"Hmm... Berdasarkan pengalaman sejauh ini, ketika kita 'menemukan' sesuatu, monster, atau peristiwa tertentu, itu akan memicu..." Ucap Feng Bujue terputus...
Tiba-tiba "mayat" itu bangkit berdiri. Suara tawa menyeramkan menyusup ke telinga kelima orang.
Kepalanya perlahan terangkat. Wajah yang tersinari senter tetap diselimuti bayangan kelam. Garis wajah samar-samar, kulitnya berwarna kebiruan seperti timah.
"Apa dia belum mati?" Bisik Long Aomin.
"Belum mati?" Feng Bujue menyelinap melewati Long Aomin dan mendekati sosok yang diduga bangkai hidup: "Lebih mudah dijelaskan. Tawa mesum tadi pasti ekspresi gembira korban selamat yang ditemukan." Kacamata pelindungnya tetap menandakan target kebencian monster itu tertuju padanya.
Melihat Feng Bujue mendekat cepat, monster itu segera mengambil tindakan kedua.
"Aaa--!" Teriakan Jimuo bergema dari belakang.
Bukan hanya dia, bahkan Kesepian juga terkejut dan menjerit kencang. Teriakan Wang Tanzhi tertahan di tenggorokan, tidak keluar sama sekali. Wajahnya pucat pasi, jantungnya berhenti berdetak selama beberapa detik. Hanya performa Long Aomin yang masih terbilang normal, meski bulu kuduknya juga berdiri dan ia menarik napas dalam-dalam.
Di sekeliling pipa tersebut, muncul ribuan lengan dengan kulit yang membusuk, hitam legam dan mengerikan. Rintihan dan erangan seperti air bah tiba-tiba memenuhi saluran pembuangan.
Ji Mo mundur panik, menutup mata dan mengayun-ayunkan tongkat golf secara sembarangan. Gu Du maju ingin menghentikannya, tapi hampir beberapa kali terkena pukulan.
Wang Tanzhi hampir mati ketakutan, matanya membelalak, tidak berani bergerak sama sekali. Tangan yang mencengkeram erat pisau itu gemetaran, telapak tangannya sudah basah oleh keringat.
Beberapa detik kemudian, Long Aomin berteriak keras: "Ini semua halusinasi! Jangan bergerak sembarangan!" Pria ini masih belum kehilangan kemampuan berpikir. Ia segera menyadari lengan-lengan itu hanya bayangan, karena melihat beberapa lengan yang muncul dari lantai menembus betisnya sendiri tanpa rasa sakit apapun.
"Bahkan jika asli, mereka tidak bisa menyentuh kita!" Long Aomin berteriak lagi.
Ji Mo baru sedikit tenang, Kesepian memeluknya dan menghibur dengan lembut. Meski dia sendiri juga merinding, melihat kekasihnya begitu panik justru membuatnya lebih tenang. Dia berulang kali mengingatkan diri sendiri, ini hanya permainan, seberapa menyeramkan pun adegannya hanya sementara dan palsu.
Di jarak belasan meter, Feng Bujue sudah berjalan santai mendekati monster itu. Gambar dan suara mengerikan sama sekali tidak mempengaruhinya, bahkan matanya tak berkedip. Dia memegang tongkat bisbol sambil meregangkan leher, bersiap seperti akan memukul bola.
Melihat lawannya sama sekali tidak terpengaruh, monster itu menggunakan trik ketiga.
Dari mayat pria berbusana kotor, ia tiba-tiba berubah menjadi wanita cantik hidup... terlihat awal 20-an, mengenakan gaun hitam tanpa lengan pendek, rambut hitam terurai di bahu, kulit seputih salju, payudara indahnya setengah terbuka, kaki rampingnya samar terlihat dari pinggiran gaun. Alis matanya memancarkan pesona yang tak terkatakan.
Feng Bujue terdiam sebentar, lalu malah menyimpan tongkat bisbolnya ke dalam tas.
Para pria di belakang yang melihat adegan ini langsung melemparkan tatapan hina padanya, meski dalam hati sebenarnya mereka semua memahaminya...
