Shiyu bangkit dari kapsul game-nya, memandang ibu paruh baya yang mengenakan celemek di depannya sambil menghela napas panjang: "Ibu... masuk kamarku lagi saja sudah, tapi kenapa harus mencabut listrik?"
"Ibu ketuk-ketuk kapsulmu tapi kamu tidak merespon." Ibu Shiyu tersenyum.
"Aku dengar, tapi sedang sibuk..."
"Pokoknya sekarang kamu sudah terputus, cepat keluar bantu ibu menyiapkan makan malam."
"Ah..." Shiyu menghela dengan nada kesal: "Bu~ Hal kayak gini minta bantuan ayah saja kan bisa."
"Ayahmu bawa helm game sembunyi di garasi main."
"Ibu tahu dia sembunyi di mana... tapi..."
"Laki-laki suka main itu wajar, asal tidak berlebihan, kita perempuan boleh tutup mata. Kalau tidak, hari ini ibu ke garasi menangkapnya, besok dia bisa sembunyi di basement, lusa mungkin bisa menguras air kolam renang untuk main di dalamnya."
"Semua alasan ngawur... Baiklah, aku ikut saja." Shiyu tak bisa melawan ibunya, merangkak keluar dari kapsul game dan dengan patuh pergi ke dapur membantu sang ibu.
……
Di saat yang sama, di Taman Horor.
Feng Bujue berdiri di depan pohon, kedua tangannya memegang batang pohon. Ia membenturkan kepalanya seperti burung pelatuk sambil merintih: "Bangsat! Benar-benar bangsat!" Tentu saja ini hanya akting untuk menunjukkan kekesalannya, tidak mungkin dia benar-benar membenturkan kepalanya dengan keras.
Logout tidak bertanggung jawab Siyu benar-benar menggagalkan rencana Feng Bujue.
Menurut perkiraannya, pemain yang berangkat dari kastil ini melewati hutan lebat menuju tepi pulau membutuhkan waktu minimal tiga jam. Sementara Jenderal Zarov... dengan kekuatan luar biasa dan penguasaan medan pulau yang sempurna. Meski tidak bisa melintasi medan dengan kecepatan tinggi, perkiraan waktu maksimal yang dibutuhkannya hanya dua jam.
Gagasan Feng Bujue adalah: Jika keempat pemain terbagi menjadi dua tim yang kabur ke ujung pulau berbeda, setidaknya satu tim akan memiliki peluang bertahan besar. Apapun hasil kejar-mengejar BOSS, jarak antara tim lain dengan BOSS cukup untuk bertahan hingga batas waktu lima jam penyelesaian quest.
Taktik sederhana ini menggunakan ruang untuk menukar waktu. Dengan cara ini, tingkat keberhasilan menyelesaikan quest mendekati 100%. Meski setiap pemain memiliki 50% kemungkinan mati, perhitungan ini tetap menguntungkan. Tim yang lolos kejar-mengejar akan mendapat hadiah penyelesaian quest, sedangkan tim yang dikejar telah memberikan kontribusi besar. Setelah quest selesai, Sistem tetap akan memberikan proporsi EXP yang cukup besar untuk mereka.
Mengenai tim mana yang mati dan tim mana yang bertahan, sepenuhnya masalah probabilitas. BOSS akan mengejar siapa, ini bukan keputusan pemain, tidak bisa disalahkan. Paling-paling hanya menyalahkan nasib sial. Dari sisi ini, kemungkinan Yijian dan Bupa menerima rencana ini juga cukup besar.
Dalam rencana ini, Feng Bujue tentu sudah mempersiapkan diri untuk pergi bersama Siyu dalam satu tim, karena dia sangat tidak percaya dengan Bupa. Dari gelar 【Petak Umpet】dan petunjuk dalam perkataan serta perilakunya, kemampuan khususnya kemungkinan besar adalah menghilang atau mengalihkan kebencian. Berada di dekatnya saat tidak ada bahaya mungkin biasa saja, tapi saat bahaya datang, bisa jadi kita yang jadi kambing hitam.
