"Tentu... Karena ini pertanyaan spesial dengan nilai ganda, tingkat kesulitannya lebih tinggi." Tuan You mengangkat kartu pertanyaan: "Green Lantern... Pasti semua tahu." Dia melirik ke kamera: "Sumber energi lampu hijau mereka adalah 'kemauan'." Pandangannya tertuju pada Feng Bujue: "Di alam semesta DC, lampu hijau mewakili kemauan. Lalu... warna lampu lain mewakili apa? Sebutkan minimal empat! Waktu dimulai!"
"Pertanyaan seperti ini mustahil menghentikan Feng Bujue. Bahkan jika bukan untuk mengumpulkan bahan penulisan, dia telah membaca banyak hal karena minatnya. Jadi kali ini dia hanya perlu mengingat sebentar lalu menjawab: 'Hmm... Aku akan menjelaskan berdasarkan urutan warna. Lampu merah, kemarahan; lampu oranye, keserakahan; lampu kuning, ketakutan; lampu hijau, kemauan; lampu sian, belas kasihan; lampu biru, harapan; lampu ungu, cinta. Ada juga lampu hitam yang mewakili kematian.'"
Seluruh ruangan sunyi senyap. Tuan You melihat jawaban di tangannya, terdiam beberapa detik, lalu tiba-tiba berkata dengan suara cepat dan tegas: "Benar sekali!"
Dari kursi penonton meledak tepuk tangan yang hampir menyamai saat pembukaan, bergemuruh seperti ombak.
"Kontestan nomor satu benar-benar berpengetahuan luas. Setelah tiga pertanyaan, dia sudah mendapatkan 40 poin, sementara tiga kontestan lainnya masih nol setelah dua putaran. Kontestan nomor satu praktis tak terkalahkan," komentar Tuan You sambil menoleh ke kursi tamu undangan. "Bagaimana pendapat tiga tamu undangan tentang penampilan kontestan nomor satu?"
Saat kamera menyorot kursi tamu undangan, Nyonya Arogan hari ini untuk pertama kalinya membuka mulut. Hanya dua kata yang diucapkannya: "Otaku." Setelah itu dia kembali memalingkan kepala dan mendengus dingin.
Wabah berbaring lesu di kursinya, menopang pipi dengan tangan kurus kerangka. Kulit tangannya yang pucat nyaris transparan, memperlihatkan pembuluh darah di bawahnya. Posisi ini semakin menegaskan penampilannya yang lesu dan sakit-sakitan: "Ngomong-ngomong... Kenapa tidak ada warna yang mewakili wabah ya..."
Kameramen (sebuah hantu semi-transparan) kembali mengarahkan lensa ke Hefaistos, komentar si karakter ini tetap tidak jelas: "Huh... cuma lentera dan cincin pengumpul energi lepas, kalau mau produksi massal, asalkan jumlah pekerja Cyclop cukup..."
"Baik, terima kasih atas komentar ketiga tamu." Tuan You langsung menyela sebelum si karakter itu selesai bicara, menghadap Xiao Tan: "Kontestan nomor dua, silakan dengarkan pertanyaan kesepuluh." Ia membakar kartu pertanyaan sebelumnya, membaca yang berikutnya: "Tolong eja dengan bahasa Inggris secara akurat - Fenilketonuria. Waktu mulai."
Efek suara detak jam baru saja berbunyi, Tuan You langsung berbalik berinteraksi dengan penonton: "Seperti diketahui, dalam bahasa Inggris, terminologi medis adalah bagian yang sangat menyebalkan, kata-kata panjang yang sulit diingat..."
"Phenylketonuria, disingkat PKU." Xiao Tan menjawab, lalu mengeja seluruh kata tersebut huruf per huruf.
Tuan You terdiam beberapa detik, tangan yang memegang mikropon menaikkan kacamata hitam di batang hidungnya, membuka lebar mata kecilnya untuk memastikan jawaban di kartu pertanyaan: "Hmm... benar!"
Skor Xiao Tan ditambah sepuluh poin, disusul tepuk tangan penonton.
"Sepertinya pertanyaan ini kebetulan masuk bidang keahlian kontestan nomor dua, atau bahasa Inggrisnya memang bagus?" komentar Tuan You.
