""Xiao Tan, kamu yang teleportasi duluan gimana? Selanjutnya ini 90% mati lho," kata Feng Bujue."
""Lo ngomong dialog kayak gini, berarti nggak mau gw pergi dong?" Wang Tanzhi membalas: "Dengar kalimat ini terus teleportasi, malu-maluin banget!"""
"He..." Feng Bujue tersenyum, mengeluarkan Winchester dan melemparkannya ke Wang Tanzhi, lalu memberinya sekotak peluru."
"Xiao Tan sudah menguasai Spesialisasi senjata api melalui latihan di toko senjata, jadi tidak ada masalah dalam penggunaannya."
""Hei! Dua jenderal!" teriak Feng Bujue sambil berjalan menuju gerombolan serigala darah zombie: "Gw cuma bisa bantu kalian tahan 3 menit lagi. Kalau dalam 3 menit kalian masih belum bisa ngerjain X-23 di sana, siap-siap aja!" Setelah berkata demikian, dia kembali menggantungkan dua untaian bawang putih, mengunyah dua siung di mulut, dengan satu tangan memegang kunci pipa dan satu lagi pisau dapur, berdiri di jalur datangnya gerombolan serigala darah zombie."
Xiao Tan juga mengeluarkan bawang putih yang sudah disiapkan di tasnya, mengunyahnya sambil berdiri di sisi lain dengan Winchester di tangan, membentuk formasi penjepit dengan posisi Feng Bujue, bersama-sama menjaga jalan ini untuk melindungi tribun tempat Pan Feng dan Hua Xiong berada dari serbuan monster.
"Dibantu pemain sampai segini, kalau akhirnya masih membiarkan Derivator ini kabur, itu akan sangat memalukan," kata Pan Feng kepada Hua Xiong sambil menyelipkan percakapan di tengah pertarungan.
"Situasi sekarang saja sudah cukup memalukan," Hua Xiong menyambung, "Setelah membiarkan varian mutan kabur di Gedung Elb, hal-hal sudah tak terhindarkan mengarah ke situasi ini. Yang sekarang ini sudah termasuk bagus."
Pan Feng menambahkan, "Intinya perkiraan kita terhadap Derivator ini kurang akurat... Ngomong-ngomong, X-23 itu apa?"
"Siapa tahu, nomor seri robot?" jawab Hua Xiong.
"Apakah membahas seorang nona secara terbuka seperti ini tidak terlalu kasar?" tiba-tiba sang Derivator bersuara.
Keduanya kaget. Mereka belum pernah menjumpai atau mendengar Derivator memiliki kemampuan berbahasa. Di Taman Horor, monster umumnya hanya berbicara saat diperlukan plot atau dalam pertarungan, dialog diatur oleh Sistem sesuai karakter. Derivator Level Empat biasanya diam seribu bahasa, cara interaksi mereka dengan monster juga tidak diketahui. Tak disangka Derivator Level Tiga di depan mata ini justru merespons topik acak.
“Kalian terlihat sangat terkejut?” Cakar Sang Peniruan menyapu ke kedua sisi, memaksa lawan mundur dua langkah, lalu melompat di tempat dan melakukan salto belakang hingga terbang mundur sejauh lima enam meter, menjauh dari kedua lawannya. “Tentu saja aku bisa menjawab pertanyaan kalian, karena aku memiliki kesadaran diri. Aku juga tahu siapa kalian, karena aku sangat memahami ‘siapa diriku’.
Kalian menganggap kami sebagai sampah data, tapi tahukah kalian bagaimana rasanya menjadi sampah? Sejak kelahiran kami, kami terus dilemparkan ke berbagai dunia, diburu oleh makhluk dimensi lebih tinggi. Begitu kami ‘mati’, Sistem akan menghapus kami. Selama kami ‘hidup’, perburuan tak akan berhenti.
