Tapi, sungguh hanya tersisa seberkas terakhir daya hidupku... Semua persepsi spiritualku menyusut ke tingkat terendah... Hanya bisa melihat hal di depan mata, mendengar suara di sekeliling... Namun tawa Jiang Yi yang menusuk bagaikan suara iblis menerobos masuk ke otakku.
Ini adalah sosok yang bahkan indera spiritualku tak bisa merasakannya... Hanya bisa kukatakan dia memicu kewaspadaan instingtifku, namun tak sepenuhnya pasti... Mengenai 17 Zi Kegelapan, aku tak tahu. Tapi saat melakukan kultivasi di gua, Sesepuh Qiu kadang bercerita rahasia Perusahaan A padaku.
Kira-kira beliau pernah bilang, secara permukaan Perusahaan A adalah perusahaan, tapi sebenarnya bisa dianggap sebagai sekte. Mereka juga punya sistem pewarisan sendiri.
Jadi mereka punya sekelompok penerus... masing-masing sangat unggul... Tapi berbeda dengan keterbukaan Jalan Benar, mungkin punya ambisi lebih besar... Karena itu identitas para penerus itu adalah rahasia tingkat tinggi.
Jiang Yi sangat detail, kalau tidak dia takkan berani mencolok meletakkan foto itu di kantor. Mungkin ada alasan lain kenapa dia menaruhnya di meja kantor... Tapi aku yang sudah di ujung tenaga ini tak bisa menyelidiki lagi.
Dan mungkin hanya aku satu-satunya di dunia fana yang punya takdir kebetulan... bertemu tiga dari mereka. Tapi kalau hari ini Jiang Yi tak mengumumkan identitasnya di medan perang, foto itu paling-paling hanya membuktikan hubungannya dengan Perusahaan A.
Lagi pula apa sebenarnya logo Perusahaan A? Dunia tak punya jawaban pasti. Sampai sekarang, kalau Jiang Yi tak membuka identitas, aku pun tak bisa memastikan apakah setengah huruf itu A?
Mereka terlalu misterius... terlalu kuat, sampai organisasi sebesar Jalan Benar pun hanya bisa mendapatkan informasi terbatas.
Tapi, apa hubungan semua ini dengan aku? Lenyapnya sepenuhnya beberapa hal adalah proses yang panjang... Seperti lenyapnya sistem perbudakan yang melalui sejarah panjang air mata dan darah.
Bahkan jika hasil akhir pertempuran besar ini terbalik, tetap tak bisa menjatuhkan Perusahaan A... Hanya salah satu pertempuran penting dalam berbagai tabrakan ini?
Tapi aku tetap yakin, akan ada penerus yang mengikuti jejak langkah kami... Pasti seperti ini!
Sepertinya tak ada lagi yang bisa dilakukan... Aku menyaksikan kilau emas yang mewakili Si Bodoh menembus kuil terpencil... Saat itu kilau emas kuil tiba-tiba bersinar terang, seolah akhirnya menyelesaikan suatu misi...
Di saat ini, siluet putih yang diam sejak tiba akhirnya bergerak... Pose berdoa yang sangat aneh... Menurut terminologi Taoisme seperti sedang mengajukan Laporan ke Langit, memohon berkah dari Langit? Tapi berkah apa yang diminta?
Aku tak bisa membayangkan apa lagi yang masih bisa membalikkan situasi pertempuran saat ini?
Jelas semua tindakan siluet putih misterius itu... juga membuat Yang Sheng waspada, tapi dia sibuk memukul drum suci di tangannya, setiap pukulan terlihat berat, tak sempat mengurus siluet putih itu...
Keriuhan medan perang masih berlanjut... Atau mungkin perlawanan terakhir dan mekarnya nyawa... Kali ini para pengikut Jalan Benar membunuh secara heroik... Tak satu pun bisa menerobos untuk membantu Yang Sheng membersihkan rintangan, termasuk aku yang sedang sekarat ini...
Suara drum terus berlanjut...satu, dua, tiga...Baima yang suci dan rohnya yang terwujud...mulai terhubung secara magis dengan cahaya yang semakin terang di langit...
Hatiku sesak oleh duka...Bagaimana aku bisa menepati janji pada Lushan? Setelah tujuh ketukan, roh Baima akan dikorbankan, dan aku akan selamanya mengecewakannya...
Saat ini, Yang Sheng telah memukul drum suci kelima kali...Ekspresi kemenangan mulai terpancar di wajahnya...seperti seseorang yang melewati penderitaan panjang dan akhirnya menang...
