“Apa maksudnya? ‘Istana Hantu’ itu apa?” Wang Tan Zhi berkata.
“Kalimat berikutnya yang ingin kau tanyakan pasti ‘bisa dimakan tidak’?” Feng Bu Jue berkata.
“Aku sudah melewati usia yang sengaja bertanya ‘bisa dimakan tidak’ untuk terlihat imut... Dan sekarang aku sedang serius, tahu!” Wang Tan Zhi berkata.
“Kalian lihat sendiri.” Feng Bu Jue berdiri, membiarkan Xiao Tan dan Long Ge melihat benda yang sedang dia periksa tadi saat berjongkok.
Setelah mendekat, keduanya menemukan tulisan di dinding yang terukir dengan pisau. Isinya seluruhnya berbahasa Inggris, tapi pemain bisa melihat terjemahannya setelah membuka menu game.
Tulisan itu tampaknya merupakan puisi pendek berbahasa Inggris yang isinya:
【Di lembah yang hijau nan dalam
Para malaikat berjaga berdiam
Pernah berdiri istana megah——
Gemilang——menyentuh langit.
Di kerajaan "Pikiran"
Tegak berdiri kokoh
Serafim tak membentangkan sayap
Menari di istana seindah ini.】
“Ini artinya apa sih?” Wang Tan Zhi kebingungan setelah membacanya.
“Mungkin artikel ini berjudul ‘Istana Hantu’ dan ada enam bagian?” Long Ao Min juga sekadar menebak.
Mereka semua berpikir... Lagipula ada Feng Bu Jue yang tahu segalanya, tinggal tanya saja. Tapi ketika menengok, mereka mendapati pria itu sudah menghilang...
“Jue Ge?” Wang Tan Zhi melirik ke sekeliling, lalu menengok ke tangga menuju lantai dua: “Mana orangnya? Baru sebentar lengah dia sudah kabur?”
Long Aomin menengok ke kiri-kanan tapi tak menemukan bayangannya, akhirnya mengangkat bahu pasrah: "Dia sudah bilang tadi akan berpisah, pasti kabur diam-diam saat kita membaca puisi ini."
Wang Tanzhi berkata: "Kalau gitu kita juga cari petunjuk saja. Wong Jue Ge bilang nanti berkumpul di sini lagi setelah misi utama berubah."
Long Aomen mengangguk, keduanya segera menyisir lantai satu, membuka satu per satu pintu yang bisa dibuka, memeriksa apakah ada bagian lain "Istana Hantu" atau petunjuk lain di dalam kamar.
……
Di dalam koridor rumit lantai satu.
Dua pemain wanita berjalan pelan-pelan dengan waspada. Dari sikap mereka, jelas mereka sudah mengalami beberapa jebakan.
Saat ini, Si Yu Ruo Li sudah memegang pedang panjang mengilap. Meski kualitasnya biasa, dengan senjata biasa ini dia meraih gelar 【Pemenggal Tanpa Ampun】, membuktikan kehebatannya.
Beiling Xiaogu tidak mengeluarkan senjata api. Penilaiannya mirip dengan Feng Bujue - jika skenario ini penuh hantu dan jebakan, senjata api mungkin tak berguna.
"Eh?" Beiling yang berjalan di belakang terhenti, beberapa detik kemudian berkata: "Ha... Mereka ternyata menemukan misi sampingan."
Si Yu Ruo Li melihat konten misi dan bertanya: "Apa kita juga ikut mencari 'Istana Hantu' ini?"
“Hmm… tidak perlu mencari dengan sengaja.” Beiling menjawab sambil berpikir: “Kita juga belum tahu apa itu sebenarnya, lagipula kita sekarang memang sedang mencari petunjuk.”
“Kalau begitu lanjutkan.” Siyu Ruoli menyahut sebelum kembali berjalan.
……
Di lantai dua, Yongzhe Wudi berdiri di sebuah ruangan yang sangat luas. Seperti ruang tamu, jendela di sini tinggi dan sempit, posisinya cukup tinggi dari lantai kayu ek yang gelap. Cahaya kemerahan menyelinap melalui kisi-kisi jendela, cukup untuk menerangi objek yang mencolok di dalam ruangan. Tapi entah dari mana asal cahaya merah itu di tengah malam...