"Sebenarnya ini cukup sederhana..." Kata Xiao Tan belum selesai, Tuan You sudah menaikkan volume suaranya sendiri: "Kalau begitu... selanjutnya..."
"Pak You kembali menoleh ke Siyu: “Kontestan nomor tiga, sekarang hanya kamu dan kontestan nomor empat yang masih nol poin, pertanyaan ini sangat krusial.”"
"“Oh.” Siyu menjawab dengan tenang, sikapnya seolah berkata “bukan masalah besar”."
"“Silakan dengarkan pertanyaan…” Pak You mengambil kartu pertanyaan baru, meliriknya kemudian berkata: “Tolong sebutkan, apa yang diwakili oleh rumus kimia di layar ini? Waktu mulai!” Begitu dia selesai, layar kecil di konsol Siyu dan layar besar di lokasi sama-sama menampilkan rumus kimia: C6H12O6."
"“Glukosa.” Siyu berpikir sebentar sebelum menjawab."
"“Benar!” kata Pak You."
"Penonton kembali bersorak riuh."
"“Tampaknya semua kontestan kita sangat hebat. Akankah ketegangan bertahan sampai putaran terakhir? Atau akankah berakhir di pertanyaan berikutnya?” Pak You menoleh ke arah Beiling."
"“Hei! Apa maksudmu kalau setelah jawab ini nilainya jadi minus sepuluh?” Beiling menyipitkan mata, menatap Pak You yang gemuk: “Bahkan jika benar minus sepuluh, aku masih punya kesempatan di putaran berikutnya kan?”"
"“Hehe... Alasan saya berkata begitu adalah...” Pak You mengangkat kartu pertanyaan berikutnya: “Pertanyaan kedua belas ini, lagi-lagi pertanyaan spesial.”"
"Suara gemuruh membahana dari tribun penonton."
"“Silakan dengarkan pertanyaan!” Pak You membacakan dari kartu: “Sebutkan tiga nama pemain yang meraih gelar Pemain Terbaik Eropa di abad ke-20, tidak perlu nama lengkap, tapi... kewarganegaraan ketiganya harus berbeda. Waktu mulai!”"
Beiling kembali mengerutkan bibirnya dengan ekspresi kesulitan.
"Pertanyaan seputar dunia olahraga ini mungkin sangat mudah bagi atlet pria. Kurasa jika nomor satu atau dua yang mendapat pertanyaan ini, 20 poin ini akan seperti hadiah gratis. Sayangnya, yang mendapat pertanyaan ini justru peserta wanita kita." Kata Tuan You sambil mengingatkan: "Masih tersisa 30 detik."
"Beckenbauer, Platini." Luar biasanya Beiling benar-benar menyebut dua nama.
"Sejauh ini... benar." Kata Tuan You: "Sangat menarik... kedua pemain yang disebut peserta nomor empat ini bukan hanya atlet hebat, tapi kemudian juga pernah menjabat sebagai pejabat."
"Ronaldo!" Beiling tiba-tiba sepertinya teringat nama ini, lalu berkata.
"Peserta nomor empat, bisakah kamu jelaskan... mengapa menurutmu seorang Brasil bisa memenangkan Pemain Terbaik Eropa?" Tanya Tuan You dengan senyum.
"Hah? Ini orang Brasil?" Beiling balik bertanya.
"Hmm... Kalau kamu tidak mengenalnya, kenapa menjawab nama ini?" Kata Tuan You.
"Karena dalam ingatanku banyak pemain bola pakai nama ini, jadi kupikir... mungkin salah satunya pernah dapat penghargaan semacam itu." Jawab Beiling.
"Hmm..." Tuan You berkata: "Baiklah, bagaimanapun juga, jawaban untuk pertanyaan ini... benar!"
Tepuk tangan penonton bergemuruh, skor Beiling langsung melonjak ke angka dua puluh.
"Baiklah, para hadirin sekalian..." Tuan You bersemangat mengumumkan: "Babak pertama sudah sampai pada empat pertanyaan terakhir. Mari kita lihat perolehan skor keempat peserta!"
"Peserta nomor satu unggul jauh dengan 40 poin. Peserta nomor dua mendapat 10 poin, masih terlihat sangat gugup. Peserta nomor tiga yang tenang juga mendapat 10 poin. Sedangkan peserta nomor empat, berkat keberuntungan dalam pertanyaan spesial, kini telah mengantongi 20 poin." Kamera bergerak mengikuti narasi Tuan You, menyoroti keempat peserta satu per satu.
