Kerajaan Necropolis, Domain Tak Berbatas.
Gurun tak berujung ini sama sekali tidak memiliki butiran pasir kuning. Seluas mata memandang, yang terhampar hanyalah warna abu-abu keputihan.
Abu terakhir dari tulang-belulang yang dihancurkan, membentuk hamparan pasir putih sepi yang membentang ribuan mil.
Di sini tidak ada siang atau malam. Langit selamanya kelabu. Bola api hitam tergantung tinggi di angkasa, menerangi dunia ini dengan "cahaya hitam". "Bulan Hitam" itu adalah simbol Raja Gelap Abyss. Tanah yang disinari cahaya hitam adalah wilayahnya; Jiwa-jiwa yang ditaklukkan cahaya hitam adalah rakyatnya.
Hari itu, pasir gurun masih berterbangan ganas, nyanyian jahat yang aneh bergema, mengangkat badai pasir berbentuk pusaran. Di tengah jeritan pilu, tiba-tiba terlihat celah dimensi berbentuk bulat muncul di udara, sosok manusia datang menerjang.
K3-Tubuh besi merah jatuh ke tanah seperti peluru meriam seberat beberapa ton yang menghantam gurun, memicu ledakan dahsyat dan menghempaskan gelombang pasir ke segala arah. Aura pembunuhan yang mekar besar menyelimuti padang pasir.
"Keluarlah." K3 menyeringai dingin: "Bahkan jika kau sekarang menyesal memanggilku ke sini, sudah terlambat."
Bagi K3, satu-satunya yang bisa membatasi kekuatannya adalah tingkat kesulitan Quest itu sendiri. Perhitungan Vairu bahwa dia akan unggul di dunia ini ternyata meleset. Mungkin kekuatannya di sini bisa melebihi batas Derivator Level Empat, namun Derivator Level Tiga di dimensi dengan kekuatan tempur lebih tinggi ini juga memiliki ruang untuk meningkat seperti dirinya.
Awan darah menggelegak, bulan hitam kehilangan cahaya. Nyanyian jahat dalam angin tiba-tiba berhenti. Pada detik ini, asap hitam mengalir deras dari langit. Vairu yang seperti kabut tak berbentuk perlahan mengembun menjadi sosok fisik.
Wujud fisiknya adalah sesosok tua bermuka ungu, dengan alis tajam bagai pedang, mata berkilau seperti bintang, janggut keriting dan cambang macan, janggut putih sepanjang dada, jubah hitam menutupi tubuh. Wajah yang sama jika dipenuhi aura kebajikan bisa disebut immortal, namun dari Vairu justru memancarkan aura kejahatan yang mengerikan dan suram. Sekilas memandangnya saja sudah membuat bulu kuduk merinding.
"Angin jahat berbisik serempak, arwah penasaran mengundurkan diri."
Sekeliling tiba-tiba menjadi sunyi bak kuburan, seolah seluruh alam semesta menanti dan mengawasi... langkah selanjutnya Vailu.
"Aku sudah melihat, mendengar... kesombonganmu." Vailu berbicara: "Dan aku juga merasakan, kau memang kuat. Tapi semua ini... takkan menggoyahkan tekad bertarungku."
"Sebagai anjing penjaga." Ekspresi K3 tetap tenang, meski lengan kanannya kini hanya bisa berfungsi 50%, ia yakin mutlak akan kemenangannya: "Kau cukup baik."
Sebagai Derivator level tiga, tentu ia lebih memahami tatanan dan hukum Taman Horor dibanding BOSS quest biasa. Analisis kekuatan tempurnya jelas lebih objektif dan konkret.
Jika dibandingkan, kekuatan Vailu di sisi Kerajaan Necropolis jauh melebihi Ford yang dihadapi Feng Bujue di Pulau Pemburu, tapi masih kalah dengan monster tingkat tinggi seperti Samodiel.
