Semuanya berlangsung tenang... Tak ada umpatan sengit, dialog penuh tanya, bahkan ritme napas pun tak berubah... Yang Sheng meloncat ke arahku, aku pun melesat menghampirinya.
Inikah pertempuran terakhir? Tak kubayangkan jika aku gagal, apa lagi yang bisa menghentikan Yang Sheng?
'Dug... dug... dug'... langkah kaki menginjak puncak gunung yang tertutupi salju tipis... Lumpur salju yang beterbangan... Desiran angin utara, kepingan salju yang mulai mengaburkan pandangan...
Langkah pertama: Membuka 7 titik akupuntur...
Langkah kedua: Kekuatan alam semesta yang membanjiri angkasa mulai menyerap... Sebuah kekuatan tak kasat mata mengelilingiku...
Langkah ketiga: Bisa jadi lebih gila lagi... Hancurkan hambatan, teruskan... Tubuh mengeluarkan bunyi retak seperti kacang meletus, titik-titik akupuntur terbuka dengan kecepatan yang mencengangkan...
Langkah keempat: Sungai Takdir yang mengelilingi Yang Sheng menyambar ke arahku... Kekuatan alam semesta di sisiku juga menghantam Yang Sheng... Tabrakan kedua pihak menggemuruh dahsyat... Seolah kekuatan semacam ini adalah tabu, kilatan listrik menyala di pusat tubrukan...
"Langkah kelima, tubuhku seolah telah mencapai batas, tapi belum cukup... Masih belum cukup, titik akupuntur terus terbuka dengan kecepatan yang mencengangkan... Kulit terasa perih, pembuluh darah tak terhitung pecah... Darah seketika mengubah jubah putih bersihku menjadi merah...
"Chen Cheng Yi, kau tak bisa mengalahkanku! Sampai di titik ini, kegagalanmu tak terelakkan! Masihkah kau tak paham, kekuatanku adalah apa yang kalian sebut sebagai kekuatan dewa!" Teriakan Yang Sheng padaku. Sungai Takdir biru di sisinya kembali membentuk telapak tangan raksasa yang menerjangku.
"Kasar." Hanya itu jawabanku... Kekuatan alam semesta di sekelilingku berubah menjadi gemuruh listrik, menghantam tangan biru itu.
Apa itu kekuatan alam semesta? Ia adalah lima unsur, Yin Yang... Segala bentuk energi. Maka setiap mantra yang diaktifkan akan berubah menjadi kekuatan apapun... Asal bisa disaluri energi kosmik!
Ini bukan pemahamanku. Kesadaran Dao Tongzi yang tiba-tiba meledak... Akhirnya ilmu Tao yang terakumulasi dan bakat mengagumkannya muncul... Tak ada ekspresi kehendak lain, tapi aku tahu ia berkata: Saat ini, kita bertempur bersama!
'Gedebuk!' Di bawah hujan petir... Tangan Yang Sheng hancur berantakan... Sungai Takdir berputar balik, kembali ke sisinya.
Menghadapi serangan pertamaku ini... Wajah Yang Sheng memerah marah: "Chen Cheng Yi, mengandalkan ritual Tao yang canggih? Bagaimana dengan ini?"
"Lari cepat..." Kaki kanan Yang Sheng mengayuh kuat ke tanah... Guncangan balik yang dahsyat melambungkannya dari Tanah... Tinjunya yang teracung tinggi bagaikan palu raksasa menghantamku tanpa ampun!
"Angin datang!" Ekspresiku tak berubah... Tiga titik akupuntur lagi terbuka... Tulang-tulang berderik 'kreek-kreek', tiga puluh tujuh titik akupuntur yang terbuka seakan berkata ini batas maksimum, tapi benarkah sudah puncak?
Sepatah "angin datang"... Kekuatan Alam Semesta menjelma angin topan gila yang menyeret tubuhku melesat ke Yang Sheng... Di saat inilah kekuatan Tanah dari titik akupuntur yang terbuka membanjiri tubuhku... Membuatku merasa seluruh roh dan raga fisik diremukkan habis!
"Ayo, ayo..." Yang Sheng menggeram garang, seolah dialah yang selama ini tertindas dan menahan segala kesedihan!
