Keramaian di forum masih belum mereda setelah dua hari, banyak yang saling menghina di forum telah mengembangkan "ikatan batin", meskipun ikatan ini berbentuk kebencian...
Orang seperti apa yang paling mudah bermusuhan dan mengubahnya menjadi kebencian berkepanjangan? Yaitu orang yang picik.
Maka, sebelum uji terbuka dimulai, banyak orang picik telah saling menantang di forum untuk bertarung habis-habisan di mode "Killing Game". Tentu saja, syaratnya mereka harus mencapai Level 15 dulu untuk masuk mode tersebut. Dan kedua belah pihak harus merasa sudah punya jaminan kemenangan, baru pertarungan ini akan dimulai.
Orang picik paling takut kehilangan muka, karena batin mereka memang tidak enak dipandang.
Kalah takut malu, tapi kalau menang, orang picik tidak akan memberi sedikitpun kelonggaran pada lawannya. Makanya disebut picik.
Kalau kalah tidak secara total, orang picik akan punya segudang alasan: "Waktu mainmu lebih panjang", "Levelmu lebih tinggi", "Peralatanmu lebih bagus", ditambah dua jurus andalan: "Lagi nggak mood" dan "Nggak perlu dijelasin".
Mengalahkan orang terhormat itu mudah, tapi untuk mengalahkan orang picik, kamu harus punya kemampuan merobohkan Gundam dengan tangan kosong, plus puluhan saksi mata, lebih bagus lagi direkam prosesnya. Barulah si picik akan menyerah, lalu menyimpan dendam seumur hidup...
“Beberapa hari ini Feng Bujue tidak terlalu memperhatikan urusan game. Dua hari dihabiskannya dengan hidup sederhana seperti mie kering kuah bening, fokus mengetik sampai berhasil menyelesaikan naskah bulan ini. Selain itu, Asath akhirnya mengerti bahwa bak pasir adalah toilet.”
Pada Selasa pagi, Taman Horor kembali dibuka. Kali ini dalam versi uji terbuka.
Feng Bujue tidak langsung login. Jelas, waktu pembukaan server bersamaan dengan jam tidurnya. Setelah susah payah menyesuaikan jam biologisnya, dia tidak ingin mengacaukannya lagi. Lagipula dengan bangun jam 12 dan tidur subuh, bisa menghemat satu kali makan...
Jam 1:30 siang, Feng Bujue mengisi mangkuk Asath dengan makanan kucing, membersihkan bak pasir, melayani si tuan kecil ini dengan baik baru masuk ke kapsul game.
Serangkaian pemberitahuan sistem tidak perlu disebutkan lagi. Setelah masuk ke ruang login, Feng Bujue juga tidak menemukan perubahan signifikan.
Dia membuka layar sentuh, memeriksa daftar teman - keempat nama di dalamnya berstatus offline.
"Ah... Aku memang benar-benar pengangguran..." gumam Feng Bujue dengan nada malas mengejek diri sendiri.
Antarmuka operasi tidak menambahkan fitur baru, hanya tampilan yang lebih sempurna dan estetis. Selain itu, penjelasan game menjadi lebih lengkap. Pertanyaan Feng Bujue sebelumnya tentang "item mana yang tidak ditampilkan saat penyelesaian setelah dibawa keluar quest" sekarang bisa ditemukan di FAQ.
Melihat ini, Feng Bujue teringat harus merapikan tasnya.
Kapasitas tas saat ini adalah 7/10, berisi: Kunci Pipa Mario, Mata Kebencian, Pisau Dapur Barat, Tongkat Bisbol, Pistol M1911A1, Armor Gema, dan sekantong bawang putih.
Z Serum antivirus tidak bisa dibawa keluar dari Quest sebagai item cerita. Di Quest sebelumnya, saat kembali dari Gedung Ailebu ke toko senjata, Feng Bujue telah membuang serum dari tasnya. Saat itu dia dan Xiao Tan sudah disuntik serum, sedangkan kedua GM mengaku memiliki skill pasif yang cukup melawan semua virus di Quest level rendah, jadi serum itu tak berguna lagi.