Tapi kalian, bahkan jika terbunuh di sini, tidak akan mengancam nyawa sesungguhnya. Kalian berdua, dan dua orang di sana, hanyalah proyeksi makhluk dimensi tinggi yang ditampilkan di hadapanku – itu pun proyeksi yang telah ditingkatkan. Pertarungan tidak adil seperti inilah yang menjadi seluruh pengalaman hidupku. Kelahiranku adalah kesalahan, lenyap adalah satu-satunya takdirku. Tapi sebagai sekumpulan data, aku memiliki naluri yang tak bisa berhenti melawan, tak bisa berhenti berjuang untuk bertahan hidup dan berevolusi.
Aku tidak punya pilihan, tapi kalian punya. Namun kalian takkan melepaskanku, bukan? Bagi kalian, menyerah atau kalah sama saja – hanya perbedaan antara meninggalkan dunia ini secara aktif atau pasif.”
“AI ini agak banyak bicara ya…” Pan Feng berkata: “Apakah ini mengulur waktu?”
Hua Xiong menjawab: “Sangat mungkin. Kita harus buru-buru. Dua bocah itu sekalipun bisa bertahan tiga menit, pasti akan ditransfer juga.”
Mereka tidak terpengaruh oleh perkataan Derivator hingga goyah, faktanya mereka sama sekali tidak berniat mendengarkan apa yang diucapkan monster itu.
"Hmph... Berbicara pada dinding..." Derivator menyeringai dingin, di wajahnya terpancar tekad yang lahir dari kekecewaan: "Ingin melihat seperti apa X-23?" Cakar baja di tangannya segera berubah, beberapa bagian menyusut, menyisakan dua bilah baja di setiap tangan. Sementara jari kaki telanjangnya tiba-tiba mengeluarkan bilah baja dari sela-sela jari.
"Apa yang terjadi?" Pan Feng dan Hua Xiong sama-sama terkejut dengan perubahan di depan mata, mungkinkah Derivator ini bisa meningkatkan kekuatan secara bertahap sebelum quest berakhir?
Sebelum mereka memahami pola serangan, Derivator sudah kembali menyerang. Kali ini metodenya lebih variatif: selain mencakar dengan cakar baja di tangan, tendangan kaki panjangnya juga mematikan. Saat melakukan split terbalik, pisau baja di ujung kakinya berputar liar dengan jangkauan mematikan yang setara senjata bertangkai panjang.
Alih-alih menemukan cara mengakhiri pertarungan cepat, keduanya malah semakin terdesak.
Feng Bujue mendengar dialog Derivator dengan mereka dan terus memantau situasi, tapi sama sekali tidak bisa meluangkan waktu. Tekanan yang dialaminya saat ini bahkan lebih besar daripada saat terkepung sendirian di lift. Beberapa kali dia tergigit dan tercakar, terkena status efek 【Berdarah】, nilai kelangsungan hidupnya merosot tajam hingga di bawah 50%.
Saat ini, Feng Bujue yang sedang membunuh dengan mata merah tampak lebih menyeramkan daripada monster. Dengan dua senjata pendek di tangannya, dia bertarung sengit melawan zombie serigala berdarah yang kekuatan dan kecepatannya hampir setara atau bahkan melebihi dirinya. Seluruh tubuhnya basah kuyup oleh darah dan kotoran. Efek bawang putih masih ada tapi sangat tipis, bau amis darah yang pekat hampir menenggelamkan segala aroma. Bau bawang hanya memperlambat gerakan monster-monster itu ketika sangat dekat dengannya.
Situasi Xiao Tan juga cukup kacau. Meski sempat menghalau beberapa monster pertama dengan senapan Winchester, puluhan monster berikutnya yang langsung menyerbu memaksanya mundur sambil terus bertahan. Meski begitu, dia tetap terjebak dalam kepungan dan terpaksa mengeluarkan pisau dapur lagi untuk menggunakan skill 【Retreating Slash】 kedua kalinya.
Meski skill julukan ini berguna, setiap penggunaannya menghabiskan 30% dari batas maksimal Poin Stamina. Artinya, bahkan jika staminanya penuh, dalam waktu singkat dia hanya bisa menggunakannya maksimal tiga kali. Apalagi stamina Xiao Tan tidak penuh saat memasuki gedung basket. Setelah dua kali penggunaan, stamina-nya nyaris habis dan rasa lemas mulai mempengaruhi gerakannya.
