Proses meninggalkan rumah besar berjalan lancar di luar dugaan. Setelah lingkaran magis kehilangan efeknya, Roderick Mansion berubah menjadi rumah biasa. Sepanjang perjalanan, perubahan yang jelas terlihat adalah lukisan di dinding berubah menjadi coretan acak, mirip cat yang tercampur aduk. Halusinasi dan distorsi ruang pun lenyap. Kelima orang segera kembali ke ruang tamu di pintu depan lantai satu.
Kali ini, pintu langsung terbuka ditendang Long Aomin. Angin dingin menerpa di luar. Meski saat ini di luar seperti neraka beku, mereka takkan berlama-lama di rumah ini.
Begitu rombongan keluar dari rumah, sistem mengumumkan: 【Tugas saat ini telah selesai, misi utama telah tercapai seluruhnya】
Feng Bujue yang masih mengangkat mayat Madeline Usher mendengar notifikasi lain:【Misi tersembunyi telah selesai】
"Cukup dibawa keluar rumah saja rupanya..." ujar Feng Bujue sambil meletakkan mayat Madeline di tanah.
Tak lama setelah diletakkan, mayat itu mulai membusuk dengan cepat dalam kecepatan yang terlihat oleh mata. Dalam sekejap berubah menjadi kerangka, lalu perlahan berpasir menjadi debu.
Asap tipis yang nyaris tak kasat mata melayang ke kejauhan, larut dalam langit merah darah.
【Anda telah menyelesaikan quest ini, akan teleportasi otomatis dalam 180 detik】
“Kerja sama yang menyenangkan, kalian bertiga.” Beiling tersenyum riang.
“Hm, kerja sama yang baik.” Kata Feng Bujue.
Long Aomin merenggangkan badan dan menghela napas: “Huh... Quest kali ini benar-benar menyesakkan, isinya cuma hal-hal menyeramkan. Rating Ketakutanku pasti jelek kali ini.”
“Kak Long, kamu masih memikirkan Rating Ketakutan? Aku hampir selalu dapat nilai 'Gemetar Ketakutan' dan 'Jiwa Melayang', hanya sekali dapat 'Panik Tak Terkendali’!” Kata Xiaotan.
“Selamat tinggal.” Hanya itu kata Shiryu dengan datar. Ia menepuk bahu Beiling sebagai isyarat untuk keluar dari quest, lalu menghilang dari pandangan.
Beiling melambaikan tangan pada ketiganya: “Dah.” Lalu menatap Xiaotan dengan kesal: “Eh, terima kasih untuk sentermu.”
Sebelum Xiaotan sempat merespons, tubuhnya telah berubah menjadi cahaya putih dan menghilang.
Feng Bujue berkata: “Kita juga teleportasi saja, hitung hadiah lalu masuk ke quest berikutnya.”
Long Aomin menjawab: “Saudara Feng, malam ini cukup sampai sini. Waktu koneksiku diatur sampai pukul sebelas lewat empat puluh. Sebelummu online, aku sudah main lebih dari 10 jam. Quest ini memakan waktu 3 jam lebih. Kalau lanjut besok pasti pusing.”
“Baiklah.” Kata Feng Bujue: “Kalau begitu Kak Long istirahat dulu, kami berdua akan lanjut.”
Feng Bujue dan Wang Tanzhi berpamitan dengan Long Ge. Ketiganya pun meninggalkan quest secara bergantian.
“Angin musim gugur menerpa rumah besar di tepi kolam gunung ini, dunia ini masih tetap suram, muram, dan sunyi.”
“Bulan darah di langit perlahan tenggelam, pada saat tergelap sebelum fajar, pintu gerbang Rumah Usher sekali lagi ditutup secara tiba-tiba oleh kekuatan tak kasat mata...”
……
Long Aomin hanya melihat sekilas konten penyelesaian lalu langsung log out. Bagaimanapun juga hadiah dari sistem penyelesaian bisa diambil kapan saja sebelum quest berikutnya dimulai, untuk sementara bisa dibiarkan di ruang log-in. Di layar terlihat setelah dia meninggalkan tim, namanya di daftar teman juga berubah menjadi abu-abu.