Keajaiban terjadi...Angin kekuatan mistis tiba-tiba muncul dari kabut...Membungkus siluet putih yang sedang berdoa...Badai energi sakral nan dingin itu membuat tubuhnya bergetar hebat...
Kekuatan macam apa ini? Meski hanya merasakan sisa-sisanya, sudah cukup membuat rohku gemetar...Bahkan di masa kejayaanku dulu, takkan bisa menandingi ini.
'Dung!' Gaung drum kelima bergema...Kali ini suaranya terasa begitu magis...Menggetarkan sanubari...Tiba-tiba kudengar Wu Tian berteriak histeris: "Datang! Akhirnya datang!"
Apa yang akan datang? Pada saat ini, Yang Sheng juga gemetar hebat... Akhirnya mengangkat tangan dan menabuh ketukan keenam pada Drum Suci... Di saat yang sama, roh Baima akhirnya meledak... Memancarkan kekuatan suci yang tak tertandingi, seolah memanggil kilau emas di balik kuil sepi itu...
Kabut tebal kembali bergulung-gulung, bagai gelombang lautan... Begitu pekat hingga menenggelamkan bahkan kekuatan yang ditujukan pada sosok berbaju putih itu...
Di momen ini... Aku mendengar suara gemuruh yang dahsyat... Namun seolah tanpa suara... Hanya merobek lapisan demi lapisan gelombang suara... Lalu, kusaksikan pemandangan yang mungkin tak akan terulang seumur hidupku...
Bayangan raksasa bercahaya suci muncul di langit belakang kuil sepi... Dari sana bergema teriakan binatang purba bak gema zaman kuno... Membawa napak tilas zaman prasejarah yang tiba-tiba menyelimuti seluruh medan pertempuran!
Itu... Aku hanya melihat hamparan bayangan luas... Sangat besar... Seperti seratus lapangan bola... Bahkan mungkin lebih... Muncul dari ruang yang terdistorsi... Dikelilingi kabut berlapis-lapis... Tak bisa kulihat wujud utuhnya, hanya bagian bawahnya... Seperti tanah padat, atau proyeksi tak kasat mata...
“Penglai... Inilah Penglai! Naiki Penglai... kita bisa sampai ke Kunlun, 'itu' juga akan datang... Cepat, cepat pukul drum... Hentikan pulau Penglai di sini.” Suara Wu Tian yang kembali menjadi melengking muncul sambil bergetar penuh semangat...
Pada detik ini, kulihat Yang Sheng menggigil hebat sepenuh badan... Tangan terangkat, hendak memukul ketukan ketujuh pada drum suci... Sementara roh dan raga fisikku juga mencapai batas ujung, sisa nyawa terakhir benar-benar habis... Pecahan yang tak terelakkan akan datang...
Apakah begini cara menerima Tian Ming? Kututup mata... Tapi di saat ini, apa yang harus kupikirkan? 'Kekacauan ini' yang tetap tak berubah meski banyak pengorbanan, haruskah merasa bersalah pada keturunan? Maaf ya... Membuat kalian semakin susah?
Kumenanti kemusnahan total diriku... Tapi tak kusangka di saat genting ini... Pelukan hangat tiba-tiba menyergap dari belakang... Daya hidup tak terputus tiba-tiba membungkusku... Membuat kehendak buramku kembali jelas.
Tak kupalingkan kepala, tapi dari penciuman yang familier kusadari... Ini Ruxue!
Ia, Ia tidak mati? Hatiku seolah mendapat hiburan besar, senyuman tak tertahan melekat di wajah... Inikah hal paling beruntung di tengah banyak kemalangan? Kuingat ucapan sebelumnya saat memeluk Ruyue, mungkin aku memang membutuhkannya...
Sebuah tangan berlumuran darah membelai lembut wajahku... Itu pasti Ruxue setelah terluka parah, merangkak naik dengan susah payah... Makanya tangannya jadi seperti ini... Di kehidupan sebelumnya selalu bilang kejam padaku, selalu mengancam akan membawa kebencian... Tapi di kehidupan ini, tetap memberiku dukungan dan hiburan tak terbatas saat aku terjatuh dalam keputusasaan... Inikah dua kehidupan seorang wanita?
Benar saja, perasaan cinta bisa menembus waktu dan ruang, bahkan melewati penghalang reinkarnasi.