"Jadi... jika tidak ada kejutan, peserta yang masuk ke arena pertarungan akan berasal dari nomor dua, tiga, dan empat." Tuan You mulai memanas-manasi suasana, berseru keras: "Sekarang, mari kita tahan napas dan masuk ke empat pertanyaan terakhir di babak pertama!"
Ia berpaling ke Feng Bujue, mengambil kartu pertanyaan: "Pertanyaan ini..." Sengaja membuat jeda dramatis: "Bukan pertanyaan spesial."
"Maksudmu, meskipun aku salah jawab juga tidak masalah?" kata Feng Bujue.
"Benar, tapi saya ingatkan: pemain dengan skor tertinggi di akhir setiap babak akan mendapatkan keuntungan misterius." Tuan You membuat gestur angka "satu" dengan tangan yang memegang kartu, nada bicaranya penuh sindiran.
"Keuntungan..." Feng Bujue berpikir dalam-dalam: "Bagaimanapun... tanyakan saja dulu."
"Silakan dengarkan pertanyaan!" seru Tuan You: "Pertanyaannya... 'Di dalamnya terkandung makna sejati, kemauan abadi takkan padam. Tahukah engkau kehalusan dan kekuatan kemauan? Tuhan adalah Kemauan Agung yang dengan ketunggalannya meresapi segala. Manusia takkan tunduk pada malaikat atau maut, kecuali bila kemauannya lemah.'" Ia berhenti sejenak: "Siapakah yang mengucapkan kutipan di atas? Waktu mulai berjalan!"
“Hmm… Benar-benar pertanyaan licik di ronde terakhir…” Feng Bujue menyeringai dingin, sikapnya menunjukkan keyakinan penuh: “Di awal karya 《Ligeia》, penulis mengutip perkataan Joseph Glanvill ini untuk menyelaraskan dengan ide sentral cerita.”
“Jadi jawabanmu adalah Joseph…” Tuan You baru saja membuka mulut.
Feng Bujue menyela: “Tapi!” Ia menunjuk si gemuk You dengan jarinya: “Tapi… Penulis 《Ligeia》 adalah Edgar Allan Poe, pemabuk ini tidak bisa dipercaya begitu saja.” Senyumnya mengembang: “Glanvill adalah penganut teisme terkenal, sementara Poe memanfaatkan hal ini… Sebenarnya kutipan tadi ditulis oleh Poe sendiri, dia mengarang beberapa baris ini lalu memberi tanda pisah panjang dan menulis nama Glanvill, membuat orang mengira itu kutipan karya klasik padahal… Ini adalah karya tangan Poe.”
Tuan You bertanya: “Jadi… Jawabanmu adalah?”
“Tak perlu diragukan. Edgar Allan Poe.” Jawab Feng Bujue tegas.
“Benar sepenuhnya!” Tuan You melambaikan tangan membakar kartu pertanyaan. Sorak-sorai penonton kembali memecah.
“Huu…” Tuan You menghela nafas: “Kontestan nomor satu telah menjawab benar keempat pertanyaan di ronde pertama, termasuk satu pertanyaan spesial. Skor 50 poinnya cukup untuk mengamankan posisi pertama.” Ia menoleh ke arah Xiao Tan: “Lalu bagaimana nasib kontestan nomor dua?”
Xiao Tan sudah berkeringat dingin, tertawa kaku: "Heh... hehe... Aku sudah siap pergi ke gelanggang adu itu..."
"Benarkah... Hohoho..." Tuan You tersenyum: "Tapi pertanyaan di putaran terakhir memang cukup sulit, jadi... silakan dengarkan pertanyaan!" Ia melihat kartu soal: "Kita semua tahu... ada karakter fiksi bernama Kick-Ass. Saat tidak mengenakan kostum pahlawan super, identitasnya adalah seorang siswa. Siapa nama siswa tersebut?" Tuan You menaruh kartu soal, menatap Xiao Tan: "Waktu mulai!"
