Hasil yang didapat Feng Bujue setelah kembali ke kastil membuatnya sendiri terkejut. Satu menit setelah mengetuk pintu, Ivan datang membukakan. Setelah masuk, Bujue kembali berbincang dengan sang jenderal, mencoba meminjam obor atau alat penerangan. Alih-alih, sang jenderal justru memberikannya belati dan senter dengan murah hati, bahkan menyarankannya untuk tidak membuang waktu lagi mencoba kabur...
Sebenarnya dalam quest ini, pemain hanya perlu meminta, dan BOSS akan memberikan kedua barang itu secara gratis - satu untuk memudahkan perjalanan di hutan, satunya lagi untuk penerangan.
Seiring peningkatan level, alat seperti ini akan semakin mudah didapat. Karena item kualitas Normal seperti ini tidak akan memiliki nilai besar setelah level tinggi, sifatnya menjadi mirip dengan consumable. Saat mencapai level 20-an, para pemain setidaknya sudah memiliki satu atau dua peralatan Rare. Bahkan jika tidak bisa ditemukan dalam quest, menggunakan koin game dan poin keterampilan yang didapat dari latihan hingga level 20 pasti cukup untuk membelinya. Lagipula cara mendapatkan peralatan di Taman Horor cukup beragam.
Setelah mendapatkan senter dan pisau, Feng Bujue memulai perjalanan melarikan diri di hutan.
Menurut perkiraannya, semak-semak di sekitar kastil tidak akan dihuni binatang buas. Karena hewan-hewan bertindak berdasarkan insting, mereka pasti tahu bahwa area sekitar kastil adalah wilayah raja hutan. Tentu saja yang dimaksud di sini adalah Jenderal Zaroff, bukan teman sekelas Qinze.
Oleh karena itu Feng Bujue langsung melaju cepat tanpa ragu saat memasuki hutan. Ia membelah semak berduri tanpa henti, mengarungi rumput setinggi satu meter, melompati lubang berlumpur, memutar tebing curam. Kecuali menginjak kotoran yang diduga berasal dari hyena, semuanya berjalan lancar.
【Harap diperhatikan, Zaroff telah berangkat dari kastil】
Saat peringatan sistem ini berbunyi, Feng Bujue melihat ke daftar quest yang menampilkan:【Jarak waktu hingga matahari terbit: 240 menit】
Hampir bersamaan dengan ini, Feng Bujue benar-benar masuk ke dalam perut "binatang buas" bernama hutan.
Tidak tahu sejak kapan, beberapa lintah gunung telah menempel di belakang lehernya. Feng Bujue baru menyadari keberadaan mereka ketika melihat nilai kelangsungan hidup berkurang. Saat mengikis moluska penghisap darah itu dari lehernya dengan pisau, darahnya kembali berkurang. Untungnya dalam petunjuk permainan disebutkan bahwa parasit semacam ini tidak akan masuk ke dalam pakaian, hanya menyerang kulit yang terbuka. Jika tidak, pastilah Feng Bujue harus membuka semua pakaiannya untuk pemeriksaan menyeluruh.
Kini dia akhirnya menyadari konsekuensi dari perjalanan cepat sebelumnya. Pengaruh iklim lembab tropis mulai terasa, Poin Stamina-nya menurun dengan frekuensi yang mengkhawatirkan. Efek 【Tari Jazz】 jelas terbatas di medan hutan yang terjal ini, sementara pakaian yang dikenakannya membuatnya merasa pengap. Namun pelajaran dari lintah gunung membuatnya bahkan tidak berani menggulung lengan bajunya.
Setelah setengah jam berlalu, hutan dalam kegelapan mulai menampakkan wujud mengerikan. Bayangan pepohonan bertumpuk-tumpuk seperti tirai raksasa. Ketika vegetasi di sekitarnya semakin rapat, Feng Bujue terpaksa sering memanjat ke puncak pohon untuk mengamati langit, jika tidak arahnya akan perlahan tersesat.
Semakin dalam dia memasuki jantung hutan, semakin nyata kesulitan yang ditimbulkan lingkungan. Beberapa area memiliki vegetasi berlapis tiga hingga lima, dari atas ke bawah seperti tenda raksasa yang bahkan memblokir cahaya bulan. Senter menjadi satu-satunya andalan Feng Bujue.
"Dulu waktu nonton acara survival di alam liar, kukira mereka cuma pamer. Sekarang sendiri masuk hutan, langsung kelabakan seperti cucu... Benar juga, lihat orang kerja memang enggak capek..." Feng Bujue merenung dalam hati. Ia teringat tayangan ulang klasik Discovery Channel yang pernah ditontonnya, dimana host acara itu memberinya kesan "survival di alam liar sepertinya gampang". Tapi sekarang ia sadar, berjalan jauh di hutan belantara hanya bermodal pisau kecil jelas bukan pekerjaan orang biasa.
