“Jue Ge, timingmu pas sekali. Kami baru saja selesai menyelesaikan sebuah quest.” Wang Tanzhi langsung berbicara setelah menambahkan Feng Bujue ke tim.
Waktu di dunia nyata menunjukkan pukul 2 pagi. Begitu masuk ke ruang login, Feng Bujue langsung menerima undangan tim dari Xiao Tan.
“Kamu cepat sekali naik level.” Feng Bujue melihat level ketiga anggota tim. Terakhir kali bertemu di game, Xiao Tan masih level 12, tapi sekarang sudah setara dengan Siyu dan Beiling di level 14.
“Aku beli kartu bonus EXP, dan baru saja menyelesaikan quest dengan durasi sedang,” jawab Xiao Tan.
“Bagus. Kalian lanjutkan matchmaking dulu. Aku akan coba jelajahi mode pembantaian sendirian dulu, baru nanti gabung lagi,” kata Feng Bujue.
Suara Beiling tiba-tiba terdengar di channel: “Jangan lupa masalah tanda tangan.”
“Oh, benar. Lebih menguntungkan jika guild dibuat dulu, jadi kita bisa dapat bonus EXP tim.” Feng Bujue berkata: “Aku yang buka ruang rapat, akan kuundang kalian. Nanti bicara langsung.”
Setelah mengoperasikan layar sentuh dan mengirim undangan ruang rapat, dia beralih ke menu. Dengan membuka tautan terkait guild dan mengikuti petunjuk sistem, muncul peringatan: 【Sebelum mengkonfirmasi operasi, pastikan ada minimal 1 slot kosong di tasmu.】
Feng Bujue menekan konfirmasi, muncul pemberitahuan lain: 【Silakan masukkan nama guild yang ingin dibuat untuk mengambil lembar tanda tangan.】
Di tahap ini dia berhenti, berpikir: "Hmm... Ini perlu didiskusikan dengan mereka. Kalau asal memberi nama... Xiao Tan sih tidak masalah, tapi Siyu dan Beiling mungkin tidak mau menandatangani."
Feng Bujue meninggalkan layar, menekan tombol ruang rapat. Saat pintu elevator terbuka, dia masuk dan menemukan ketiga anggota lain sudah menunggu.
Kini Xiao Tan dan Beiling juga telah mengganti pakaian default pemula.
Beiling memakai setelan serangan balik hitam pasukan anti-teror yang menutupi seluruh tubuh. Jika dia menampilkan masker kapas hitam dan helm, penampilannya mirip karakter T di CS sampai sulit dibedakan gender dari kejauhan. Tampaknya dia bertekad mengembangkan senjata api atau sniper.
"Setelan yang dibeli Xiao Tan adalah Kostum Persaudaraan Assassin, dia memilih jaket merah tua dengan mantel emas; bagian belakang pakaian ada tudung kepala yang bisa menutupi separuh wajah; bagian dada, pinggang, dan kaki dilengkapi kotak kulit untuk menyimpan pisau lempar dan amunisi; tangan memakai sarung tangan terbuka jari, sepatu kulit rusa yang ringan; sekilas terlihat cukup berkesan sebagai assassin.
Meski penampilan keduanya terlihat siap tempur, aktivitas yang sedang dilakukan justru bertolak belakang dengan image tersebut. Beiling dengan setelan anti-teror sedang makan es krim, sementara Xiao Tan dengan kostum assassin sedang mengemil keripik kemasan.
"Aku mau tanya... ngemil ini maksudnya apa?" tanya Feng Bujue.
"Dibeli di Toko Sistem," jawab Xiao Tan. "Meski cuma simulasi sensor rasa virtual, tapi bisa ngilangin ngidam." Dia menyodorkan kemasan keripik: "Jue Ge mau mencoba?"
"Aku tahu di mana belinya. Pertanyaanku adalah, kenapa kalian membelinya?" Feng Bujue berkata.
"Hmm... Alasannya sih, hari ini pembukaan server, keripik diskon 50%..." balas Xiao Tan.
"Diskon kepalamu! Ini cuma buang-buang space tas!" bentak Feng Bujue.