Xiao Tan langsung terdiam setelah mendengar pertanyaan, dia tipe orang yang tidak bisa menyembunyikan perasaan. Dari ekspresi wajahnya terlihat jelas... dia sama sekali tidak tahu jawabannya.
"Hmm..." Xiao Tan sudah menonton seluruh seri film ini, bahkan lebih dari sekali, tapi sama sekali tidak ingat nama tokoh utamanya.
"Masih 30 detik." Tuan You mengingatkan sambil melontarkan komentar pedas ke penonton: "Ah, dari raut wajah peserta nomor satu, aku tahu dia sebenarnya tahu jawabannya. Sayang pertanyaan ini bukan untuknya."
Efek suara detak jam terus berbunyi, Xiao Tan benar-benar kehilangan arah.
"Sisa 15 detik." Tuan You kembali mengumumkan.
"Baiklah, aku tidak tahu." Xiao Tan tidak tahan dengan ketegangan ini, dia menyerah sebelum waktu habis.
Sorakan sinis bergema dari penonton.
"Sayang sekali, skor peserta nomor dua kembali di-nolkan dan saat ini menjadi yang terendah." Kata Tuan You, lalu menghampiri panel operasi Siyu: "Peserta nomor tiga, asalkan kamu menjawab benar pertanyaan ini, kamu akan aman. Selama peserta nomor empat tidak mendapat pertanyaan spesial lagi, bahkan jika dia salah menjawab, hasilnya tidak akan berubah. Bisa dikatakan... pertanyaan kelima belas ini sangat mungkin menentukan hasil babak pertama."
"Oh." Reaksi Siyu persis sama dengan putaran sebelumnya.
Sudut mulut Tuan You berkedut dua kali. Setelah bicara panjang lebar, lawan bicaranya tetap sama sekali tak terpengaruh. Ia pun mengambil kartu pertanyaan: "Hmm... Bisakah kamu menyebutkan tiga Raja dari Sepuluh Istana Yama dalam legenda, khususnya istana kedua, kelima, dan kesepuluh? Waktu..."
Siyu langsung menjawab sebelum pertanyaan selesai: "Raja Chu Jiang, Raja Yan Luo, Raja Zhuan Lun."
Tuan You membakar kartu pertanyaan: "Benar!"
Sorak-sorai penonton memenuhi ruangan. Sementara itu, kamerawan dengan lihannya mengarahkan lensa ke Xiao Tan di posisi dua, menangkap wajah masamnya.
Tuan You kembali ke tengah panggung, menghadap ke sisi Beiling. Memandangi kartu pertanyaan terakhir di tangannya, ia berkata: "Pertanyaan keenam belas ini..." Sengaja berhenti sepuluh detik: "Ternyata..." Seolah setiap dua kata harus diberi jeda: "Ternyata ini lagi-lagi pertanyaan spesial!"
Seluruh penonton langsung hening seketika.
“Peserta nomor empat, Beiling Xiaogu, skornya adalah dua puluh poin.” Tuan You berkata: “Jika dia salah menjawab pertanyaan ini, skornya akan kembali ke nol.” Nada suaranya naik turun dramatis: “Ketegangan… tertahan sampai detik terakhir.”
“Hei, si gendut, kalau aku dan dia sama-sama dapat nol, siapa yang akan masuk ke arena pertarungan?” Beiling tiba-tiba bertanya.
“Eh… si gendut…” Ekspresi Tuan You menjadi suram: “Baiklah, sepertinya itu panggilan untukku...”
Mau tidak mau ia harus mengakui, di atas panggung hanya ada fotografer hantu selain dirinya. Jika fotografer itu ditimbang, mungkin beratnya hanya sekitar 21 gram.
“Ehem… Jika ada dua peserta dengan skor sama di peringkat pertama, akan ada babak tambahan berupa pertanyaan rebutan.” Tuan You membersihkan tenggorokannya untuk menutupi rasa canggung: “Sedangkan jika dua peserta memiliki skor sama di peringkat terbawah, keduanya akan masuk ke arena pertarungan.”
“Oh?” Beiling tersenyum licik: “Kalau begitu… aku mundur dari pertanyaan ini saja.”
Penonton gempar, sementara Tuan You hanya tersenyum tanpa bicara.
Di sisi lain, Feng Bujue memandang Beiling dan mengacungkan jempol, pertama sebagai pujian atas strateginya yang tepat, kedua sebagai penghargaan atas semangat kesetiakawanannya.