“Hampir lupa……” Feng Bujue baru saja menyimpan tongkat baseball, langsung mengeluarkan kunci pipa dari tas: "Mengingat ini makhluk humanoid, memilih senjata dengan efek bonus ini untuk menyerang bisa dapat poin skill." Katanya santai sambil mengayunkan kunci pipa ke kepala monster.
Dug dug dug...
Kunci pipa terus menghantam tengkorak monster, darah hitam mengucur deras memenuhi pandangan. Saat Feng Bujue mengenai wujud fisiknya, monster itu kembali berubah menjadi mayat bermuka biru, ilusi di sekitarnya lenyap seiring monster yang terluka parah.
Empat orang di belakang diam-diam menyaksikan serangan Feng Bujue yang efisien, tegas, dan kejam. Tiga di antaranya memiliki nilai terkejut yang tidak stabil karena terus memikirkan makna tersembunyi dari nama "Feng Bujue"...
Setelah kepala monster hancur total, Feng Bujue merogoh saku baju mayat itu dan menemukan Kunci Kayu dengan deskripsi item yang hampir sama dengan Kunci Api.
【Tugas saat ini telah diselesaikan, misi utama diperbarui】
Setelah mengambil kunci, tanda centang muncul di sebelah kanan misi. Baris tugas baru muncul:【Kembali ke Pintu Iblis dan pulihkan segel】
"Selesai, ayo pergi." Feng Bujue berbalik sambil berkata.
"Hmm... Saudara Feng..." Long Aomin bertanya: "Bagaimana kau tahu monster ini... begitu mudah dikalahkan?"
“Aku langsung tahu saat dia berdiri.” Feng Bujue menjawab: “Dengan munculnya lengan-lengan itu, aku semakin yakin. Monster jenis ini jelas dirancang untuk menguji nilai teror pemain. Jika anggota tim takut mendekat karena panik, ilusi-ilusi akan semakin meningkat. Meski tidak sampai membuat orang log out, setidaknya akan merusak penilaian di akhir level.” Dia berhenti sejenak: “Saat berubah jadi wanita cantik, artinya dia sudah kehabisan akal dan cuma bisa mengulur waktu dengan berubah menjadi sesuatu yang menarik secara seksual bagiku.” Tiba-tiba dia mengusap dagunya: “Tunggu... Bagaimana sistem tahu orientasi seksualku? Kalau aku gay atau biseksual, bentuk apa yang akan muncul...”
Pemuda Kesepian menyela: “Saat login ke forum pakai ID, kan ada pertanyaan data pengguna yang harus diisi?”
“Jadi karena data perusahaan game memuat informasiku, sistem jadi ‘tahu’...” Feng Bujue bergumam: “Baiklah, lebih baik kita segera kembali.”
……
Kelima orang itu mempercepat langkah selama perjalanan pulang. Mereka sama-sama merasakan firasat bahwa naskah ini belum berakhir. Bahkan jika bos akhir bernama Samodiel tidak muncul atau tidak bisa muncul, pasti akan ada iblis kuat sebagai bos penutup level.
Mustahil mencapai gerbang utama sebelum kegelapan berikutnya datang. Tapi setidaknya mereka harus memastikan bos akhir tidak semakin kuat karena kegelapan berikutnya.
Tepat ketika mereka masih di tengah jalan menuju alun-alun, kegelapan keempat pun menyergap. Ditambah belasan menit sebelum kegelapan pertama, total waktu mereka di naskah ini sudah hampir dua jam.
Saat Kegelapan Keempat tiba, mereka sama sekali tidak mendengar suara apa pun—tidak ada napas, bisikan, maupun tawa. Feng Bujue merasa ini pertanda buruk. Dalam game horor seperti ini, setiap penyimpangan yang melanggar pola biasanya menandakan situasi semakin memburuk.
Tiga menit setelah kegelapan berlalu, mereka kembali ke alun-alun. Bahkan Long Aomin kini mulai terengah-engah. Setelah hampir dua jam berlari-lari, bertarung, berjalan jauh, mengangkat barang-barang... nilai stamina seluruh grup sudah banyak terkuras.
