Akhirnya formasi besar kedua belah pihak telah mulai bertabrakan!
Meski Kaisar Hantu hebat... tapi toh tidak memiliki konsekuensi... Di jurang penderitaan legenda neraka yang tak berujung, bukan hanya ada satu Kaisar Hantu.
Dewa Petir bukanlah dewa kecil. Selain para dewa penguasa angin, hujan, petir, dan kilat yang seharusnya dianggap sebagai dewa menggegerkan alam semesta, untuk menilai apakah seorang dewa tinggi jabatannya, hanya perlu satu hal: dewa dengan jabatan resmi unik yang tak bisa digandakan pasti adalah dewa besar.
Seperti pasukan surgawi bisa banyak... tapi kapan kita pernah melihat banyak dewa angin, hujan, petir, dan kilat? Itu hanya satu-satunya...!
Maka formasi misterius sekte itu benar-benar menggetarkanku - mereka bahkan memanggil Dewa Petir... Formasi besar 490 orang yang seluruhnya dipertahankan oleh Makhluk Agung, ditambah dengan formasi misteriusnya, mana mungkin sederhana?
Tapi ini bukan berarti benar-benar memanggil Dewa Petir... Orang yang mengerti tahu itu hanya proyeksi Dewa Petir. Seberapa besar kekuatan yang dipertahankan? Setara berapa persen kemampuan aslinya? Mungkin hanya Sesepuh Lama di Pusat Formasi dan Kakak Sulung Jenny yang tahu.
Aku takkan lupa ucapan Sesepuh Lama: "Formasi besar ini menebus sebagian jarak. Tapi karena campur tangan Wu Tian, kemampuan Jalan Benar secara keseluruhan kalah dari pihak Yang Sheng. Saat tak bisa ditunda lagi, itulah saatnya sama-sama binasa."
Dewa Petir memang sangat menggetarkan... Mungkin Wu Tian sendiri juga terkejut, tapi yang lebih mengejutkan adalah, Dewa Petir hanya proyeksi semu sedangkan Kaisar Hantu dipanggil secara utuh.
Sambaran petir surgawi itu menghantam tubuh Kaisar Hantu... Memicu auman menggelegar yang mengguncang langit dan bumi... Tapi untuk level Kaisar Hantu, kerusakan dari petir pun terbatas... Saat benar-benar sadar, ia melihat Dewa Petir dan dengan reflek menghindar karena ketakutan.
Tapi kemudian, menyadari itu hanya proyeksi Dewa Petir, tiba-tiba menjadi sombong... Setelah mengaum, lengannya mengayun... Di antara langit dan bumi tiba-tiba muncul pusaran angin suram... Terdengar jeritan hantu-hantu jahat berbaur di dalamnya... Ini adalah angin neraka dari dunia bawah... Membawa dendam dan energi jahat tak berujung... Esensinya mirip dengan pusaran hitam yang pernah Wu Tian panggil di medan perang.
Yang berbeda, angin neraka yang dipanggil Kaisar Hantu mengandung banyak hantu jahat... Legenda mengatakan jika angin ini menerjang desa bahkan kota kecamatan... Tak akan ada yang tersisa hidup...
Di sisi lain, ekspresi proyeksi Dewa Petir juga memancarkan kemarahan... Aku tak tahu apakah ada kesadaran Dewa Petir dalam bayangan ini, tapi kemarahan ini jelas menunjukkan ketidaksukaannya... Masih ada yang berani menggunakan sihir bertentangan dengan hukum alam hingga membuatnya murka.
Jadi, menghadapi angin tajam seperti ini... Dewa Petir melompat ke atas langit, memukul palu petirnya berkali-kali... Di antara langit dan bumi, awan dan angin berubah warna, lapisan awan hitam menumpuk... Setelah kilat menyobek tabir langit, tiba-tiba ribuan petir berkumpul, dengan deru yang mencengangkan, menghujam ke arah angin tajam itu...
Level Pertarungan Ilmu ini sepenuhnya di luar bayanganku... Awalnya, pertarungan tingkat tertinggi sejati di dunia fana ini pasti akan membuatku terpesona... Bukan hanya aku, setiap praktisi spiritual di dunia ini pasti akan terpesona... Itu mewakili suatu keadaan meditasi tingkat tinggi, sebuah harapan akan Jalan Suci.
Tapi di bawah kesedihan, bagaimana mungkin aku masih memiliki perasaan seperti itu... Apapun level pertarungannya, itu hanyalah konsekuensi dari pertempuran besar ini... Fakta bahwa aku memikul tanggung jawab tanpa alasan jelas takkan berubah, bahkan jika kesedihanku saat ini bagai lautan yang meluas... Tanggung jawab yang harus tetap dipegang teguh.
Pada saat itu, getaran yang menggetarkan di antara langit dan bumi... Tak ada hubungannya denganku... Bahkan getaran kecil seperti gempa di lereng bukit ini, tak bisa menghentikan langkah perjalananku.
Baik memanggil Dewa Petir maupun Kaisar Hantu, semuanya harus bertumpu pada formasi besar... Dukungan terus-menerus kekuatan spiritual dari banyak orang... Hanya dalam satu putaran pertarungan, kulihat banyak praktisi spiritual dari pihak Yang Sheng mulai mengeluarkan darah dari mulut dan hidung, tanda kekuatan spiritual dan energi mental mereka terkuras habis.
Di pihak Jalan Benar... Situasinya tak jauh lebih baik... Seorang praktisi spiritual gemetar jatuh, lalu dengan gemetar berusaha mempertahankan diri dan kembali duduk bersila...