Feng Bujue bahkan belum sempat melihat konten penyelesaian ketika dia menyadari ada dua permintaan pertemanan. Setelah diklik, benar saja yang mengirim adalah nickname "Seperti Hujan yang Menjauh" dan "Tulang Tertawa Sedih".
Pada saat yang sama, suara antusias Wang Tanzhi kembali bergema di channel tim: "Kak Jue!"
"Aku tahu, mereka menambahmu sebagai teman." Kata Feng Bujue langsung.
"Kok kamu tahu lagi?" Xiao Tan bertanya, "Oh iya... pasti mereka juga menambahmu."
"Dari reaksi hebohmu juga bisa ditebak." Kata Feng Bujue, "Biasa saja kok."
"Ada cewek cantik yang aktif nambahin pertemanan, kamu tidak excited?" Wang Tanzhi malah balik bertanya dengan nada sok benar.
"Masa sebagai pria tampan kaya raya... kok bisa sekasar ini." Feng Bujue berkata, "Lagipula, meski di dunia nyata wajah mereka seperti labu jelek, di game bisa diubah jadi cantik."
"Kak, kalau selalu berpikir seperti itu tentang orang lain, kamu akan menghabiskan hidup dalam kesendirian..."
“Berapa lama lagi sisa hidupku masih tanda tanya, masa masih memikirkan kesepian atau tidak?” Feng Bujue berkata: “Dan sejak usia sepuluh tahun aku sudah yakin, hanya dengan mempertimbangkan skenario terburuk, kita bisa menghadapi semua masalah dengan tenang.” Ucapannya memang sangat kalem saat itu: “Lihat saja saat kedua orang tuaku meninggal, atau ketika tahu diriku mengidap penyakit mematikan tak dikenal, betapa tenangnya reaksiku.”
“Heh... hehe... baiklah...” Wang Tanzhi mengernyitkan bibir, tak bisa membantah.
“Tapi bicara soal itu, Si Nüxia itu memang sangat hebat. Murni dari kemampuan bertarung, hanya dengan beberapa jurus yang ditunjukkannya, aku yakin... dia lebih kuat dari Long Ge.” Feng Bujue melanjutkan sambil menerima dua permintaan pertemanan: “Sejauh ini jumlah pemain yang kita temui masih terbatas, dan sejauh ini dia pasti pemain terkuat yang pernah kulihat.”
“Lalu di ronde berikutnya mau mengundang mereka untuk tim bersama?” tanya Wang Tanzhi.
“Tentu tidak.” Feng Bujue menjawab: “Baru saja kukatakan jumlah pemain yang kita temui terbatas, eh kau langsung usul sesuatu yang malah membuat kita lebih sulit bertemu pemain baru.”
“Oh, iya...” Wang Tanzhi mengangguk: “Kalau berempat dalam tim, paling hanya bisa bertemu dua pemain asing, bahkan mungkin tidak sama sekali.”
“Pokoknya... aku cek settlement dulu, akan kupanggil setelah selesai. Istirahatlah sebentar.” kata Feng Bujue.
“Oke.” Wang Tanzhi menjawab: “Aku juga mau lihat settlement-ku.”
……
Di waktu yang sama, ruang login Si Yuruo Li.
Ia sedang berkomunikasi dengan Beiling Xiaogu.
"Bibi, di sini aku lihat mereka semua sudah menyetujui permintaan pertemanan, hmm... Si Long Ge itu langsung offline tidak lama setelah menyetujui."
"Sama." Jawab Siyu.
"Eh-eh, bibi, kan sudah tahu ya?" Tanya Beiling.
"Maksudmu Feng Bujue itu?"
"Iya, dia novelis, namanya ada 'Bujue'-nya lagi. Katanya dia tidak terlalu terkenal, semua cocok dengan si Bujue itu."
"Mungkin. Tapi nama yang dipakai di game tidak bisa dijadikan patokan." Siyu membalas: "Meski mengklaim diri sebagai 'Sastrawan besar'... Memang gaya khas Bujue. Saat kutanya apakah dia novelis, justru temannya yang polos itu yang menjawab duluan... Tapi tetap tidak bisa dipastikan."
"Hehe... Kalau benar?" Beiling tersenyum licik.
"Kalau iya ya sudah, ngapain ketawa?" Siyu menyahut.
"Bibi, kan fansnya dia? Bukankah bertemu idolanya jadi impian setiap fans?"
