Feng Bujue menghela napas lega, diam-diam bersyukur belum mengeluarkan Kunci Pipa Mario. Seandainya senjata utama kualitas Rare itu sampai direbut Oink, ia pasti sudah terjebak.
Sebenarnya kehilangan pisau dapur di sini tidak merugikan. Menukar peralatan kualitas Normal yang mudah didapat dalam quest besar dengan item khusus di quest ini yang bisa memulihkan nilai kelangsungan hidup, bisa dianggap transaksi yang cukup adil.
Feng Bujue mengambil mangkuk, bergegas menuju ke kompor. Ia membuka tutup dua panci secara bergantian dan mengaduknya dengan sendok sup. Kedua panci itu sebenarnya berisi hal yang sama - sup dengan potongan daging babi dan tulang. Di meja dapur sebelahnya juga terlihat sisa lemak dan kulit babi yang belum diolah. Melihat ini, Feng Bujue baru merasa tenang. Ia pun berpikir... Jika dirinya yang berada di posisi itu, apakah berani mengubah mayat sesama menjadi masakan? Perasaan apa yang akan muncul saat melakukannya?
Oink tiba-tiba mendekat. Seolah bisa membaca pikiran Feng Bujue, ia mendengus dingin dan berkata santai: "Di tempat aku dilahirkan, penuh kebohongan dan perbudakan. Berpikir adalah tindakan terlarang. Para pastor mengajarkan kami untuk patuh dan menerima takdir. Di rumah jagal, aku telah mengolah ribuan babi. Memasak mereka bukanlah hal istimewa."
Feng Bujue tak tahu harus menjawab apa, hanya mengangguk dan membalas singkat.
Dengan cepat ia mengisi mangkuk dengan sup, lalu berjalan tergopoh-gopoh ke luar. Sebelum meninggalkan dapur, ia menoleh ke Oink: "Terima kasih, eh... Selamat tinggal."
Oink tidak merespons. Saat Feng Bujue keluar, lampu dapur tiba-tiba meredup. Sosok besar berkepala babi itu pun menghilang kembali dalam kegelapan.
【Misi utama diperbarui】
【Jelajahi SMA Ye Jie, hancurkan tujuh fenomena supranatural, progres saat ini 6/7】
Siyu baru bisa lega setelah mendengar peringatan sistem dan melihat sosok Feng Bujue yang kembali. Beberapa menit terasa lebih lama dari sejam sebelumnya saat ia duduk gelisah sendirian. Jika Feng Bujue tidak kembali, ia pasti akan menyalahkan diri sendiri karena menurutnya tanggung jawab utama kemajuan quest ini ada di pundaknya.
Namun saat Siyu melihat benda yang dibawa Feng Bujue, rasa lega berubah menjadi keterkejutan dan kebingungan. Dalam hati ia bertanya: Apa maksudnya ini? Kecanduan minum? Sudah dua mangkok diminum masih mau bawa satu lagi?
Feng Bujue meletakkan mangkok sup di hadapannya, lalu menunjuk Siyu sambil membuat gerakan mengangkat mangkok ke mulutnya. Ia menjelaskan dengan gerakan tambahan bahwa sup ini bisa memulihkan darah, karena Siyu belum mengetahuinya.
Setelah mengerti, Siyu meminum sup daging tersebut. Saat memeriksa menu permainan, nilai kelangsungan hidupnya langsung penuh dari 21%. Ia memberi isyarat ke Feng Bujue bahwa darahnya sudah pulih total.
Feng Bujue mengangguk, meminta lentera kembali, lalu memimpin jalan di depan.
Saat kedua orang itu keluar dari kantin, makhluk-makhluk hantu di luar telah kembali mengalir dari segala penjuru. Yang berambut panjang seperti sutra, yang hidungnya terbelah, yang bersisik di seluruh tubuh, yang mengenakan topeng samar... Pemandangan ini mengingatkan Feng Bujue pada kota mati yang dikendalikan Samodiel. Sebelum menyelesaikan quest tersebut, dia dan rekan timnya juga pernah terkepung oleh gerombolan monster. Namun ada perbedaan: monster yang mereka hadapi saat itu kebanyakan mengacu pada konsep "iblis" dalam legenda Barat, sedangkan yang sedang mengejar dia dan Siyu saat ini umumnya adalah "hantu" dengan ciri khas tradisional Timur.