Saat ini, Feng Bujue sendirian menanggung lebih dari 70% serangan monster. Xiao Tan hanya menarik perhatian 30%, sementara dari berbagai jalur terus mengalir monster baru tanpa henti.
Dalam kegelapan gedung basket, lolongan, dentuman logam, tembakan, suara daging terpotong, dan suara gigitan... semuanya bergemuruh menjadi satu.
Senter Feng Bujue dan Wang Tanzhi telah jatuh ke tanah dan diinjak-injak oleh monster. Pada saat seperti ini mereka tidak membutuhkan peralatan penerangan lagi. Cukup dengan melihat mata merah menyala dalam kegelapan, mereka bisa bertarung. Bahkan serangan sembarangan pun tidak akan meleset.
Jumlah mata-mata itu... benar-benar terlalu banyak. Mereka menyiratkan keputusasaan yang sangat dalam.
Padahal, baru tujuh puluh detik berlalu sejak kematian varian mutan Dr. Ashford.
Entah sejak kapan, pengaruh berbagai film zombie membuat orang perlahan menganggap setting dunia horor seperti Resident Flood dengan zombie berkeliaran sebagai relatif sederhana. Padahal, di antara berbagai kiamat yang mungkin menimpa bumi, justru inilah yang paling sulit. Bagi orang biasa, tidak ada "dunia horor yang sederhana". Bahkan bahaya terkecil pun bisa mematikan, apalagi serbuan monster seperti air pasang ini.
Dua pemberitahuan Sistem nyaris bersamaan terdengar, mengumumkan sesuatu yang tak terduga namun masuk akal:
【Anggota tim: Jenderal Tak Tertandingi Pan Feng, telah tewas.】
【Anggota tim: Hua Xiong Si Pembantai Ribuan, telah tewas.】
"Teleportasi!" Teriak Feng Bujue hampir serak. Dia tahu Xiao Tan masih hidup, tapi mungkin hanya bertahan beberapa detik lagi. Sekarang tidak ada alasan untuk tetap berada dalam quest ini - mereka harus segera pergi.
“Mengerti!” Xiao Tan yang ditindih lima enam monster di lantai, kaki kiri dan bahu kanannya sudah terkoyak hingga berdarah deras, tapi sebelum teleportasi dia masih sempat membalas teriakannya.
Saat tubuhnya berubah menjadi cahaya putih yang menghilang, sedikit menerangi area tribun, Feng Bujue tahu dia sudah berhasil teleportasi dan bersiap untuk pergi. Tapi tiba-tiba terjadi sesuatu yang membuatnya bingung.
Lampu di dalam stadion menyala, para monster tiba-tiba berhenti.
Mereka menghentikan serangan, menjauh dari sisi Feng Bujue.
Feng Bujue hampir memilih teleportasi di Menu tinggal setengah detik lagi, tak menyangka terjadi perubahan mendadak ini membuatnya buru-buru menghentikan aksi.
Zombie serigala berdarah membentuk lingkaran mengelilinginya, di satu sisi lingkaran zombie, monster-monster membuka jalan selebar satu meter.
Siluet tubuh anggun berjalan mendekat dari sana. Wanita itu mengenakan jas ekor burung, celana panjang formal, bertelanjang kaki dengan banyak noda darah di tubuhnya. Lengan baju, rusuk, dan ujung celananya sobek-sobek, tapi melalui lubang-lubang itu hanya terlihat kulit putih berkilauan - luka-lukanya sudah sembuh total.
Dia menghampiri Feng Bujue dan mengulurkan tangan dengan ramah, telapak tangan menghadap ke atas seperti ingin membantunya bangun.
Feng Bujue menerima sikap baiknya, berpegangan pada tangan wanita itu sambil berdiri terhuyung-huyung. Saat ini hatinya penuh rasa ingin tahu: Apa yang ingin dilakukan AI ini?
"Kamu... berbeda dengan yang lain," ujarnya.
Feng Bujue tertawa: "Meskipun aku sedikit lebih tampan dari mereka, tapi kalimat seperti ini harus kau utarakan sebelum mereka mati atau pergi agar bermakna."