"Aku hanya suka karya novelnya." Siyu menjawab dengan nada datar, tanpa berusaha membela diri: "Aku tidak tahu apa-apa tentang pribadinya, mana bisa disebut 'idola'." Dia berhenti sejenak: "Lagipula, kalau benar seperti katamu... justru lebih baik aku tidak mengenalnya."
Beiling menggeleng-gelengkan kepala di ruang virtualnya, bergumam: "Hmm... Jadi... kekaguman adalah perasaan terjauh dari pengertian ya?"
"Kau pikir dengan berkata serius, aku tidak tahu ini mengutip perkataan Aizen?" Suara Siyu terdengar dingin tanpa ampun membongkar kebohongan Beiling.
"Hmph... Lagipula itu idolamu, bukan aku. Siapa tahu nanti dia malah menjauhimu karena wajahmu yang jelek ini, hehe..." Beiling menjulurkan lidah membuat muka konyol ke monitor, meski lawan bicaranya sama sekali tidak bisa melihatnya...
"Aku hanya tidak ingin terlalu mencolok, tapi sepertinya gagal." Siyu berkata: "Menunjukkan kekuatan yang terlalu kuat juga akan membuat banyak orang mengirim permintaan pertemanan... Sayangnya penampilan tidak bisa diubah lagi setelah satu Quest, seharusnya kubuat jadi sangat jelek agar bisa mencegah gangguan sepenuhnya."
……
Ruang istirahat Studio Order.
Yongzhe Wudi duduk murung sambil menyeruput kopi. Giliran Mode Tidurnya sudah selesai, setelah istirahat satu jam dia harus masuk ke Mode Non-Tidur.
"Ada apa, Kak Wudi? Mati di Quest?" Seorang pemuda kurus berusia 16-17 tahun duduk di sofa sebelahnya. Dia juga salah satu pemain studio dengan ID game: 【Tuntian Guixiao】.
"Di dalam studio, para staf biasanya saling memanggil dengan nama dalam game mereka karena ID mereka di semua game sudah tetap, seperti nomor pegawai di kantor. Studio top seperti 'Zhìxù' (Order) umumnya tidak perlu khawatir nickname anggota sudah dipakai saat masuk game. Mereka selalu login di detik pertama server dibuka. Kadang mereka bahkan membayar perusahaan game untuk reservasi ID khusus ini."
"Ah... mati sih nggak masalah, itu kesalahanku sendiri. Aku langsung ikut quest lain. Eh taunya setelah selesai, quest yang gagal tadi malah sudah selesai - dilalui tiga pemula plus dua cewek. Poin XP yang kudapat sedikit banget, artinya kontribusiku hampir nggak ada..."
"Terus gimana ceritanya?" Guixiao bertanya.
"Aku juga sedang mikirin itu," jawab Yongzhe Wudi. "Jangan-jangan kita dikibulin orang pura-pura lemah... Si pemula level 11 'Feng Bujue' itu mungkin pura-pura bodoh biar kupikir dia beban, lalu bertindak sendiri..."
"Oh... aku ngerti. Awalnya lu nganggap orang lain mengganggu, tapi akhirnya malah diri sendiri yang kelebihan." Guixiao menyeringai.
"Lu ini di pihak mana sih?!" bentak Yongzhe Wudi.
"Haha... udah, nggak usah dilanjutin." Guixiao berdiri sambil tertawa. "Aku pulang tidur dulu ah."
"Loh? Shift giliranmu sudah selesai?" tanya Yongzhe Wudi.
“Tidak, ketua tim yang menyuruhku berhenti latihan, memberiku libur sehari.” jawab Guixiao.
“Apa? Di hari-hari tes tertutup ini? Memberimu libur?” Warrior Supreme membelalakkan matanya: “Kau juga sudah level 20?”
“Level 15.” Guixiao mengangkat bahu: “Ceritanya begini... Aku membunuh Wu Ju Ge dan dua pengawalnya di mode【Game Pembantaian】, lalu mereka mengeluh ke ketua tim bilang aku tidak mau membantu mereka meningkatkan level penguasaan spesialisasi.” Dia tertawa: “Ah... orang dewasa jaman sekarang... tidak bisa menerima kekalahan.”