Memaksakan diri untuk mempertahankan formasi, ini bisa merenggut nyawa... Aku tahu, tapi aku justru terhening luar biasa... Sampai saat ini, apa lagi yang tak bisa kuterima tentang pengorbanan? Hanya kuharap, jangan sampai pengorbanan ini menjadi sia-sia...
Perubahan raut wajahku tertangkap jelas oleh Ruxue di sampingku... Di saat seperti ini, ia selalu lebih bijaksana dariku, hanya berkata: "Cheng Yi, keluarkan keteguhan dan kekuatan terakhirmu... Tak ada penyesalan sudah cukup, beban yang terlalu berat sebenarnya tidak ada artinya."
Aku mengangguk dalam hening... Aku tahu Ruxue sedang menghiburkanku, tapi beban inilah satu-satunya jalanku, jalan pertaruhan total dengan segala daya... Karena di depanku sudah tak terlihat pemandangan perjalanan, yang muncul hanyalah bayangan generasi tua silih berganti berkorban... Bagaimana mungkin kukhianati?
Saat ini, tekanan di jalan depan sudah menjadi sangat... Tapi masih bisa kutanggung, kuil terpencil di depan katanya hanya berjarak kurang dari dua ratus meter... Tapi kecepatanku tetap tak bisa ditingkatkan... Terlihat mudah, sebenarnya setiap langkah membutuhkan pengorbanan kekuatan yang sangat besar.
Baik raga fisik maupun roh!
Aku bisa mengabaikan gemuruhnya medan perang besar, tapi mustahil bagiku tak mempedulikan situasi di sisi Yang Sheng... Saat ini Yang Sheng telah menapaki jalan setapak ini dengan kecepatan luar biasa, setidaknya dua kali lebih cepat dari kecepatan kami dulu.
Jika terus begini, pasti akan tersusul... Kugigit gigi, bagaimana caranya agar bisa lebih cepat lagi?
"Pada saat ini, mengapa roh Guru leluhur diam membatu seperti gunung?"
Seolah merasakan tatapanku yang tertuju padanya... Tiba-tiba Yang Sheng juga mengangkat kepala di saat yang sama, pandangan kami bertabrakan... Kemudian berteriak ke arahku: "Chen Cheng Yi, bukankah kau sangat membenciku? Bagaimana kalau kita bertarung sekarang?"
Gigiku nyaris remuk, tapi aku menunduk dan melanjutkan langkah... Pesan sesepuh lama tak mungkin kulupakan... Bagaimana mungkin aku mengikuti emosi pribadi dan menunda rencana besar di saat seperti ini?
Tapi tiba-tiba suara lain menyela: "Kak, aku sudah lelah sampai di sini... Kau harus berjalan di depan Yang Sheng! Kak, dalam hatiku kau tak pernah kalah, kali ini pun pasti begitu. Meski mungkin aku tak bisa melihatnya, aku yakin itu."
Seluruh tubuhku bergetar. Apa maksud suara ini? Itu suara Huigen... Omong kosong apa lagi? Tak bisa melihat maksudnya bagaimana?
"Benar, si Chen Cheng Yi ini selalu lengket seperti bubur, bertarung pun terlihat iba... Tapi tak pernah kalah. Aku benar-benar tak terima. Cheng Yi... Aku juga lelah, akan menunggu di sini bersama Huigen. Kau yang memperlihatkan kehidupan berbeda padaku, memberiku keyakinan baru... Kau harus buktikan aku benar."
Ini... Xiao Chengqian? Dia?
"Aku sudah tak bisa mengendalikan perasaan dalam hatiku lagi. Saat menoleh... yang kulihat adalah Huigen tiba-tiba menarik dengan kasar melepas jubah atasnya... seluruh tato berwarna darah itu muncul di tubuhnya... tato naga di lengannya bahkan terlihat hidup seolah ingin terbang keluar dari lengan."
"Kakinya menghentak tanah... posisinya tiba-tiba seperti sedang melangkah cepat. Otot-otot di seluruh tubuhnya mulai bergetar... jelas sedang mengumpulkan tenaga. Wajahnya memerah padam, urat-urat menonjol... Jurus pukulan seperti apa yang ingin dia keluarkan?"
"Di belakangnya, Xiao Chengqian... Dalam hembusan angin yang menusuk, hujan es mulai mereda... Dengan elegan, dia menyalakan cerutu di tangannya sambil menyeka poni di dahinya... Setelah menghirup sekali, dia melemparkan cerutu itu ke udara... Melirik ke arah Cheng Zhen."
"Cheng Zhen memandangnya dengan senyuman... Memeluknya dengan tenang, lalu berbalik melanjutkan perjalanan... Hanya tangannya yang dengan cepat menyeka wajah."
"Apa yang terjadi? Bukankah katanya akan menemani perjalanan terakhirku? Mereka semua terlihat tahu sesuatu. Mengapa aku merasa ada yang sangat tidak beres?"
"'Cheng Yi, jalan! Jangan berhenti.' Di saat ini, Ruxue menggenggam erat tanganku... Mendesakku untuk terus berjalan, tak memberiku kesempatan untuk bernapas."
"'Katakan, apa yang sebenarnya terjadi?' Suaraku gemetar. Aku belum sepenuhnya pulih dari kesedihan tadi... Apakah mereka akan membuatku terjebak dalam duka baru lagi?"
“Mengapa harus kukatakan, kau seharusnya paham. Takdir adalah siklus reinkarnasi. Jika Tao dalam hati sama... pasti akan mengikuti jejak para senior, melangkah lebih jauh...” Suara Ruxue terdengar sayup, terbawa angin menjauh.
Tanganku terasa semakin dingin... Aku sudah mengerti... Tapi dengan reflek aku berteriak: "Tidak, tidak... Mengapa harus mereka?"
"Cheng Yi, pergi!" Ruxue hanya mengulangi kalimat itu.