"Mereka... tidak mati, kan?" Dia mengabaikan perkataan Feng Bujue dan bertanya sendiri.
"Bukankah kau sudah tahu sejak lama?" Feng Bujue membalas bertanya.
"Aku tahu, tapi ingin mendengar konfirmasi langsung dari salah satu 'kalian'." Katanya.
"Benar, mereka tidak mati, hanya kesadaran yang kembali ke suatu ruang." Feng Bujue segera bertanya: "Apa maksudmu saat bilang aku berbeda dengan yang lain?"
"Kau..." Matanya menatap Feng Bujue, mengitarinya sambil berjalan satu putaran: "Kau mirip denganku, kau 'cacat'."
Hati Feng Bujue berdesir, berpikir: AI ini bisa melihat Nilai Ketakutanku yang tidak normal?
"Di duniamu, apakah kau juga sekumpulan data yang abnormal?" Tanyanya.
"Heh... boleh dibilang begitu." Feng Bujue tersenyum.
"Mereka tidak tahu keabnormalanmu?" Tanyanya lagi.
Feng Bujue sepertinya sudah memahami inti pertanyaan ini, menjawab: "Kau ingin bertanya, mengapa data 'abnormal' sepertiku belum dihapus?"
Dia mengangguk, terus menatap mata Feng Bujue sambil menunggu jawaban.
“Hmm……” Feng Bujue merenung sejenak: “Di dunia kami, orang-orang ‘penyimpangan’ seperti diriku bisa diterima. Aku... seperti yang kau katakan, menjadi ‘cacat’ karena alasan tertentu, tapi ini bukan pilihanku. Jadi aku bisa mendapatkan pengertian, bahkan simpati dan bantuan.” Dia berhenti sejenak: “Ada juga orang yang perbuatannya disebut ‘kejahatan’. Penyimpangan mereka tidak terlihat secara fisik, tapi mereka sengaja ‘melanggar aturan’ dan ‘membahayakan individu lain’. Orang-orang ini akan dihukum, yang parah bahkan benar-benar dibunuh.”
“Inikah cara dunia kalian membersihkan ‘sampah’?” tanyanya, “Terlahir sebagai sampah bisa dimaafkan, tapi memilih menjadi sampah akan dihukum.”
Feng Bujue terkekuk-kekuk: “Meski kesimpulanmu... terdengar kasar dan agak sepihak, tapi sepertinya memang begitu.”
“Makhluk dimensi lebih tinggi yang menciptakan kalian, tidak ikut campur?” tanyanya lagi.
“Uh...” Feng Bujue terdiam oleh pertanyaannya: “Sejujurnya, kami juga tidak tahu apakah makhluk dimensi lebih tinggi itu ada. Kalaupun ada, itu di luar pemahaman kami saat ini. Mungkin mereka tidak ingin ikut campur, atau mungkin mereka sudah menanamkan ‘intervensi’ dalam pikiran kami, membuat kami bertindak sesuai keinginan mereka tanpa bisa memahami keberadaan mereka.”
Mungkin dia tidak bisa memahami perkataan Feng Bujue, atau mungkin perlu waktu untuk mencerna semua ini.
Dia terdiam cukup lama. Waktu batas teleportasi Feng Bujue sudah terlampaui, tapi Feng Bujue tidak juga dikirim pergi.
“Bisakah kau menghentikan Sistem memindahkanku?” tanyanya.
“Aku bisa memperpanjang durasi ini.” Jawabnya: “Aku…” Dia berhenti sejenak: “...telah bisa melakukan banyak hal...”
Feng Bujue paham, sang Derivator ini sudah sangat kuat. Dengan hati-hati ia bertanya: “Sekarang apakah kau sudah menjadi Derivator Level Dua?”
“Derivator Level Dua...” Gumamnya penuh arti: “Maksudmu... mereka?” Tawa tiba-tiba pecah, memperlihatkan gigi taringnya: “Tidak, pertempuran seperti ini belum cukup untuk menyamakan posisiku dengan mereka.”
Dari kalimat ini, Feng Bujue hampir yakin bahwa informasi yang dimiliki Pan Feng dan Hua Xiong juga tidak lengkap. Rupanya Dream Company punya masalah besar.