Xiao Tan hampir bersyukur sampai menangis. Apapun arena pertarungan itu, dengan ditemani seseorang, hatinya merasa lebih tenang.
“Bahkan tidak mendengarkan pertanyaannya sudah menyerah… sepertinya tidak perlu kukonfirmasi lagi kepastianmu.” Tuan You tersenyum bermakna dalam: “Kalau begitu… silakan kedua peserta menuju arena pertarungan!”
Begitu ucapannya selesai, kursi Xiao Tan dan Beiling mulai berputar dan tenggelam ke bawah. Setelah masuk ke ruang gelap di bawah lantai, kedua karakter ini kembali ditarik oleh kekuatan tak kasatmata meninggalkan posisi semula, lalu melanjutkan perjalanan di dua jalur luncur dengan kecepatan tinggi menuju area tak dikenal.
Layar besar di lokasi langsung beralih ke gambar padang pasir luas. Tak lama kemudian, di hamparan pasir kuning ini, Xiao Tan jatuh dari langit dengan posisi terlentang. Beberapa detik kemudian, Beiling juga jatuh dari langit, kedua kakinya mendarap mantap di perut Xiao Tan sebelum mendarat dengan aman.
"Siapakah algojo pertama yang akan muncul di arena hari ini?" Tuan You berkata: "Meski keempat kontestan kita ini bukan makhluk tingkat tinggi, tapi... perjuangan hidup-mati makhluk dari strata manapun selalu menghadirkan tontonan yang tak tertandingi." Ia membangkitkan emosi penonton dengan nada melengking: "Siapakah atau 'apa' yang akan memikul quest berdarah 1 lawan 2 ini?" Ia mendekat ke kamera, diiringi musik latar yang semakin mencekam dan menegangkan.
Tiba-tiba, ekspresi Tn. You berubah, dan dengan cepat ia membacakan: "Sebelumnya, para pemirsa yang masih menonton acara kami, harap diperhatikan! Anda masih bisa berpartisipasi dalam kuis prediksi pemenang akhir melalui SMS atau login ke situs web kami dengan cara interaktif di bawah layar. Anda berkesempatan memenangkan hadiah eksklusif senilai 1000 Koin Hantu dari Kotak Kejutan! Berbelanja? Datanglah ke Kotak Kejutan! Menang hadiah? Tonton Death Quiz! Terima kasih atas dukungannya!"
"Hei! Iklan apa ini di saat paling genting!" teriak Feng Bujue.
"Wah... Tampaknya kontestan nomor satu kita sudah tidak sabar," Tn. You tertawa. "Tapi sebelum saya umumkan algojo pertama di arena gladiator, mari kita dengarkan dulu komentar dari tiga juri tamu mengenai performa para kontestan di babak pertama, sekaligus prediksi mereka tentang siapa algojonya."
Kamera kembali menyoroti Pride yang dengan angkuh menatap si gemuk You dari kejauhan: "Jika aku yang memberi komentar, maukah kau mencari sudut tembok untuk bunuh diri atau semacamnya?"
"Kenapa permintaannya seperti itu... Apakah penghinaanmu padaku sudah sampai level ini?" Tn. You mengusap keringat sambil menjawab, "Ehm... Sepertinya tidak bisa."
"Hmph..." Pride pun diam.
Lalu kamera langsung beralih ke Hephaestus. Rupanya kamerawan sudah paham harus mengakhiri dengan komentar yang lebih masuk akal dari Plague.
"Apakah algojonya Cyclops?" Komentar Hephaestus tetap tidak jelas seperti biasa.
“Kalau iya, pergilah cari sudut tembok untuk bunuh diri!” teriak Pak You yang gemuk.
Akhirnya, kamera menyorot Wenyi yang mulai berbicara kepada Tuan You: “Penampilan di babak pertama telah menunjukkan bidang pengetahuan yang paling dikuasai masing-masing peserta. Yang patut disebut adalah peserta nomor satu yang sangat komprehensif. Sedangkan algojonya… Tidak perlu prediksi atau tidak, ahem, batuk… Aku adalah ksatria, jadi sudah tahu apa yang ada di gurun itu. Karena itu… biarkan pembawa acara yang mengumumkan.”