Yongzhe Wudi mengerahkan penglihatannya tapi tetap tak bisa melihat sudut ruangan yang jauh atau langit-langit berukir. Tapi dia tidak peduli dengan detail itu. Untuk apa melihat jelas? Yang penting tidak ada monster bersembunyi di sudut.
Dinding-dinding dipenuhi tirai suram. Semua perabotan besar namun tidak fungsional, tua dan lapuk, sama sekali tidak nyaman. Buku-buku dan alat musik yang berserakan tidak menambah kehidupan pada ruangan ini. Udara terasa menyimpan kesedihan, atmosfer muram dan menyeramkan meresap ke segala penjuru.
Mendengar notifikasi misi, Yongzhe Wudi melihat menunya. Pikirannya langsung tertuju pada dua pemain wanita yang mungkin menemukan sesuatu di mansion hingga memicu misi sampingan. Menurutnya, mustahil tiga pemula itu yang menemukan misi ini.
Meski tidak pandai memecahkan teka-teki, Yongzhe Wudi sebagai pemain profesional tetap memiliki pengalaman bermain game. Dia mulai menggeledah ruangan secara kasar untuk mencari peralatan atau barang konsumabel. Sayangnya, satu-satunya benda yang bisa dijadikan senjata hanyalah gitar kayu dan biola yang putus senarnya. Barang rapuh ini lebih buruk daripada bertarung dengan tinjunya, mengingat gelarnya 【Petarung Tinju yang Ceroboh】 memberinya kemampuan pasif meningkatkan daya hantam tinju.
Tak menemukan peralatan, Yongzhe Wudi beralih mencari item quest. Tanpa tahu apa itu "Istana Hantu", dia langsung mendekati benda paling mencurigakan di ruangan - sebuah amplop di meja tulis, tak tertarik membaca buku-buku berserakan di lantai.
Di antara barang-barang bacaan yang berserakan atau terjatuh, hanya amplop ini yang masih tergeletak rapi di meja, dihimpit botol tinta.
Saat mengangkat botol tinta, Yongzhe Wudi menemukan noda tinta yang telah meresap ke amplop dan mengering. Setelah meniup debu dan menepuk-nepuk amplop, dia membukanya dan mengeluarkan surat untuk dibaca.
Surat ini tidak utuh. Banyak bagian yang tertutup tinta atau buram. Meski pembuka dan penutup surat tak terbaca, dari konteks yang ada bisa disimpulkan ini adalah surat dari pemilik rumah besar untuk temannya.
Penulis surat mengatakan bahwa dirinya menderita penyakit akut karena suatu "kutukan", tersiksa oleh gangguan saraf yang parah. Ia sangat merindukan pertemuan dengan sahabat terbaiknya, satu-satunya teman dekat pribadi, berharap sang teman bisa datang menginap beberapa waktu agar mungkin kondisinya membaik.
Surat ini memang menunjukkan tanda-tanda gangguan mental di antara baris-barisnya, beberapa bagian sulit dipahami karena tangan penulis yang gemetar atau kalimat-kalimat kacau yang tercipta dalam pikirannya.
Meski tidak melihat petunjuk jelas, Yongzhe Wudi tetap menyimpan surat itu dan membawanya. Setelah menyapu pandangan terakhir ke sekitar ruangan, ia pun berpaling pergi.
……
Sebuah terowongan batu yang gelap gulita.
Sinar senter tiba-tiba menyala, menerangi sebagian kecil jalan di depan. Begitu melihat pemandangan di hadapannya, Feng Bujue langsung bergumam, "Masalah rumah ini serius... Ini Istana Iblis ya? Ruang kacau plus teleportasi?"
Sebenarnya beberapa menit sebelumnya, dia tidak bermaksud menyelinap diam-diam dari belakang Xiaotan dan Long Ge. Ia hanya mendekati satu dinding di ruang tamu untuk melihat lebih dekat sebuah lukisan yang tergantung...