Gudu dan Jimo masing-masing menghabiskan 400+ stamina. Dengan level 7 dan 6 mereka, ditambah stamina yang pulih selama istirahat sejenak, keduanya masih memiliki 200+ stamina tersisa. Long Aomin adalah yang paling banyak menguras stamina—skill 【Serangan Kilat】 saat menghadapi Bayi Monster saja membakar 300 stamina, ditambah pertarungan melawan Mayat Berdarah yang sebagian besar ditanggungnya, total konsumsinya melebihi 700. Sebenarnya ini termasuk sedikit karena atribut tersembunyi membuat konsumsi stamina lari dan pertarungannya lebih hemat dari yang lain. Perlahan akumulasi perbedaan ini, ditambah stamina yang pulih, membuatnya masih memiliki 289/1000 stamina tersisa.
Dibandingkan ketiganya, Feng Bujue dan Wang Tanzhi yang masih level 5 ini—meski ikut bertarung—masih menyisakan puluhan poin stamina, ini nyaris seperti mukjizat.
"Quest sudah diperbarui, seharusnya kita bisa menggunakan kunci sekarang," kata Wang Tanzhi sambil terengah-engah.
Feng Bujue berjalan ke depan lima orang, menghadap langsung ke pintu, mengeluarkan dua kunci. Ia meletakkan kunci di tangan dan mendekati pintu besar. Puluhan detik berlalu, tapi tidak ada peristiwa yang terpicu.
"Ada yang tidak beres..." Long Aomin berkata sambil melihat situasi: "Kenapa masih tidak ada reaksi?"
"Tidak... Kurasa sesuatu sudah terjadi." Feng Bujue mengarahkan pandangannya ke kejauhan: "Lihatlah."
Alun-alun yang luas ini memungkinkan melihat area ratusan meter di sekeliling. Saat ini, dari berbagai jalan kota, muncul ratusan monster. Penampilan mereka aneh dan mencolok, tapi secara umum terbagi dua jenis: tipe mengerikan dan ganas, serta tipe seram dan mengerikan.
Monster-monster ini berjalan sangat lambat. Kehadiran mereka jelas menciptakan suasana putus asa. Ketika perasaan datangnya keputusasaan diperlambat, justru akan membuat orang semakin ketakutan.
"Bagaimana mungkin? Apa ada kesalahan yang kita lakukan?" Lonely Gege panik, suaranya tanpa sadar meninggi: "Kondisi sekarang pasti akan mati, kan?"
“Feng Bujue juga merasa perkembangan situasi ini agak tak terduga, ia berkata: "Samodiel tidak bisa mendekati kunci atau segel di pintu ini, dia mustahil datang sendiri untuk membunuh kita. Para iblis juga enggan mendekati sini, mereka tidak takut kunci tapi pasti takut pintu ini, atau lebih tepatnya... takut kembali ke wilayah di seberang pintu. Makanya area plaza seluas ini sama sekali tidak ada iblis yang berkeliaran." Dia mencoba menenangkan situasi: "Sekarang mereka mendekat karena terpaksa. Mari kita berbaris sedekat mungkin dengan pintu, lihat situasinya dulu."
"Bagaimana kalau mereka langsung menyerang tanpa peduli Gerbang Iblis?" Long Aomin bertanya.
"Kita mundur ke dalam pintu," jawab Feng Bujue.
"Kak Jue... itu 'Dunia Iblis'! Bagaimana jika monster di seberang lebih banyak?" Wang Tanzhi protes.
"Belum tentu. Kurang lebih di seberang seperti penjara, sekarang narapidana sudah kabur semua, mungkin di dalam sudah kosong. Lagipula... mati di mana pun sama saja," balas Feng Bujue. "Yang penting bisa kembali ke ruang login."
Kelimanya segera mundur ke depan pintu, berdiri membelakangi Gerbang Iblis. Pikiran Feng Bujue masih menganalisis alur skenario ini... Yang mengganggunya adalah pernyataan monster pohon tentang "siklus". Kota yang terpisah dari realitas ini sedang mengalami siklus seperti apa? Mungkin dengan memecahkan misteri ini mereka bisa mengetahui pola atau kelemahan Samodiel, atau cara memulihkan segel...
Banyak petunjuk saling berkaitan di pikiran Feng Bujue, waktu yang tersisa tidak banyak. Ia merapikan kembali alur pikirannya: "Genangan air yang terisolasi dari sungai waktu... Kegelapan setiap setengah jam... Hilangnya bisikan dalam kegelapan..."