Senternya hilang dan rusak saat dikepung gerombolan zombie di gym basket. Untungnya masih ada cadangan di ruang penyimpanan yang bisa digunakan. Untuk sekantong bawang putih itu, Feng Bujue merasa tidak akan dipakai lagi dan bukan item langka, jadi dihancurkan melalui Menu permainan. Winchester dan pelurunya diberikan ke Xiao Tan; Pistol M1911A1 terisi penuh tapi tanpa amunisi cadangan. Setelah membuang bawang putih dan nanti mengambil senter dari ruang penyimpanan, tas tetap memakan 7 slot.
Setelah merapikan tas, Feng Bujue berbalik ingin ke ruang logam sebelas untuk mengambil hadiah tambahan Rating Ketakutan, tiba-tiba mendengar notifikasi Sistem:
【Sekarang, Anda dapat memilih area tujuan】
Setelah peringatan suara, di samping pintu lift yang awalnya kosong, muncul aliran cahaya dari data yang membentuk area operasi persegi panjang. Setelah gambar menjadi jelas, muncul lima tombol sebesar kepalan tangan dengan tulisan:
【Gudang】【Ruang Rapat】【Mall】【Kotak Kejutan】【Jangan Tekan Ini】
Pandangan Feng Bujue langsung tertarik ke tombol terakhir.
"Hei... maksudnya 'Jangan Tekan Ini' apa ya..." Ekspresinya aneh: "Kalau tidak ingin ditekan, jangan dibuat lah... Tulisan ini malah bikin penasaran..."
Setelah beberapa detik ragu, tangannya tak tahan menekan tombol itu. Lampu tombol menyinar selama satu detik saat ditekan, lalu... tidak terjadi apa-apa.
Feng Bujue menunggu tiga puluh detik, melihat sekeliling: "Ini lelucon konyol macam apa?"
"Hehehe... Akhirnya ditekan juga." Suara terkikik disertai ucapan itu tiba-tiba muncul dari belakangnya.
Ia berbalik dan melihat seorang pria berdiri di sudut yang awalnya kosong, beberapa langkah darinya.
Pria kulit putih berusia 20-an tahun itu mengenakan setelan jas hitam, bertubuh kurus, kulit pucat, rambut pendek, berkacamata dengan lensa berkilau putih. Meski berkesan menjijikkan, secara objektif wajahnya sangat tampan.
"Hei... Masuknya gimana bisa ke sini?" tanya Feng Bujue.
"Hehehe..." Orang itu menjentikkan jarinya, tombol bertuliskan 【Jangan tekan ini】 pun menghilang menjadi aliran data. "Bukan cuma sekadar berpindah di dalam ruang game? Gampang banget, hehehe..." Dia sepertinya sangat menyukai tertawa licik dari kerongkongannya, suara tawanya sangat menjijikkan.
"Kamu... NPC? Admin?" Feng Bujue bertanya bingung: "Tunggu... Kamu mustahil NPC, aku tidak sedang dalam quest..." Dia berhenti sebentar: "Hmm... Setelah uji terbuka, setiap ruang login akan dilengkapi AI asisten kecil? Tidak mungkin! Bukannya NPC seperti itu harusnya cewek seksi berbaju minim?"
"Kamu kebanyakan mikir." Orang itu tertawa: "Hehehe... Anggap saja aku admin, tapi informasi tentangku tidak akan bisa kamu dapatkan dari pihak resmi. Mereka mungkin akan bilang orang sepertiku tidak ada."
Feng Bujue mendengar ini, raut wajaknya berubah serius: "Kamu ini derived being?"
"Wahahaha..." Orang itu tertawa terbahak-bahak sambil menggeleng: "Haha... Derived being? Mereka setidaknya dua dimensi di bawahku." Dia mendorong kacamatanya: "Panggil saja aku Woody, W-O-O-D-Y..."
"Tunggu dulu." Feng Bujue menyela: "Kamu ini siapa sebenarnya? Ada keperluan apa? Tombol tadi ulahmu?"
"Hehe... Tombol itu cuma gurauan kecil." Woody menjawab: "Aku mencarimu karena ada beberapa pertanyaan."
“Biar aku pahami… Kau bertanya atas nama Dream Company atau sekadar hobi pribadi?” Feng Bujue selalu merasa ada keanehan yang tak tergambarkan pada pria di hadapannya.
Kemampuan orang ini muncul di ruang login-nya dan memanipulasi lingkungan, 80% pasti dia administrator Dream Company. Tapi pernyataannya bermasalah - maksud "anggap saja aku administrator" dan "mereka setidaknya dua dimensi di bawahku", dasar kau ngitung gimana sampe segitu?
