membusuk dan mulai menguat... Berubah menjadi otot hitam seperti mayat kering. Meski terlihat tidak terlalu besar, bahkan lebih tipis dari otot sebelumnya... Tapi bentuknya yang berpelukan terlihat sangat berkuasa.
Apakah ini proses berubah menjadi mayat? Tenggorokanku terasa kering... Seperti sebelumnya, meski aku bukan tipe yang suka mencari jalan pintas, harus diakui Yang Sheng adalah seorang jenius sejati.
Serigala tua terus berubah... Sekitar dua puluh menit kemudian, keempat anggota badannya hampir sepenuhnya berubah menjadi mayat, begitu juga beberapa bagian tubuhnya... Dan karena alasan yang tidak kuketahui - seperti metabolisme super cepat yang mereka sebutkan - gigi dan cakar serigala mulai tumbuh dengan cepat hingga mencapai batas yang tak kubayangkan.
Pada titik ini, serigala tua seperti pulih kembali... Tidak lagi kejang, berdiri tegak sekali lagi... Meski luka-luka masih ada di tubuhnya... Beberapa kulit dan daging membusuk, sementara yang baru tumbuh... Tampaknya ia sudah tidak merasakan sakit lagi, dan proses pembusukan-pembaruan ini melambat drastis meski tetap terlihat mengerikan.
"Kali ini, serigala tua yang bangkit kembali sepertinya menyadari telah mendapatkan kekuatan misterius... Mulai lagi menyerang kandang besi kokoh itu dengan gila-gilaan... Bahkan menggigit-gigit pagar besi tebal itu dengan liar..."
Seluruh aula mulai bergema oleh suara gesekan yang mencengangkan... Ditambah bunyi benturan... Membuat semua orang merinding tanpa sadar, karena sensasinya persis seperti raksasa sedang menghantam sesuatu.
Kandang besi yang awalnya kokoh itu perlahan berubah bentuk di bawah serangan serigala tua ini... Sungguh luar biasa.
"Karena rasio kekuatan terhadap volume tubuh hewan jauh lebih tinggi dari manusia, kekuatan serigala ini jadi sangat mencolok... Namun..." Sesepuh Qing mulai menjelaskan di tengah keterpanaan kerumunan. Ia menerima jam pasir dari seorang Murid Gunung Salju dan meletakkannya di meja.
Kemudian menghela napas, "Mari kita saksikan..."