Tak sempat berpikir panjang, mereka pun terus berlari. Feng Bujue memegang lentera memimpin di depan, sementara Siyu mengikuti di belakangnya. Meski tidak memiliki Tari Jazz, dia tidak kesulitan mengikuti kecepatan lari Feng Bujue.
Nilai kelangsungan hidup keduanya sudah penuh. Setelah istirahat lebih dari satu jam tadi, Poin Stamina mereka juga sudah pulih sepenuhnya. Saat ini, Feng Bujue dan Siyu sangat yakin: bahkan dalam kepungan hantu yang ganas pun, mereka akan menyelesaikan quest terakhir ini.
Mereka terus berlari sementara gerombolan hantu itu tetap membuntuti. Setelah memutari gedung utama, kedua orang itu kembali tiba di lapangan luas yang terbuka.
Di gerbang sekolah, di bawah sinar bulan, terlihat jelas dari kejauhan... Sebuah siluet menyendiri berdiri di sana. Bukan... Itu siluet hantu.
Seorang gadis kecil berbaju merah. Ketika memasuki bidang pandang Feng Bujue dan Siyu, nyanyian itu kembali bergema. Kali ini, langsung berasal dari mulut hantu tersebut.
Bersamaan dengan nyanyiannya, pemandangan di sekitar tiba-tiba mulai berubah. Rembulan bersinar terang tertutup tirai hitam, tampak samar-samar. Gedung sekolah, tanaman, fasilitas lapangan di belakang mereka, semuanya lenyap dan berubah menjadi pemandangan pemakaman massal yang kacau balau.
Saat Feng Bujue dan Siyu mendekati gadis kecil itu, ia tepat menyelesaikan lirik terakhir. Namun kali ini liriknya berbeda dengan yang mereka dengar sebelumnya: "Hantu bergerombol, darah menggenang... Hantu ganas mengejar nyawa, pelanlah, pelanlah... Sulit melangkah di jalan menuju alam baka." Suara melankolis dan menyedihkan itu tiba-tiba terhenti.
Gadis kecil itu terkikik-kikik dengan suara yang membuat bulu kuduk merinding. Ia kemudian berbicara: "Paman, Tante, mau temani aku tidak?" Saat mengucapkan ini, tujuh lubang di wajahnya mengalirkan darah kotor hitam, tubuhnya pun mulai melayang di udara tanpa penyangga.
【Tugas saat ini telah berubah, misi utama telah diperbarui】
【Basmi arwah Hui Yizi】
【Batasan dialog dicabut, pengejaran hantu akan berlanjut hingga quest selesai atau semua pemain mati】
Begitu bisa bicara, kalimat pertama yang meluncur dari mulut Feng Bujue adalah: "Siapa yang paman?!" Teriaknya sambil menyimpan lentera. Dengan langkah gesit seperti kelinci kabur dan kekuatan seperti harimau menerkam, ia mencabut kunci pipa dan langsung menghantamkannya ke wajah monster itu.
"Dengan suara 'plop'", dia benar-benar berhasil mengenai. Wajah Hui Yizi terbentuk celah akibat pukulan, darah hitam kembali menyembur. Namun sebagai BOSS dalam quest ini, tentu dia tidak akan mati begitu saja. Fakta bahwa tubuhnya masih tetap melayang membuktikan serangan ini belum fatal.
Feng Bujue menjepit leher anak hantu itu dengan satu tangan, sementara tangan lainnya mencambuk berkali-kali dengan kunci pipa. Dia sama sekali tidak peduli dengan percikan darah kotor di wajahnya, sambil memukul masih sempat menambahkan: "Panggil kakak!"
"Ha ha ha ha... Ha ha ha ha..." Hui Yizi justru tertawa terbahak-bahak. Meski tulang tengkoraknya sudah berubah bentuk akibat pukulan, dia tetap acuh tak acuh. Efek 【gegar otak】 bahkan tidak pernah terpicu sekali pun padanya.
Sebaliknya, nilai kelangsungan hidup Feng Bujue terus berkurang tanpa alasan jelas... Darah hitam, tawa, atau sekadar kontak fisik menyebabkan HP turun? Untuk sementara dia tidak bisa memastikan, terpaksa terus memukul dengan nekat, berharap serangannya memberi efek tertentu.
Siyu yang menyaksikan adegan ini hanya merasa lucu. Sebenarnya dia ingin mengomentari panggilan "tante" tadi, tapi melihat reaksi Feng Bujue yang begitu emosional dan vulgar malah membuatnya berpikir jernih. Dia merasa tidak boleh turun ke level orang seperti Jue Ge...