Jika berada di dunia sisi Kota Sakura, kekuatan Vailu akan melemah dan terbatas. Dalam pertarungan sebenarnya, dua GM dengan status penuh punya peluang besar membunuhnya.
Sedangkan kekuatan K3-Besi Merah di sisi Kota Sakura setara bahkan sedikit lebih kuat dari gabungan dua GM. Di dunia Kerajaan Necropolis, batasan data yang diterimanya berkurang, sehingga meski batas maksimal semua naik, ia tetap lebih unggul dari Vailu.
“Siapa yang berani hancurkan Formasi Jiwa Perengkutku... Bunuh!” Vairu bergumam rendah, tubuhnya tiba-tiba samar, berubah menjadi bayangan samar yang dalam sekejap telah menyerang hingga di depan K3.
Pertempuran pecah, aura pembunuhan melonjak drastis.
Vairu memulai serangan mendadak untuk merebut inisiatif. K3 menginjak pasir tulang, memutar lengan bagai memutar langit-bumi. Posisinya hampir tak bergeser, hanya dengan gesit mendorong cakar hantu yang menyambar ke samping. Keduanya saling berpapasan, serangan Vairu pun dengan mudah dinetralisir.
Tentu saja, jurus ini hanyalah uji coba Vairu. Menghadapi musuh kuat, ia tak berani menggunakan jurus pamungkas sembarangan sebelum mengetahui kedalaman lawan, agar tak membuka celah dan kalah dalam sekejap.
Berbalik badan dengan geram, Vairu mengumpulkan kabut hitam pekat di punggungnya. Aura pembunuhan yang liar bersama gelombang jahat yang bergolak, menjelma menjadi kekuatan fisik yang menerjang punggung K3.
"Kali ini uji coba serangan jarak jauh?" K3 berpaling dengan santai, "Jurus gertak sambal seperti ini mungkin masih bisa menakut-nakuti pemain..." Lengan kanannya terangkat lurus, telapak tangan terbuka dengan cahaya merah menyala di lengannya.
Menghadapi gelombang hitam yang ganas, ia menyambut dengan kekuatan merah yang lebih perkasa. Mengandalkan kekuatan melawan kekuatan, dua energi bertubrukan hingga padang pasir bergema seperti suara genta.
"Gelombang suara menggema, angin dan awan berubah warna. Setelah debu putih menghilang, dua sosok masih berdiri berhadapan, keduanya tidak terluka sedikit pun, napas tetap teratur. Tampaknya dengan serangan uji coba level ini, mereka bisa bertarung selama tiga hari tiga malam seperti pertarungan ahli dalam novel silat, berakhir dengan seseorang yang kabur karena kebelet pipis."
"Data sementara yang menyedihkan, bahkan jika tidak mati di sini, akan lenyap saat Quest berakhir." K3 berkata dengan nada penuh belas kasihan: "Dalam tak terhitung Quest, Sistem bisa menciptakan tak terbatas versimu. Kau akan dibunuh oleh banyak pemain, atau membunuh mereka... Tapi keduanya sama-sama tak bermakna. Bagimu, kematian adalah akhir. Bagi mereka, hanya kembali ke sistem."
"Aku tidak mengerti maksudmu..." Vailu menyela.
"Memang sulit kau pahami, dan yang paling tragis adalah meski kau mengerti, tak ada yang bisa diubah." K3 melanjutkan: "Hanya data dengan 'keunikan' di level tinggi yang bisa 'hidup' lebih lama. Meski akhirnya juga akan lenyap, setidaknya mereka punya memori yang bertahan lebih panjang. 'Kematian' terakhir mereka di dimensi ini akan menjadi sebuah epos."
K3 menghela napas: "Dan kau... jangan buang waktuku lagi. Tenanglah dan cepatlah lenyap, biarkan Sistem memenuhi syarat teleportasi pemain." Aura pembunuhan menyala di mata K3: "Aku hanya selangkah lagi ke level dua, tak boleh ada kesalahan sedikit pun. Aku tak akan membiarkan data sementara sepertimu menciptakan komplikasi!"