“Aku dari neraka, untuk keperluan pekerjaan perlu mengkonfirmasi beberapa hal.” Kacamata Woody terus memantulkan cahaya putih, menyembunyikan ekspresinya.
“Para administrator ini semua penderita chuunibyou stadium akhir…” Feng Bujue langsung teringat Pan Feng dan Hua Xiong yang brengsek itu.
“Sebagai orang dengan kelainan mental, masih berani bahas chuunibyou denganku?” balas Woody.
Feng Bujue berpikir dalam hati: Ternyata… perusahaan game sudah tahu? Masuk akal… Bagaimanapun, semua quest sejauh ini dilewati dengan Nilai Ketakutan 0, pasti sudah dicatat Sistem sebagai data anomali. Jadi… pekerjaannya khusus menangani pemain yang dicurigai curang?
“Hehe… Boleh juga kau berpikir begitu.” Woody terkekeh licik.
“Ha?” Feng Bujue terkejut: “Apa?” Dalam hati: Tidak mungkin! Apa dia bisa membaca pikiranku?
Woody tidak menanggapi, tertawa kecil lalu mengalihkan: “Hehehe… Pertama-tama aku mau tanya, apa kau penganut Kristen?”
"Feng Bujue juga mengerti tentang tipu muslihat seperti mind reading, jadi dia tidak memperdalam perkataan Woody barusan, hanya menganggapnya sebagai trik kecil. Mendengar pertanyaan Woody, dia menjawab: 'Aku lebih percaya pada ilmu pengetahuan.'"
"Hehehe... bagus." Woody tertawa, "Aku sudah selesai bertanya."
"Hei... Kak, ini situasi apa? Acara prank? Apakah Sistem sedang merekam?" tanya Feng Bujue.
"Gambaran dan suara yang sudah ada dalam ingatan, tidak perlu kau beritahu, semenit lalu sudah aku cerna." Kata Woody: "Aku hanya perlu memastikan ini saja."
Feng Bujue memandang Woody dengan sebelah mata, mundur dua langkah: "Kak Woody ini... barusan bilang berasal dari mana ya..."
"Dari mana aku berasal, ke sanalah kau akan pergi, hehehe..." Woody tetap tersenyum menjijikkan: "Sudah, aku mau pergi. Saat kita bertemu lagi nanti, kau pasti akan sangat marah. Tapi hidup memang begitu, marah lebih berguna daripada putus asa, bukan?"
"Tunggu, kamu..." Feng Bujue dibuat bingung setengah mati olehnya, orang ini benar-benar tidak bisa dimengerti.
"Manusia, kau hebat dan menarik, kandidat yang tepat. Aku akan bertaruh padamu... hm... taruh saja kantong koin Yudas, ini taruhan besar lho, hehehe... jangan kecewakan aku." Woody mengangkat bahu sambil tertawa, berbalik, dan masuk ke dinding kaca lift.
Setelah Woody memasuki cermin itu, bentuk tubuhnya tiba-tiba terdistorsi. Siluetnya berubah menjadi bayangan iblis berwarna hitam yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Jika mata adalah jendela jiwa, maka bayangan iblis itu telah menerobos masuk seketika, langsung merobek-robek dunia spiritual manusia.
Pada momen ini, Feng Bujue merasakan emosi yang seharusnya tidak ada - ketakutan.
Perasaan yang secara fisiologis sudah tidak bisa lagi dibangkitkan darinya, kini muncul sejelas besi panas yang mencetak di dada. Tidak diragukan lagi, ini adalah ketakutan, bahkan jenis horor yang menggores tulang sumsum dan takkan pernah pudar.
Memandang bayangan iblis tanpa wujud dan asal-usul itu bagaikan jiwa Anda dicengkeram erat oleh telapak tangan raksasa yang siap menyedotnya keluar dari tubuh setiap saat, mengubahnya menjadi ketiadaan.
Entah berapa lama, Feng Bujue tersadar kembali. Dengan jantung masih berdebar, ia secara refleks melihat jam di dinding. Ternyata hanya puluhan detik yang berlalu sejak terakhir kali ia mengalihkan pandangan. Sulit baginya menenangkan diri, bertanya dalam hati: Apa sebenarnya yang barusan terjadi? Realita atau halusinasi? Jangan-jangan... bayangan di otakku sudah menyebar, menyebabkan gejala baru?