Beiling menambahkan: "Tas juga bisa dibeli." Dia menjilat es krimnya: "Upgrade tas 10 slot ke 15 slot, total satu juta koin game."
"Itu kira-kira seratus RMT per slot." Feng Bujue langsung berkomentar, hampir langsung mengkonversi dengan kurs minggu ini sekitar 1:2000: "Hmm... Sepertinya koin game-ku harus dihemat, banyak sekali kebutuhan yang perlu biaya."
Feng Bujue saat ini tidak punya uang cadangan untuk top-up, lagipula dia berharap bisa menghasilkan uang dari Taman Horor, jadi topik ini tidak perlu dilanjutkan. Saat menoleh, dia melihat Siyu sedang bersandar di dinding dekat pintu. Karakter Siyu jelas bukan tipe yang akan membeli camilan dalam game. Setelah pandangan mereka bertemu, Siyu yang pertama berbicara: "Maaf tentang kejadian siang tadi."
"Eh... Tidak apa." Feng Bujue menjawab: "Itu... Bukannya kamu sudah mengirim email permintaan maaf?"
"Begitu ya..." Siyu bergumam: "Kamu tipe yang seperti ini..."
"Hmm... Apa maksudmu?" Feng Bujue merasakan ada makna tersirat dalam perkataannya.
Beiling yang duduk di meja tertawa: "Kakak sepupu mungkin berpikir, kamu tipe yang bisa putus lewat satu SMS saja."
"Jangan dengarkan bocah itu." Siyu membetulkan: "Aku hanya berpikir kamu tipe yang sangat mudah diajak berkompromi."
"Hei... Kedengarannya sama saja..." Feng Bujue kesal.
Xiao Tan tertawa terbahak sambil menepuk meja, remahan keripik kentang bertebaran dari mulutnya: "Tepat sekali!"
"Kalau aku tusuk pakai pisau juga akan tepat." Feng Bujue membalas.
"Baiklah, kalian cowok masih punya banyak kesempatan untuk saling menjatuhkan. Bicara yang serius dulu, mana daftar tanda tangan klub?" Beiling menyela.
"Belum diambil." Feng Bujue menjawab, "Aku baru mau tanya, klub kita mau diberi nama apa?"
"Oh? Kau cukup demokratis ya." Beiling berkata, "Ngomong-ngomong... masalah ini memang belum pernah dipikirkan."
Siyu yang berdiri di samping berkata, "Mari bahas sekarang. Kalian usulkan saran, aku yang akan menolak usulan-usulan tidak pantas."
"Kak Yu, kami belum ngomong apa-apa lho, kok sudah tahu bakal ada usulan tidak pantas?" Xiao Tan bertanya.
"Hah? Baru beberapa jam tidak ketemu, kok anak ini sudah panggil 'kak'?" Feng Bujue menoleh ke Siyu.
"Kau juga mau memanggilku begitu?" Siyu balas dingin dengan nada datarnya yang khas.
"Aku pernah sekali memanggil begitu, kan katanya usiaku lebih tua jadi tidak pantas?" Feng Bujue berkata, "Kalau panggil 'meizi' kau bilang aku cari untung... Benar kan?"
"Awalnya sudah kulupakan, tapi karena kau mengingatkanku." Siyu berkata, "Anggap saja kau secara sukarela melepas kesempatan itu."
"Cih... Siapa yang peduli mau panggil begitu. Sejak zaman dulu, 'yang disebut adik' sibuk melayani, 'yang disebut kaisar' nyaris mati sembilan kali. Aku tidak mau melakukan itu." Feng Bujue berkata, "Menurutku panggilan Siyu saja sudah bagus."
"Kakak sepupu ini sedang main jebakan." Ekspresi Beiling selalu tersenyum, nadanya terdengar nakal tapi ucapannya tepat sasaran: "Dia sengaja ingin kau memanggilnya Siyu."
“Diam saja tidak akan dianggap bisu.” Siyu melirik sepupu yang menjual teman ini, lalu berjalan perlahan dan duduk di sebelahnya.
Beiling menjulurkan lidah, buru-buru mengalihkan topik: "Aku usul, nama klub kita... Bei Yu Tan Feng!" Saat mengucapkan tiga kata pertama, sebenarnya dia belum memikirkan kelanjutannya. Sungguh hebat bisa mengarang nama dadakan seperti itu.