"Siapa yang tidak datang? Ayo..." Di depan mataku bergelayut tubuh-tubuh orang tercinta yang roboh, di punggungku seakan memikul tatapan mata mereka... Akupun jadi gila!
'Boom' tinju bertabrakan... Seluruh puncak gunung bergetar... Salju abadi terhempas, melayang jadi kabut salju... Berterbangan di antara aku dan Yang Sheng!
"Lagi!" teriak Yang Sheng histeris! Tinjunya menghantam dadaku dengan brutal.
"Benar, begitu banyak dendam... Bagaimana bisa satu pukulan saja cukup? Menghadapi tinju Yang Sheng... Aku kembali menyerang dengan gila-gilaan... Meski sejak pukulan pertama sudah kusadari... Kekuatanku tak sebanding dengannya, kecuali jika kubuka titik akupuntur dengan lebih gila lagi!"
Sensasi bertubrukan dengannya seperti meninju lempengan besi dengan tinju berdaging... Rasa sakit yang menusuk, kekuatan guncangan balik, membuat napas pun tersengal-sengal...
Tapi adakah jalan mundur? Tidak... 'Boom' 'Boom' 'Boom', bayangan kami terus bergumul di udara dan bawah tanah... Tinju dan tendangan tak henti bertabrakan! Seluruh puncak gunung bergetar bagai dilanda gempa bumi...
Belum cukup, masih belum... Hidung dan sudut mulutku mengucurkan darah, entah karena kekuatan yang kuderita telah mencapai batas maksimal, atau akibat guncangan balik dari tabrakan dengan Yang Sheng... Yang jelas, dibandingkan dia, akulah yang terlihat compang-camping!
"Tahukah kau apa itu kekuatan dewa? Itulah kekuatan ragawi yang kudapat dari Kunlun, kekuatan jiwaku pun berasal dari sana!" Saat berkata demikian, tinju Yang Sheng menghantam keras wajahku... Kekuatan Tanah remuk berantakan, kurasakan gigi-geligi bergoyang di gusi... Aku meludahkan air liur bercampur darah.
"Aku tak tahu apa itu kekuatan dewa. Yang kusadar, sejak kau pergi dulu, kau sudah lupa bahwa dirimu pernah menjadi manusia." Tinjuku juga menghantam keras hidung Yang Sheng... Tak ada darah manusia yang mengalir, hanya gumpalan darah hitam berpendar ungu yang membeku di lubang hidung.
“Kebodohan akan selamanya tetap bodoh... Mengapa manusia tidak bisa naik ke tingkat lebih tinggi? Aku adalah contoh terbaik. Menginjak di tempat adalah keterlambatan paling memalukan.” Tendangan keras Yang Sheng menghantam perut dan dada saya...
Saya memeluk kaki Yang Sheng, wajah memerah... Urat di leher menonjol. Kami bergulat. Dari sela gigi saya mengatup, keluar kalimat: "Maju dengan mengorbankan nyawa manusia? Bagaimana bicara kemajuan jika tak menghargai kehidupan?"
Akhirnya saya melepas kaki Yang Sheng, tapi guncangan balik membuat kami berdua mundur beberapa langkah... Air Sungai Takdir mengalir deras ke arahku... Kekuatan alam semesta di sekelilingku berubah menjadi kabut raksasa, menggulung ke arah Sungai Takdir-nya!
Seperti tornado air yang muncul di langit... Tabrakan itu bergemuruh menuju cakrawala...
"Satu jenderal sukses di atas tulang belulang! Belas kasihmu itu kebodohan!" Teriak Yang Sheng sambil berlari ke arahku lagi.
"Itu kesuksesan satu orang! Menginjak-injak penyebab orang lain, akhirnya harus membayar konsekuensinya selama-lamanya! Lihat kaisar hantu di sana, bukankah keberadaannya ironis?" Aku juga berteriak sambil menyerangnya...
'Bum!' Tabrakan dahsyat lagi. Yang Sheng mundur selangkah, sementara aku terseret-seret tiga langkah...
“Pahlawan dinilai dari sukses gagalnya! Kau sering bicara Langit Langit... Jika kini Langit memenangkanku, berarti kau yang salah.” Yang Sheng berteriak marah, seperti preman berkelahi di jalanan, kembali menyerangku.
“Lawan dulu baru bicara.” Bagaimana mungkin aku kalah dari dia... Dengan mata merah aku kembali menerjang ke arah Yang Sheng.
