Lima dari enam orang itu saling serang di reruntuhan selama lebih dari sepuluh menit. Yongzhe Wuju dan Mengjingchan yang sudah berada dalam posisi inferior dengan skenario 2 lawan 3 semakin terdesak.
“Guixiao hanya duduk melihat dari kejauhan, seolah kejadian di sana tak ada hubungannya dengannya.”
Ini bukan pertempuran undangan, melainkan pertempuran spontan. Kedua tim ini bertemu karena memiliki kekuatan yang seimbang.
Meski Tun Tian Gui Xiao tidak bergerak, trio dari Para Dewa tetap waspada. Ini pertama kalinya mereka menghadapi pemuda peringkat pertama di peringkat combat power ini. Karena belum mengetahui kedalaman kemampuannya, mereka terus memantau gerak-geriknya yang mungkin sedang mempersiapkan suatu Skill.
Namun trio ini juga tidak berniat menyerang Guixiao sebelum pertempuran di sisi ini selesai. Jika pemuda itu hanya meremehkan lawan atau bertengkar dengan rekan setimnya sampai hanya menonton, biarkan saja. Dengan tiga lawan dua jelas memiliki keunggulan. Setelah mengalahkan dua orang itu, situasi akan berubah menjadi tiga lawan satu. Sekuat apapun dia, mustahil menang melawan tiga petarung teratas peringkat combat power sekaligus.
"Haah..." Guixiao menguap sambil menyaksikan pergulatan sengit di kejauhan, bergumam: "Membosankan sekali."
Saat itu, Yongzhe Wuju membuat celah pertahanan yang tertangkap oleh Yanmo, menambah gelombang baru dalam pertempuran "membosankan" ini.
“Dari gelar Yama 【Xing Suo】, kita bisa menebak bahwa senjatanya adalah cambuk panjang. Saat ini, tubuhnya melesat, cambuknya menyambar seperti ular menyerang. Yongzhe Wuji yang baru saja bertarung frontal dengan Wisnu dalam satu jurus, sedang dalam posisi tidak stabil dan tidak waspada, tiba-tiba cambuk itu membelit lehernya.
Yama memutar pergelangan dan menarik, berusaha mematahkan leher lawan dalam momentum ini.
Dalam sekejap, bayangan Meng Jingchan tiba tepat waktu. Pedangnya mengait badan cambuk, tenaga terampil merambat, sejenak memutus kekuatan Yama yang merambat di cambuk. Yongzhe Wuji segera membalikkan badan melepaskan belitan cambuk.
Dari kejadian sepersekian detik tadi, terlihat tingkat pertarungan Meng Jingchan yang luar biasa. Melihat Yongzhe Wuji terjebak, tanpa pikir panjang ia mempercepat gerakan, mengacungkan pedang palsu untuk memukul mundur Brahma yang sedang mengganggunya, lalu berputar membantu rekan. Brahma yang merupakan anggota terpelan di trio Para Dewa ini, tak bisa berbuat apa-apa menghadapi trik sederhana Meng Jingchan.
"Ck..." Yongzhe Wuji mengusap bekas merah membara di lehernya, tak tahan berkomentar: "Dasar bocah!" Teriaknya ke arah Guixiao: "Sampai kapan mau nonton pertunjukan gratis?"
"Hmm... Kalau sudah tidak sanggup, bilang saja tidak sanggup. Bertanya kapan aku melihatnya? Heh..." Guixiao berdiri dengan malas: "Tugas kalian (maksudnya tugas dari Studio Order untuk staf) adalah meningkatkan Spesialisasi Bertarung secepat mungkin, sekalian mengumpulkan poin keterampilan dari pertempuran." Ia memutar lehernya ke kiri dan kanan, "Bahkan jika dibunuh, dua hal ini tidak akan terpengaruh. Jadi selama aku diam, kalian bisa melakukan keduanya."
Meng Jingchan dan Yongzhe Wuju telah keluar dari kerumunan pertempuran, menuju sisi tempat Guixiao berada. Tiga anggota Para Dewa yang melihat si bocah akhirnya bergerak, langsung meningkatkan kewaspadaan penuh untuk menyambut tantangan dari petarung terkuat ini.
Alasan utama mereka begitu takut pada Tun Tian Gui Xiao yang baru pertama kali bertemu, sebagian besar karena pengaruh orang lain, yaitu peringkat kedua di daftar peringkat kekuatan tempur pemain 【Shiva】. Sebagai yang terkuat di antara Empat Raja Langit Para Dewa, ia menggunakan ID game yang mewakili "Dewa Penghancur", sekaligus menjabat sebagai ketua guild Para Dewa. Dalam pertarungan 1 vs 1, tidak satu pun dari Vishnu, Brahma, atau Yama yang pernah mengalahkannya, bahkan sekali pun.