Xiao Tan bertanya: "Kenapa nama cewek harus di depan kami..."
"Ada keberatan?"
"Hmm... Nanti mungkin ada anggota baru lagi. Lagipula Long Ge pasti akan gabung. Nama ini masih perlu dipertimbangkan." Karena tidak berani menjawab "Aku memang keberatan", Wang Tanzhi mencari alasan halus untuk menolak.
Feng Bujue menyilangkan tangan di dada dengan ekspresi serius: "Usulanku... Pusat Penelitian Manusia Tidak Normal."
"Veto." Siyu dengan tenang membatalkan usulan itu dalam sepersekian detik.
"Kenapa?" Feng Bujue bertanya tanpa malu.
"Mengerikan." Kali ini bukan Siyu yang bicara, tapi Beiling dan Xiao Tan serentak menjawab.
"Kalau begitu kau yang usulin sekarang." Feng Bujue tidak mau berdebat dengan cewek, tapi mengancam Wang Tanzhi dengan tatapan: "Kalau usulannya jelek... Aku potong-potong kamu untuk pakan babi."
"Dialog macam apa ini! Kau pikir diri siapa?!" Xiao Tan berteriak, "Beri waktu sebentar untuk mikir dong!"
"Karena tidak ada urusan, mari kita berpikir perlahan bersama." Siyu bersandar di sandaran kursi sambil berkata.
"Pertama, kita harus menentukan dasar komunitas. Nama-nama seperti 'Order' atau 'Para Dewa' biasanya dipakai studio game. Ada juga nama yang terlalu bombastis seperti 'Tak Terkalahkan di Dunia', 'Menguasai Kerajaan', 'Penguasa Dunia'—jelas ingin membuat gebrakan di game. Untuk komunitas kecil seperti kita yang sumber daya dan personelnya tak sebanding, nama yang terlalu mencolok dan agresif sebaiknya dihindari." Feng Bujue duduk di meja rapat sambil menirukan pose khas Gendo Ikari, menyilangkan jari di depan hidungnya: "Kedua, nama yang terlalu rumit, panjang, atau berbau otaku seperti 'Perkumpulan Tidur Siang Sihir Timur Jauh' juga jangan dipakai. Nama semacam itu cuma akan menarik anak-anak nakal yang usia mentalnya mendekati Xiao Tan."
"Hei! Kamu yang paling ahli ya! Berani sekali mengungkapkan hal itu dengan santai! Informasinya terlalu banyak!" teriak Xiao Tan.
"Terakhir, nama berbahasa Inggris, Jepang, Prancis, atau yang pakai karakter langka dan tulisan 'Mars', selalu sulit dibaca dan terkesan sok [——], tentu harus dieliminasi." Feng Bujue melanjutkan.
"Dia tetap saja mengatakan hal itu meski pakai sensor suara! Bagaimana caramu?!"
“Baiklah, dengan prasyarat ini, mari kita kumpulkan ide bersama.” Kata Feng Bujue: “Siapa yang memberikan saran buruk, Xiao Tan akan dipotong-potong dan diberi makan babi.”
“Apa hubungannya saran buruk orang lain denganku?!” Xiao Tan langsung mengambil beberapa keripik kentang dan melemparkannya ke Feng Bujue: “Bahkan kalau saran ku buruk, tidak sampai dipotong untuk makan babi! Lagipula di game ini mana ada settingan potong babi seperti itu?!”
Urusan memberi nama memang cukup rumit. Selain poin-poin yang disebut Feng Bujue, ada berbagai pertimbangan lain. Selera setiap orang berbeda. Nama guild meski tak bisa memuaskan semua orang, setidaknya tidak boleh membuat salah satu anggota sangat jijik. Nama yang terlalu memalukan atau tidak dimengerti orang luar juga tidak bisa, karena kita harus memakai lencana ini di depan publik. Jika benar-benar menggunakan nama "Pusat Penelitian Manusia Tidak Normal", Feng Bujue mungkin tidak masalah memakainya, tapi anggota perempuan akan dicap sebagai tante aneh.