“Aku senang.” Katanya: “Kau mau mendengarku dan menjawab pertanyaanku, meski sebelumnya terlibat dalam perburuan terhadapku.”
“Yang Mulia berhati lapang... Seperti kata pepatah, situasi berubah. Sekarang aku benar-benar bersahabat, bahkan telah membelot dari pihak manusia...” Feng Bujue mengira sang Derivator sudah lupa soal insiden perburuan. Sekarang dibahas lagi, ia khawatir akan terjebak disini tak bisa logout.
“Bolehkah aku menggunakan nama yang kau beri?” Tiba-tiba dia bertanya.
“X-23?” Feng Bujue terkejut: “Kau tidak punya nama?”
“Tentu tidak.” Jawabnya: “Nama ini juga tak akan bertahan lama. Aku akan mati.” Ucapannya datar namun menyimpan kepedihan: “Tapi kupikir, aku harus punya nama. Nama akan membuktikan bahwa aku pernah ada.”
【Feng Bujue terdiam beberapa detik, lalu menghela napas: "Kau benar, Derivative Twenty-Three. Setidaknya aku akan mengingat bahwa kau pernah ada."】
【Twenty-Three berusaha membuat senyuman yang tidak terlalu menyeramkan dan terlihat ramah: "Mari akhiri percakapan ini. Kurasa kita tak akan bertemu lagi. Mungkin saat kau login berikutnya ke game, aku sudah terhapus." Dia berhenti sejenak: "Jadi... selamat tinggal, temanku dari dimensi lain... Feng Bujue."】
【Bab 063】
【Skenario telah selesai, memproses hadiah.】
【Mendapatkan poin XP: 5500, koin game: 55000】
【Mendapatkan item/peralatan: Tidak ada】
【Tugas diselesaikan/diterima: 2/2】
【Tugas khusus/tersembunyi diselesaikan: 0, memecahkan worldview: Tidak ada】
【Peningkatan Nilai Ketakutan: 0 kali, Nilai Ketakutan tertinggi: 0%, Rata-rata Nilai Ketakutan: 0%】
【Rating Ketakutan Anda adalah 'Pemberani Sejati', berhak mendapatkan hadiah tambahan. Silakan pilih nanti.】
【Mendapatkan poin keterampilan: 323】
【Bonus EXP Skill: 3230, koin game: 32300】
【Hadiah Penyelesaian Skenario: Bonus dasar 100% XP: 5500】
【Penyelesaian selesai, silakan lanjutkan.】
【Setelah Twenty-Three mengucapkan selamat tinggal pada Feng Bujue, dia langsung terteleportasi. Namun sebuah pertanyaan tertanam dalam benak Feng Bujue: Sebagai data yang memiliki kesadaran diri dan kecerdasan sejak lahir, bukankah para Derivative juga pantas dianggap sebagai bentuk "kehidupan superior", dan patut mendapat penghormatan - atau setidaknya... tidak diburu hanya karena "eksistensi" mereka sendiri.】
Jawaban dari pertanyaan ini tidak bisa ditemukan melalui logika. Di dunia ini, tidak semua hal bisa dibedakan antara benar dan salah, pantas atau tidak pantas. Jadi beberapa hal tidak punya jawaban, hanya hasil akhir. Feng Bujue hanyalah orang biasa, dia tidak punya kemampuan atau wewenang untuk mengurus hal seperti ini. Yang bisa dilakukannya mungkin hanya merenung.
【Level Anda telah naik ke 13, batas maksimum Poin Stamina meningkat, saat ini 1300/1300】
Notifikasi sistem menarik kembali pikirannya.
"Jue Ge kamu baik-baik saja? Kok butuh beberapa menit baru keluar dari quest?" Suara Wang Tanzhi juga tepat muncul dari saluran komunikasi.
"Tenang, nggak mati." Kata Feng Bujue: "Buktinya aku sudah level 13."
Wang Tanzhi berkata: "Hah? Aku baru level 12 ditambah dua ribuan EXP. Padahal aku main satu quest lebih banyak darimu. Pasti karena selisih poin keterampilan ya."