Saat anggota Para Dewa pertama kali melihat daftar peringkat di toko game, mereka benar-benar terkejut. Seseorang yang bahkan tidak terlihat di peringkat level, ternyata berada di atas ketua mereka di daftar kekuatan tempur. Mereka hampir percaya kalau anak ini menggunakan cheat atau punya kemampuan khusus.
"Bocah, maksudmu kalau kamu bergerak, rekanmu bahkan tidak perlu turun tangan?" tanya Vishnu.
"Sebenarnya kalau bukan karena Paman Wuju yang menurunkan rata-rata kekuatan tim, mungkin aku bisa menang tanpa bergerak." Guixiao di kehidupan nyata adalah remaja yang ramah dan sopan, tapi begitu masuk ke dalam game, dia berubah menjadi agak neurotik.
"Apa maksudmu?!" Yongzhe Wuju hampir melompat marah.
Sejak lama dia kesal dengan si Tun Tian Gui Xiao ini. Saat uji tertutup dulu, karena levelnya sudah maksimal, dia punya waktu luang untuk bermain acak dan mengikuti pertarungan 3-6 orang. Begitu masuk, ternyata ketemu tiga orang dari studio sendiri, dua di antaranya anak buahnya sendiri. Hatinya langsung tenang, berencana untuk saling meningkatkan Level Spesialisasi diam-diam, lalu biarkan dia menang di akhir. Tapi tak disangka, Guixiao malah menantang bertiga sekaligus dengan gaya menghina. Saat itu Guixiao baru level 15, tapi sudah sombong begitu. Para senior pun memberinya pelajaran... yang berakhir tragis.
Tentu, kesal ya kesal, tapi cuma sesaat. Yongzhe Wuju juga tidak sampai menyimpan dendam karena satu permainan, cuma merasa si anak nakal ini agak menyebalkan. Tak disangka, malam uji terbuka saat pembagian tugas, dia benar-benar ditempatkan satu tim dengan Tun Tian Gui Xiao dan Meng Jingchan. Tugas mereka adalah bermain mode permainan pembantaian 3v3 semalaman untuk melatih Level Spesialisasi...
Saat ini, dicela secara terang-terangan oleh Guixiao di hadapan Para Dewa yang merupakan pesaing terbesar, bahkan Buddha pun pasti akan timbul kemarahan.
"Ah... jangan marah, anak kecil memang bicaranya seperti itu." Meng Jingchan membujuk dengan bicara santai, ekspresinya seperti orang tua yang sedang melamun, sangat kontras dengan gaya bertarungnya yang lincah dan cepat, "Jangan lihat penampilanku sekarang, waktu muda aku juga sama seperti dia..." Dia mengeluarkan botol minum, meneguk beberapa kali lalu bersendawa: "Hik~ Dulu aku juga cukup nekat..."
"Apa maksudmu 'penampilan sekarang'! Penampilanmu sekarang bagaimana! Cuma merokok, minum alkohol dan rebonding!" Yongzhe Wuju berteriak: "Lagipula... Kau hanya beberapa tahun lebih tua darinya! Ini masih masa mudamu!"
"Hehe... Sudahlah, yang penting sekarang aku sudah berdiri, ayo selesaikan pertarungan." Guixiao memutar-mutar ruas jarinya sambil berjalan maju: "Besok aku akan mengajukan permohonan, ke depannya semua mode pertandingan akan kuambil single rank saja, kalian juga pasti capek kalau team rank bersamaku."
Brahma menyambut kedatangan tunggalnya dengan cibir: "Hei... bocah, jangan-jangan kau naif mengira bisa mengalahkan kami bertiga sendirian?"
"Menarik, bahkan guild leader pun tak mungkin melakukan hal seperti ini... Bagaimana pendapatmu, Yama?" Wisnu menoleh bertanya.
"Hmph... Cari mati." Yama membalas dingin.
Tapi ekspresi di wajah Guixiao saat itu justru terlihat santai hingga mendekati kemalasan, "Terserah kalian mau berpikir apa." Dia bahkan tidak membawa senjata, mengulurkan satu tangan, membuat gerakan "silakan" dengan telapak tangan menghadap ke arahnya sendiri sambil membalikkannya: "Jangan buang waktu, serang sekaligus."