Aku butuh kekuatan... Aku perlu kekuatan! Bagaimana mungkin aku kalah? Dalam hati rasanya seperti jantung terkoyak berteriak... Meski tahu kegelapan bukan sekadar selimut sesaat di bumi... Butuh usaha generasi demi generasi untuk menggesek-gesek membuka kegelapan itu, melihat cahaya di ujung langit... Sekalipun hari ini aku jatuh, akan ada yang melanjutkan jalan yang disiram darah para senior.
Tapi, begitu banyak pengorbanan... Telah melukai hatiku, jika bukan bertarung sampai roh hancur lebur, daging darah habis, mana mungkin aku rela?
“Kekuatan yang kau tanggung kini sudah di ujung batas. Jika rohmu benar-benar bubar, seluruh dirimu akan hancur lebur seketika. Aku ikut hancur bersamamu... Bertahan lima menit terakhir... Tak ada sisa tenaga lagi.” Saat itu, kehendak Dao Tongzi justru sangat jernih, mengingatkanku.
"Tapi aku tak rela, bagaimana mungkin aku rela? Jika api kehendak bisa membakar seluruh langit... Aku rela menukarkan kehendakku yang sampai detik ini tak mau menyerah dengan lebih banyak, meski baik Dao Tongzi maupun Chen Cheng Yi seolah tak pernah ada, aku tetap rela... Kau rela? Aku di kehidupan ini yang memutuskan untuk kehidupan lampaumu."
"Rela... Persahabatan dan pengorbanan manusia di kehidupan inilah yang membuatku mengerti apa itu Jalan Suci sejati... Bagaimana mungkin kehidupan sia-sia bisa menutupi kehidupan ini... Kehidupan inilah yang benar-benar membuatku paham Tao. Kekuatan sudah hilang, karena kami menggunakan ritual rahasia untuk sepenuhnya membakar nyawa dan roh, dengan indera spiritual bawaan yang kuat memanggil kekuatan alam semesta... Baru bisa menukar izin bertarung melawan kekuatan Kunlun sejati."
"Tapi, kehendakku menyertaimu... Mulai sekarang kaulah aku, akulah kamu... Tak ada Dao Tongzi, hanya Chen Cheng Yi... Kehendak Dao Tongzi seharusnya sudah pergi bersama roh Wei Chaoyu."
"Huuu..." Aku berteriak keras... Tabrakan lagi, sakit sekali, kekuatan Yang Sheng memberiku perasaan putus asa...
"Tapi aku bertahan, aku bertekun... Inilah kesombonganku... Aku merasakan kepuasan..."
"Minggir! Chen Cheng Yi, kuberi kau kesempatan menyesal." Yang Sheng berteriak padaku.
"Tidak mau! Langkahi mayatku." Kuangkat tinjuku... Kembali menyerbu ke arah Yang Sheng...
"Pada saat inilah aku baru merasakan suatu peleburan sejati... milikku dan Dao Tongzi. Seluruh memori bergulir cepat, pengalaman Dao Tongzi, segala hal tentang Dao Tongzi... semuanya merasuk ke dalam rohku bagai disalin paksa!"
"Konon katanya, meraih Jalan Suci... akan meleburkan kehendak dari ribuan reinkarnasi... menempa kristal kehendak murni sepanjang hidup... akhirnya mencapai keutuhan, terlepas dari siklus reinkarnasi... kita yang melalui kehidupan lampau dan kini akhirnya menangkap secercah Langit. Peleburan dua masa ini... sejak saat ini tak terpisahkan, membentuk fondasi Jalan Tao. Meski roh hancur lebur, setidaknya mendekati Langit... Kehendakku tak sepenuhnya sirna, berubah menjadi dirimu... Sisa kehendak terakhir ini akan kupinjamkan kekuatannya padamu di saat-saat akhir."
Suara Dao Tongzi terdengar jelas membahana... Bersamaan dengan itu, empat puluh sembilan lentera tembaga menyala di hamparan salju... Di atasnya menari-nari empat puluh sembilan kobaran api kebiruan, bagai roh yang menjelma.
Kak Cheng Xin pun membuka matanya, dikelilingi puluhan jarum halus biru yang melayang... seolah terbuat dari roh yang dimampatkan!