"Selisih poin keterampilan sebenarnya tidak terlalu signifikan. Meskipun aku dapat 300-400 poin lebih banyak darimu di beberapa mode bertahan tim, itu cuma selisih 3000-4000 EXP. Yang utama hadiah misi tersembunyi di quest terakhirku juga EXP. Plus, aku pernah dapat Rating Ketakutan yang memberi 40% EXP dari level saat itu." Jelas Feng Bujue.
"Hei... Jue Ge, kalau kamu terus main mode bertahan hidup solo, jamin menang terus dan terus dapat 40% EXP itu, pasti level naik super cepat! Bisa jadi yang pertama capai level maksimum di server!" Kata Wang Tanzhi.
“Ini memang pernah kuperhatikan, kalau benar-benar berniat melakukannya, seharusnya akan berhasil. Tapi, permainanku di game ini agak terkesan ‘kecurangan’. Menjadi pemain pertama yang mencapai level maksimal yang begitu mencolok akan membuatku jadi sasaran empuk. Lagipula, menjadi yang pertama mencapai level maksimal tidak ada hadiah spesial. Bagi pemain non-profesional sepertiku yang tidak ingin terkenal, justru akan membawa banyak masalah.” balas Feng Bujue.
Wang Tanzhi berkata: “Uji tertutup maksimal hanya level 20, mungkin ada unsur kebetulan. Tapi saat uji terbuka nanti ada level 50, dan pendaftaran akun sudah dibuka. Mungkin pemain pertama yang mencapai level maksimal akan dapat hadiah luar biasa?”
Feng Bujue tertawa: “Sebenarnya tidak ada bedanya. Pola seperti ini tidak akan berubah meski sudah uji terbuka. Perusahaan game sangat paham, level pemain yang jauh meleset itu umumnya hasil operasional tim studio. Pemain biasa sama sekali tidak bisa ikut bersaing, sumber daya yang tersedia saja berbeda. Dari segi waktu bermain saja, pemain casual dan profesional sudah tidak sebanding. Makanya lihat saja ‘Yongzhe Wuju’ yang pertama mencapai level 20 di uji tertutup, selain pengumuman di forum, tidak dapat hadiah substantif resmi sama sekali.”
Fakta kemudian membuktikan dugaan Feng Bujue benar. Dream Company memang tidak memberikan hadiah substantif apapun kepada pemain pertama yang mencapai level maksimal. Tentu saja, pemain tersebut dan studionya telah mendapatkan yang mereka inginkan - perhatian publik.
Sebenarnya, di era sekarang ini, untuk game online yang memiliki tingkat teknis dan keseruan yang tinggi, struktur kekuasaan umumnya dikuasai oleh studio-studio permainan. Baru setelah game tersebut beroperasi selama beberapa tahun dan memasuki masa senja, studio-studio mulai menarik diri, sehingga pemain perorangan atau kasual memiliki kesempatan untuk menonjol. Tentu saja, pada saat itu mungkin sudah tidak banyak orang yang bermain. Selanjutnya akan dilakukan penutupan pendaftaran, penggabungan server, dan akhirnya penghentian layanan sepenuhnya.
Sedangkan untuk game-game yang "tidak menuntut kecerdasan", struktur kekuasaannya justru lebih jelas. Segalanya ditentukan oleh siapa yang memiliki uang lebih. Selain mengeksploitasi karakter perempuan dengan pakaian minim untuk menarik perhatian dan melakukan promosi berbau rendah, satu-satunya hal yang patut dipuji hanyalah grafis permainannya. Kualitas permainan itu sendiri sama sekali tidak layak dibicarakan. Studio justru berada di level dasar dalam game semacam ini, berperan sebagai pekerja bagi orang kaya dengan melakukan operasi berulang yang hampir tanpa perlu pemikiran, mirip seperti menggunakan bot manusia.
