Feng Bujue berhenti berdiri di depan Hank. Tampaknya ia ingin mengatakan sesuatu, namun tidak langsung berbicara. Matanya berkedip-kedip menandakan proses berpikir.
Wajah Hank dipenuhi ketakutan. Matanya menatap gugup ke "orang asing" ini, sama sekali tidak bisa menebak niatnya. Kesunyian singkat Feng Bujue menjelma menjadi tekanan tak terlihat.
Sekitar tiga puluh detik kemudian, Feng Bujue mengeluarkan pistol dari tasnya, "Kau tahu ini apa?"
Hank menggelengkan kepala.
"Ini senjata yang populer di abad ke-20 hingga 21." Feng Bujue menjelaskan, "Setidaknya kau paham arti kata 'senjata' kan?"
Hank mengangguk, "Aku tahu... tapi... abad... apa itu?"
Feng Bujue berpikir dalam hati: Konsep dasar seperti ini saja tidak tahu... tampaknya perbudakan terhadap mereka sangat total.
"Dia tidak menunjukkan perubahan ekspresi, lalu melanjutkan, "Dengan kata lain, senjata yang digunakan orang sekitar 400 hingga 500 tahun yang lalu.""
Hank bertanya gemetar, "Mengapa...memberi tahu saya ini?"
Feng Bujue menyeringai dingin, "Utamanya agar kau memahami konsep benda ini." Dia menunjuk moncong senjata dengan jarinya: "Cukup dengan gerakkan jari, peluru akan melesat dari sini dengan kecepatan melebihi proyektil dari graviton launcher. Jika mengenai manusia..." Dia mulai menakut-nakuti Hank: "Kena kepala - otak meledak, kena badan - organ dalam hancur, kena anggota gerak - bagian itu lumpuh dan terus berdarah..." Ekspresinya mengerikan seperti psikopat yang menahan hasrat membunuh.
Ekspresi wajah adalah bahasa universal yang melintasi zaman. Meski terpisah seribu tahun, emosi dasar seperti marah-senang tetap bisa dipahami. Maka Feng Bujue sukses membuat Hank ketakutan.
Tiba-tiba dia mengubah topik: "Berapa jumlah penduduk desamu?"
"Ini...mengapa kau tanya?" Hank balik bertanya gugup.
"Kenapa? Tak mau memberitahu?" Feng Bujue tertawa, "Kau takut aku gunakan senjata ini untuk mereka?" Tanyanya retoris. Setelah menunjukkan senjata asing, lalu langsung menanyakan jumlah penduduk, siapapun akan berpikir demikian.
"Desa...desa kami berpenduduk seratus ribu orang!" Jawab Hank dengan suara keras seolah mengumpulkan keberanian.
“Benarkah… Hehe…” Feng Bujue tertawa santai sambil mengayun-ayunkan pistol di depan Hank, “Dari sistem navigasi otomatis, sekitar dua puluh menit lagi kita akan sampai di desamu. Menurut pengamatanku, desa kalian punya permusuhan yang kuat terhadap orang luar…” Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, “Jika mereka langsung menyerang begitu melihat kami… Pistol ini berisi seribu peluru. Bahkan dengan akurasi tembak 60-70%, menurutmu berapa banyak orang yang akan tewas di desamu?”
Kuangzong Jianying yang duduk di kejauhan hampir terjatuh dari kursinya. Dalam hati bergumam: Berani sekali kau membual! Satu pistol, seribu peluru? Disimpan di mana? Magazen dimensi lain? Lagipula dengan kecepatan tembak pistol, bahkan jika benar ada seribu peluru, dan lengan serta tanganmu kuat menahan getaran, butuh hampir setengah jam untuk menembakkan semua itu. Apa penduduk desa akan antri satu-satu untuk dibantai?
“Tidak… Kumohon, jangan bunuh orang desa kami!” Hank memohon dengan gemetar, “Desa kami hanya berpenduduk lima ribu orang…”
“Lho! Benar-benar dipercaya!” Kuangzong Jianying kaget dalam hati, namun tetap berpura-pura tenang. Dengan posisi membelakangi mereka, dia terus duduk diam di kursi penumpang depan sambil pura-pura melamun.