Tiba-tiba dari kegelapan di sebelah kanan Feng Bujue, terdengar suara binatang mirip napas berat diselingi WEE——WEE——. Kedengarannya seperti babi hutan.
Reaksi pertama Feng Bujue adalah memanjat pohon. Ia tak mau berurusan dengan makhluk berkaki empat dalam gelap gulita.
Suara itu semakin mendekat, diiringi derap kaki babi hutan menginjak tanah dan gesekan tubuhnya melewati pepohonan.
Dengan cepat Feng Bujue memanjat pohon dan mengarahkan lingkaran cahaya senternya ke arah sumber suara.
"Ada yang tidak beres... Sepertinya ada suara binatang lain..." Feng Bujue samar-samar mendengar suara hewan berbeda. Ia segera menyadari alasan babi hutan itu berlari tergopoh-gopoh di tengah malam.
Beberapa belas detik kemudian, babi hutan itu muncul dalam pandangan Feng Bujue. Kaki pendek dan gemuk, tubuh kekar, bulu hitam kasar yang jarang di tubuhnya. Saat berlari ke depan, kekuatannya terasa seperti tank kecil berwarna hitam. Saat ini bulu tengkuk babi hutan itu telah berdiri tegak dan terus menerus mengeluarkan suara, pertanda bahwa hewan ini sedang sangat agresif, mungkin karena bertemu predator yang sangat berbahaya.
Tak lama setelah babi hutan muncul, pemburu yang mengejarnya pun menyusul. Seekor ular piton raksasa. Meski tidak sebesar monster raksasa di ujung barat laut pulau, ukuran ular ini tetap cukup besar.
Sebenarnya, kebanyakan orang sulit membayangkan seberapa besar mangsa yang bisa ditelan ular piton. Sebagai gambaran: ular piton sepanjang 5 meter bisa menelan buaya sepanjang 2 meter, sedangkan piton sepanjang 8 meter mampu menelan zebra utuh.
Piton yang dihadapi Feng Bujue ini panjangnya tepat 8 meter...
Entah karena babi hutan itu panik hingga salah memilih jalan, atau mungkin sistem sengaja mengatur agar pemain menyaksikan kejadian berikutnya... Yang pasti, dalam sorotan senter, terpampang adegan klasik - babi menabrak pohon.
Namun ular tidak langsung menabrak babi hutan itu. Ia meliuk-liuk maju sambil mengembangkan tubuhnya secara horizontal, membentuk formasi setengah lingkaran yang mengurung babi hutan di debat pohon besar. Batang pohon itu sangat tebal, diperkirakan dua orang dewasa pun tidak bisa merangkulnya, dan kini berubah menjadi tembok yang menghalangi pelarian babi hutan tersebut.
Ular raksasa itu melengkungkan tubuhnya sambil mengangkat kepala, memandangi mangsanya dari atas. Babi hutan itu mungkin sadar ajalnya sudah dekat, melancarkan serangan balik terakhir dengan mengarahkan taringnya yang terbalik ke tubuh ular, lalu menghentakkan kakinya dan menerjang.
Sebelum sempat menabrak tubuh ular, kepala ular sudah menyambar dengan kecepatan tinggi, menggigit babi hutan itu dan mengibaskannya setengah lingkaran di udara sebelum menghantamkannya ke tanah. Seketika itu juga mulutnya melepaskan gigitan lalu menggigit lagi. Gerakannya begitu cepat bagai seseorang yang menjepit sebatang sabun dari panci minyak panas dengan dua jari.
Begitu babi hutan masuk ke mulutnya, ular raksasa itu segera memulai "proses makan". Cara makannya hanya satu kata: "telan". Proses ini bisa memakan waktu berjam-jam tergantung ukuran mangsanya.
Feng Bujue telah berusaha menutupi sebagian cahaya senter agar tidak mengganggu jamuan makan sang ular. Perlahan-lahan ia merayap turun dari pohon. Tidak ada waktu untuk menunggu ular raksasa itu melahap seluruh babi hutan pelan-pelan. Ia hanya bisa berharap sang ular fokus pada mangsanya dan tidak memperhatikannya.
Setelah turun dari pohon dengan lancar, dia tidak langsung berlari ke arah tenggara, melainkan memilih untuk menjauh dari area tersebut dan menjaga jarak dengan monster itu terlebih dahulu.
Namun tak disangka, pada saat itu Feng Bujue kembali mendengar suara binatang lain - ancaman yang jauh lebih mematikan.