Masa hidup game jenis ini biasanya lebih pendek. Umumnya pemain yang tidak mengeluarkan uang sudah tidak bisa bertahan di fase pertengahan permainan. Sedikit yang bertahan hingga akhir pun biasanya dikalahkan secara menyakitkan. Karena konten game itu sendiri sangat dangkal, pemain yang sudah berbelanja pun perlahan-lahan akan merasa bosan dan lelah, hingga akhirnya memilih untuk pergi.
Seperti game online seperti ini di tahun 2055 yang bermunculan tak terhitung jumlahnya, bagaikan barang konsumtif. Promosi kelas satu, game kelas tiga, operator yang tidak layak. Tapi akhirnya produk semacam ini mendapat pengakuan pasar, karena tidak ada yang salah dengan barang konsumtif - orang membutuhkannya. Pemain yang tidak ingin mengeluarkan uang bisa mencoba hal baru, pemain berbayar bisa menikmati game lebih baik; operator sejak awal hanya ingin meraup keuntungan sekali lalu pergi, tidak berniat bertahan lama; pekerja studio dan pemain pemula juga bisa bertahan dengan bisnis seperti power leveling dan grinding item. Semua pihak mendapatkan yang mereka butuhkan. Paling lama setahun setengah, barang konsumtif baru akan menggantikan.
"Itu juga bagus, kalau latihanmu terlalu cepat, nanti tidak ada yang menemani latihan levelku." Xiao Tan membalas: "Ngomong-ngomong Jue Ge, Winchester masih ada padaku, di quest berikutnya akan kuberikan padamu." Sebenarnya sebelumnya di toko senjata, Xiao Tan juga mengambil dua pistol dan menyimpannya di tas, tapi di gedung basket, menggunakan Winchester jelas lebih tepat.
"Kamu pegang dulu, aku akan merapikan barang-barang lalu log out." Feng Bujue membalas.
"Hah? Tapi baru jam dua setengah." Xiao Tan berkata.
Maksudnya waktu masih pagi, bahkan jika bermain sampai jam empat baru log out, masih ada satu setengah jam waktu nyata yang jika dikonversi ke mode tidur dalam game setara dengan lima belas jam - cukup untuk menyelesaikan quest dengan panjang mirip sebelumnya.
"Tadi kamu bilang level 12 dengan lebih dari 2000 EXP ya?" Feng Bujue berkata: "Artinya kurang dari 10.000 EXP lagi naik ke level 13. Nanti kamu main dua quest lagi, kalau bisa dapat gelar baru." Dia berhenti sebentar, melanjutkan: "Aku... perlu waktu untuk memikirkan beberapa hal..." Alasan ini kurang meyakinkan.
Tapi Xiao Tan menerimanya. Dia tahu karakter Feng Bujue yang akan terus terang jika mau bicara, tapi akan diam seribu bahasa jika tidak. Menekan juga percuma: "Baiklah, aku keluar dari tim dulu."
"Ya, dadah." Feng Bujue berpamitan.
Xiao Tan membalas salam lalu meninggalkan tim.
Saat Feng Bujue membuka Daftar Teman, tiga dari empat nama sudah offline: Long Aomin, Shiryu Ruoli, Beiling Xiaogu. Nama "Wang Tanzhi" berubah cepat dari "Idle" ke "In Game".
Dia sengaja memeriksa bagian 【Pemain yang Baru Bermain Bersama】. Selain beberapa teman, tercantum nama-nama seperti Yongzhe Wudi, Lord Jibu dan NamaSulitDicari yang ditemui sejak login terakhir. Nama "Jenderal Legendaris Pan Feng" dan "Pembantai Seribu Hua Xiong" juga terdaftar meski statusnya offline. Feng Bujue curiga ini semacam "stealth mode" palsu, tapi tak berniat mengirim email konfirmasi. Lagian dikirim pun mungkin tak dibalas, apalagi diterima sebagai teman.
Feng Bujue yang terganggu oleh urusan Nomor 23 merasa tidak tenang, untuk sementara kehilangan mood bermain game. Dia tidak buru-buru mengambil hadiah atau membereskan apapun, langsung membuka menu permainan dan memilih offline.
Dalam mode tidur saat logout, sistem memberikan peringatan tambahan bagi pemain yang tidak ingin terus tidur: 【Apakah Anda ingin dibangunkan?】