“Aku bisa berjanji tidak akan membunuh.” Kata Feng Bujue, “Tapi kamu harus bekerja sama dengan kami.”
“Baik… Baik… Apa yang harus kulakukan.” Hank menjawab dengan suara bergetar.
“Lihatlah, Hank.” Nada suara Feng Bujue kembali menjadi sangat tulus, inilah yang disebut kombinasi keras dan lunak: “Apa pun prasangkamu terhadap 'orang luar', kamu pasti juga melihat bahwa aku dan temanku bukan tipe yang suka membunuh. Bahkan ketika kamu menyerang kami dengan ketapel lebih dulu, kami tidak membunuhmu, kan?”
Hank mengangguk.
Kuangzong Jianying kali ini sambil menggelengkan kepala, bergumam pelan: “Meski tidak membunuhnya, tapi ancaman kematian yang terus meningkat ini benar-benar keterlaluan...”
“Kami hanya ingin melihat-lihat desamu lalu pergi.” Feng Bujue melanjutkan: “Tenang saja, ini bukan Investigasi. Tidak akan ada 'pasukan orang luar' yang menyerang kalian kemudian. Kami cuma pelancong yang penasaran ingin melihat desamu.”
Hank masih setengah percaya pada perkataan ini. Dia memang merasa kemungkinan adanya 'pasukan orang luar' sangat kecil, tapi kalau dikatakan mereka murni ingin berkunjung ke desa, mati pun dia tidak percaya.
“Tapi... desa kalian jelas sangat eksklusif, memiliki kesalahpahaman yang mengakar terhadap orang luar.” Feng Bujue mengamati ekspresi Hank sambil berkata: “Dalam kondisi normal, semua orang di desamu pasti akan membunuh kami tanpa bertanya alasan. Kedua pihak bahkan tidak punya kesempatan berkomunikasi.” Ia menggeleng: “Begitu konflik fisik terjadi, kau pasti tahu akibatnya.” Ia mengangkat tangan dan menunjuk ke belakang: “Saya jamin, teman saya ini hanya dengan senjata dingin bisa membunuh lebih dari seribu orangmu.”
Kuangzong Jianying akhirnya tak tahan menoleh dan berseloroh: “Apa kira ini main game Dynasty Warriors?”
Karena Hank tetap tak mengerti, Feng Bujue langsung melanjutkan dengan wajah serius: “Maksudnya, membunuh seribu orang baginya semudah memanen hasil pertanian.”
Keringat dingin membasahi tubuh Hank. Ingatannya kembali ke kejadian saat Kuangzong Jianying tiba-tiba muncul seperti hantu di depannya. Keyakinannya semakin kuat pada ajaran pendeta desa: Orang luar adalah iblis—kuat, licik, ahli menipu. Betapapun tak berbahaya, menyedihkan, atau tampan rupanya, harus dibunuh tanpa ragu. Jangan beri mereka kesempatan bicara.
Perkataan Feng Bujue masih berlanjut: "Percayalah, aku sama sekali tidak ingin melihat situasi seperti itu terjadi seperti dirimu." Ia menepuk bahu Hank dengan satu tangan, "Asalkan kau mengikuti rencanaku dan membawa kami masuk ke desa, aku janji tidak akan melukai siapapun. Aku dan temanku paling hanya akan tinggal beberapa jam di desamu, lalu kami akan pergi. Setelah itu, kau bebas, lakukan apapun yang kau mau, bahkan segera panggil orang untuk mengejar kami juga tidak masalah." Dia berhenti dua detik, mengamati perubahan ekspresi Hank, lalu menambahkan: "Kau boleh tidak percaya kata-kataku saat ini, tapi kau harus pertimbangkan konsekuensi jika kau tidak kooperatif." Ia berbalik, senyum dingin mengembang di sudut bibirnya: "Waktu hampir habis. Jika kau terlalu lama berpikir, kabin hiu pasir akan sampai di tujuan. Saat itu... kami terpaksa menggunakan kekuatan untuk masuk..."