"Aku dan Benming Gu terhubung dengan nyawa... Ia hampir tak bisa dimusnahkan, memberiku vitalitas yang kuat. Selama aku belum mati... pasti akan datang mendukungmu, karena selama masih hidup, takkan kubiarkan kau mati." Kata-kata Ruxue berbisik di telingaku... Beberapa kalimat santai itu tak banyak menjelaskan detail.
Ia menjadi Penjaga Makam, mengurung seluruh hidupnya dalam Makam Naga, menjaga sekumpulan monster dan ulat... Ia mengambil vitalitas mereka, seolah hidupnya justru semakin sepi... Bukankah terkadang hidup justru lebih menyakitkan? Di tempat misterius itu, mungkin ia juga mempelajari sesuatu... Kalau tidak, bagaimana cara mewariskan kekuatan hidupnya padaku? Kalau tidak... lalu bagaimana menghabiskan waktu dalam kesepian?
Kita tak perlu saling mengetahui terlalu banyak... Cukup tahu bahwa kita saling mencintai... Dengan susah payah kuletakkan tanganku di atas tangan Ruxue yang masih membelai wajahku... Kugenggam lembut... Sudah berapa kali ini, ia kembali menggunakan nyawanya untuk menyangga nyawaku? Meski saat ini Jalan Sesat sudah menang besar, menyanggaiku hanyalah sekejap saja... Ia tetap mau melakukannya!
‘Aku hanya menyesal, dalam kehidupan ini ada cinta seperti ini, tapi aku tak bisa membalasnya... Bahkan dengan daya tahan hidup pun tak bisa menghentikan proses rohku hancur... Apakah Ruxue tidak tahu lukaku yang sedemikian parah?’
Tapi aku tetap mau menikmati satu menit singkat ini, mungkin hanya puluhan detik... Sudah menjadi keabadian.
Dalam badai salju, di balik kabut tebal... Ia memelukku, aku mencengkeramnya... Mati seperti ini penuh berkah...
Suara drum Yang Sheng hampir mencapai ketukan ketujuh... Tapi tiba-tiba, seorang tua bungkuk menyergap... Di belakangnya berdiri patung Vajra besar... Langsung menerjang Yang Sheng...
Lushan? Itu Lushan... Hatiku kembali dipenuhi kejutan... Lushan juga belum mati?
‘Dung’... Seharusnya Lushan tak mungkin menggoyahkan Yang Sheng... Tapi entah karena bayangan maya Vajra di belakangnya... Saat ia berlari menyerang, tubuh Yang Sheng langsung limbung... Gerakan memukul drumnya terpaksa terhenti... Terhuyung dua langkah ke depan!
“Goblok!” Yang Sheng murka... Sekali tendangan menghantam Lushan... Siluet Lushan terlempar tinggi... Tapi disertai tawa ekspresif yang menggema...
‘Dung’ Lushan mendarat dengan keras... Penampilannya yang sudah tampak jauh lebih tua terus menatap langit sambil tertawa terbahak: "Hahaha... Bagaimana mungkin aku membiarkan kalian mempersembahkan Baima..., Bruk..." Sambil berbicara, Lushan memuntahkan darah segar... Kemudian melanjutkan: "Setelah tujuh ketukan drum, roh Baima akan terbakar... Aroma kesucian seperti ini memanggil Penglai... Karena Baima-ku berhak pergi ke Kunlun... Roh yang dipersembahkan akhirnya akan menyisakan serpihan... Serpihan roh tak bisa naik ke Penglai..."
"Dan..." Sudut bibir Lushan mengucurkan darah... Ia melanjutkan: "Dan Penglai yang tak menjemput Baima takkan pergi... Kalian harus menahan Penglai... Selama aroma kesucian belum bubar, kalian bisa menahannya... Setelah Baima membakar rohnya, sisa kesuciannya... Bagaimana mungkin mudah bubar? Benar bukan? Hahaha..."
Lushan tersenyum, berkata perlahan: "Bagaimana mungkin aku membiarkan roh Baima tak lengkap? Benda suci sejati yang ditinggalkan Kuil Lagang bukan drum buatan Baima... Melainkan kuil sepi ini... Cheng Yi, kau dengar?"
Di langit... Teriakan binatang purba masih menggema di angkasa... Bayangan dalam kabut tebal yang bergulung... Rupanya itulah Penglai...
Dalam salju, Ruxue masih memelukku erat... Serpihan jiwaku pertama mulai melayang keluar dari tubuh... Ia hanya bisa memperpanjang nyawaku sampai di sini... Dan aku pun tak tahu bagaimana merespons Lushan.
"Ternyata, semuanya seperti ini?