Tapi penalarannya ini tidak didukung bukti fakta. Sekalipun diungkapkan, Bupa bisa saja menyangkal. Lagipula gaya bermain orang memang berbeda-beda. Kalau ada yang mau terjebak, buat apa dia merusak kesenangan orang? Makanya sebelumnya ketika Feng Bujue melihat Yidao dan Yijian bermaksud jadi pelindung bunga, dia tidak menghalangi. Yang penting dirinya tidak jadi orang yang dirugikan, sekaligus mengingatkan teman agar tidak tertipu.
Tapi sekarang masalahnya muncul. Entah kenapa Siyu tiba-tiba terputus. Jika tetap menjalankan rencana semula, Feng Bujue harus pergi sendirian... Faktor ketidakpastiannya jadi jauh lebih banyak.
Alasan Feng Bujue tidak merencanakan empat orang melarikan diri ke empat arah berbeda adalah karena risiko tindakan solo terlalu tinggi. Satu orang pergi, kemungkinan belum melewati hutan sudah dibunuh binatang buas atau faktor tak dikenal lain. Empat orang bergerak terpisah, akhirnya mungkin mati satu per satu di jalan. Bahkan jika tersisa yang terkuat sampai di sisi pulau, selama BOSS mengejar, semua usaha akan sia-sia...
"Hmm... Quest lima orang, baru mulai serius sudah tersisa tiga." Feng Bujue bergumam sendiri: "Lari bertiga jadi tidak berarti, BOSS pasti bisa menyusul kita. Jadi berkumpul pasti dihabisi bersama, rencana lari dua arah tidak bisa diubah..."
Setelah memahaminya, dia kembali menghadapi Yijian dan Bupa, berkata: "Baiklah... Aku akan jelaskan rencana pelarian."
"Tunggu." Yijian kesal berkata: "Kenapa kamu yang memberi perintah? Levelmu paling rendah di sini? Lagipula menurut situasi yang kau jelaskan, alur quest ini sudah tidak berhubungan dengan novel lagi kan? Informasimu sama dengan kami?"
"Kalau begitu kau yang pimpin, apa langkah selanjutnya?" Feng Bujue langsung melempar tanggung jawab.
"Uh..." Yi Jian tertegun sejenak, menelan ludah. Karena kurang percaya diri, dia justru meninggikan suara: "Kita lari ke sudut barat laut, melewati hutan sampai ke tepi pantai untuk menjauh dari kastil ini dulu." Dia berbicara dengan serius: "Zarov punya anjing pelacak. Meski kita menghapus jejak kaki, pengejaran hanya masalah waktu. Jadi lebih baik kita tinggalkan jejak dan pasang banyak jebakan di sepanjang jalan untuk memperlambatnya. Saat dia sampai di pantai, mungkin sudah subuh."
"Ide bagus, kau benar-benar jenius!" Mata Feng Bujue berbinar-binar.
"Ah? Haha, berlebihan, berlebihan." Yi Jian tidak menangkap nada sarkas dalam ucapan Feng Bujue.
Bupa Meimei memandangnya dengan tatapan aneh, sepertinya ingin mengingatkan sesuatu. Tapi untuk mempertahankan citra sebagai pihak yang lemah, dia berhasil menahan diri untuk tidak bicara.
"Tapi menurutku, jebakan tidak perlu dipasang." Kata Feng Bujue.
"Ah? Kenapa?" Tanya Yi Jian.
"Apa kamu paham jebakan hutan? Berapa jenis jebakan yang bisa kamu buat?" Feng Bujue bertanya balik.
"Uh..." Baru sekarang Yi Jian sadar, pengetahuan tentang jebakannya masih sebatas menggali lubang besar dan menutupinya dengan daun. Bahkan tali jerat kaki paling sederhana pun tidak bisa dia buat.
"Pada dasarnya, jebakan di hutan dapat dibagi menjadi dua jenis: jebakan berburu dan jebakan tempur." Feng Bujue menjelaskan: "Fungsinya terutama untuk menangkap dan melukai. Selain itu, beberapa jebakan membutuhkan operator di sekitarnya. Menurut saya, film
dan memberikan interpretasi yang sangat akurat tentang kekuatan dan fungsi jebakan, meski agak terlalu idealis. Faktanya, sebagian besar jebakan tidak bisa diandalkan dan memakan banyak waktu untuk dipasang."