"Spesialisasi spiritualmu sudah terbuka?" Siyu datang membawa pedang, berbicara sambil berjalan. Gerakannya tak terburu-buru, gerombolan hantu yang merayap dari kuburan massal di belakangnya seolah tak memberi tekanan apapun. Karena kedua matanya telah mengunci target yang akan ditumpas.
Feng Bujue menjawab: "Benar, ada masalah?" Satu detik setelah kalimat itu terucap, dia sendiri telah memahami jawaban pertanyaannya, langsung melanjutkan: "Oh... Hanya mereka yang memiliki Spesialisasi Spiritual yang bisa secara aktif 'menyentuh' wujud nyata hantu-hantu ini ya?"
"Ya." Siyu kembali ke gaya bicaranya yang singkat padat. Setelah menjawab, tubuhnya sudah berpindah ke samping Hui Yizi.
Hati tenang bagai air diam, sorot mata dingin mengkilat, mata pedang melesat laju dengan keganasan tiada tara.
Kilatan dingin menyambar, Feng Bujue belum sempat menyadari apa yang terjadi, Hui Yizi sudah terbelah dua di pinggang. Jeritan menusuk membahana di langit malam. Detik berikutnya, darah hitam menyembur deras dari irisan pinggang monster itu... Pada momen itu, persis seperti seseorang membelah jeruk yang penuh sari. Melihat ini, Feng Bujue segera melompat menghindar - berdiri diam berarti siap jadi tempat mandi darah.
Ada pepatah mengatakan, tidak takut tidak tahu menilai barang, yang ditakutkan adalah membandingkan barang. Serangan Feng Bujue yang terlihat ganas ternyata seperti menggaruk di atas sepatu bagi monster itu. Seandainya dia yang terjebak dalam ruang tangga 13 tingkat sebelumnya, tiga nyawa pun tidak akan cukup. Tapi Siyu hanya perlu satu tebasan pedang untuk menyelesaikan masalah. Ini adalah bakat bawaan, seperti pendekar utama dalam cerita silat yang bisa langsung melihat "titik kematian" lawan dan menang dengan satu gerakan.
【Tugas saat ini telah diselesaikan，Misi utama telah selesai seluruhnya】
【Anda telah menyelesaikan quest ini，Teleportasi otomatis dalam 180 detik】
Feng Bujue berkata: "Tidak mungkin? Sekuat itu?" Meski dia tahu lawannya kuat, ini pertama kalinya dia menyaksikan langsung aksi Siyu membunuh monster level BOSS. Sebelumnya di Usher Hall dia melihatnya melompat memotchandelier, tak disangka membunuh hantu pun sama mudahnya.
"Tidak, kamulah yang hebat." Siyu menjawab: "Kali ini semuanya berkatmu."
Saat mereka bercakap, Hui Yizi telah jatuh ke tanah berubah menjadi genangan darah hitam. Gerombolan hantu itu pun lenyap bersama ilusi kuburan liar, pemandangan sekolah muncul kembali.
Kedua orang berdiri di gerbang sekolah, sinar bulan menerangi bumi, papan nama "Sekolah Menengah Ye Jie" sekali lagi terpampang di depan mata. Semuanya terasa seperti mimpi, begitu ilusif namun juga sangat nyata, pemandangan mengerikan sebelumnya masih jelas terbayang. Roh di belakang sumur kering, lengan aneh bermain piano, buaian mayat, bayangan darah bermata banyak, termasuk Jagal Surga dan Hui Yizi tadi, jika bicara tingkat horornya, pengalaman Feng Bujue dalam quest ini sudah lebih dari cukup untuk membuat orang sepenakut Xiao Tan langsung log out. Tidak tahu apakah dia bisa melihat perubahan Nilai Ketakutan saat penyelesaian kali ini.
"Nanti kita lanjutkan obrolan di ruang rapatku." Siyu menambahkan, maksudnya lebih baik keluar dari quest dulu.
"Oke, setelah teleportasi aku akan grup kamu." Feng Bujue membalas.
Setelah berpamitan, mereka hampir bersamaan melakukan teleportasi.
Sekitar satu menit kemudian, di gerbang sekolah, bayangan kepala babi besar mendorong kereta berisi peralatan kebersihan perlahan mendekat, berhenti di samping genangan darah hitam.
Setelah mencelupkan pel di ember, dia mulai mengepel tanpa terburu-buru.
Jika diperhatikan, ujung pel di tangannya bukan terbuat dari kain, tapi rambut hitam yang dikepang...