Ia memiringkan kepala sambil menggaruk rambutnya acak-acakan: "Bahkan jika kita bisa memasang jebakan dengan mahir dalam waktu singkat... Jangan lupa, masih banyak hewan lain di hutan ini. Memasang jebakan pun tidak menjamin Zaroff dan anjing buruannya yang pertama menginjaknya. Jadi... itu hanya akan membuang-buang waktu."
Ekspresi Yijian menjadi muram. Siapa pun pasti akan kesal jika rencananya langsung ditelanjangi kelemahan fatal seperti ini.
"Tentu saja, celah ini hanya bisa disebut sebagai cacat kecil belaka." Nada bicara Feng Bujue tiba-tiba berubah: "Selain itu, rencanamu sangat sempurna."
"Benar...kah?" Kali ini Yijian agak ragu merespons, takut lagi diangkat tinggi-tinggi lalu dijatuhkan.
"Tentu saja! Kalian berdua bisa menuju arah barat laut. Hati-hati di perjalanan, mari kita berpisah di sini." Feng Bujue melambaikan tangan, lalu berbalik menaiki tangga batu kastil lagi.
"Hei! Kau mau apa?" Yijian terkejut: "Kau mau kembali?"
Feng Bujue tidak menjawab pertanyaan itu, malah berkata: "Jika kita bertiga pergi bersama, kalau tertangkap Zarov, pasti dihabisi bersama. Tapi kalau kita pisah jalan, kalian ke sudut barat laut, aku ke tenggara, setidaknya satu pihak bisa selamat."
Bupo bertanya: "Tapi untuk apa kamu kembali ke kastil sekarang?"
"Oh, aku tidak punya peralatan penerangan. Aku mau tanya Jenderal, bisa tidak meminjamkan obor atau semacamnya." Setelah menjawab, Feng Bujue langsung menaiki tangga menuju kastil yang ditempati BOSS itu.
"Ha... Orang ini gila ya..." Yi Jian Qing Cheng tertawa kecut: "Hmph... Pantas dipanggil Feng Bujue (Si Gila yang Tak Sadar)."
Bupo memandang punggung Feng Bujue yang menjauh, matanya berbinar penuh pertimbangan.
"Ayo kita pergi, jangan pedulikan dia." Kata Yi Jian Qing Cheng.
Bupo langsung kembali ke ekspresi polos dan naifnya: "Iya, baiklah. Kakak Yi Jian, kau harus melindungiku ya."
"Hehe... Serahkan padaku." Yi Jian menepuk dadanya penuh keyakinan, mengeluarkan pedang, mengangkat senter, lalu memimpin Bupo masuk ke hutan.
……
Sudut barat laut pulau, kedalaman hutan lebat.
Dalam gelap, terdengar suara gemerisik halus.
Sebuah bayangan merayap di tanah, terkadang melilit batang pohon, terkadang menyelinap di antara bebatuan.
Ular sanca, predator paling mematikan di hutan, salah satu makhluk di puncak rantai makanan.
Di pulau ini, ada makhluk raksasa yang jahat dan berdarah dingin. Panjang tubuhnya melebihi 10 meter, kepala berbentuk pipih dengan keriput di seluruh permukaan; punggungnya berwarna hitam, perut coklat gelap, dengan garis putih tipis membujur di ekornya.
Ia pembunuh alami. Lidah bercabangnya seperti radar penciuman 3D, tubuh kekarnya bisa meremukkan tulang mangsanya. Tidak ada racun dalam tubuhnya karena tidak diperlukan. Rahangnya bisa meregang hingga terlepas untuk menelan manusia hidup utuh, mencernanya perlahan selama berminggu-minggu. Setelah sekali berburu, ia bisa bertahan berbulan-bulan tanpa makanan.
Selain Jenderal Zaroff, ular raksasa ini tidak takut pada apapun. Hanya Jenderal Zaroff yang bisa membunuhnya.
Biasanya ia bersembunyi di sarang di pedalaman pulau yang dihindari semua hewan lain.
Dan malam ini, adalah malam perburuannya setelah berbulan-bulan.