……
“Apakah itu... manusia?” Yongzhe Wudi menurunkan suaranya dan bertanya. Ia mengikuti pandangan Copernicus ke arah hutan di depan, melihat sekelompok siluet manusia perlahan mendekat ke arah mereka.
“Seharusnya itu halusinasi...” jawab Copernicus.
"Oh... halusinasi, bukan monster ya." Batin Feng Bujue. Ia semakin ingin mengkritik Tuan Administrator ini. Orang-orang belum mendekat, biasanya pasti dikira monster, tapi reaksi pertamamu malah memberi tahu bahwa mereka bukan entitas fisik.
“Haruskah kita bersembunyi?” Ye Zhi masih berpikir dengan logika normal. Ia mengajukan saran yang lebih masuk akal sambil dengan sigap menutupi cahaya senter di tangannya.
“Hei, mau sembunyi atau tidak?” Feng Bujue langsung menoleh ke Galileo dan bertanya dengan nada kesal.
“Eh... kurasa... tidak perlu.” Jawab Galileo dengan kaku. Ia belum menyadari mengapa Feng Bujue tiba-tiba menanyainya, tapi sudah spontan menjawab.
“OK, mari kita lihat trik apa yang bisa dimainkan oleh halusinasi ini.” Feng Bujue dengan satu tangan di saku baju dan tangan lain memegang senter, memandang bosan ke depan.
Ye Zhi menggunakan pandangan aneh melirik ke kiri dan kanan, menyapu wajah Feng Bujue, Copernicus, dan Galileo satu per satu. Dia merasa heran, rekan tim ini semua terlihat tidak bisa diandalkan, tapi mereka selalu melakukan tindakan tak biasa yang tepat, seolah-olah telah membaca walkthrough sebelumnya.
Tak lama kemudian, rombongan kecil itu mendekat. Mereka berjalan sangat lambat dengan gerakan aneh, seperti kereta mainan anak-anak yang saling mengekor.
Orang paling depan menundukkan kepala hingga ke dada, tangan kaku terentang ke depan seperti zombie sambil terhuyung memimpin. Orang kedua meletakkan tangan di bahu pertama, kepala juga tertunduk dalam-dalam di antara kedua lengan. Orang ketiga menaruh tangan di bahu kedua, begitu seterusnya. Total ada enam orang dalam rombongan ini.
Saat mereka cukup dekat, para pemain bisa melihat pakaian rombongan ini dengan lampu senter. Enam siluet bertunduk ini mengenakan pakaian dan memiliki gender yang persis sama dengan enam pemain.
Feng Bujue tertawa: "Ha... Tidak perlu dikatakan, pasti karakter terakhir punya dialog seperti 'Ikutlah' atau semacamnya..."
Rombongan itu melewati para pemain dengan diam-diam, seolah hanya lewat begitu saja. Entah disebut kebetulan atau takdir, orang terakhir yang berjalan mengenakan jas panjang ungu yang sama seperti Feng Bujue. Saat melewati mereka, ia mengangkat kepala dan menolehkan wajah pucat yang mengerikan, memutar bola mata putihnya, dan berkata dengan suara yang membuat bulu kuduk merinding: "Ikuti kami..."
"Lihat, apa kubilang?" Feng Bujue mengangkat bahu.
Sikapnya yang sangat santai mempengaruhi orang-orang di sekitarnya, seperti saat menonton film horor ketika seseorang membeberkan adegan menakutkan sebelumnya. Dengan persiapan mental, pengaturan alur cerita yang awalnya cukup menyeramkan sama sekali gagal memicu efek takut. Nilai Ketakutan semua orang tetap stabil tanpa fluktuasi.
"Trik semacam ini... sudah dipakai di film hantu produksi Hong Kong era 90-an," kata Feng Bujue. "Aku sudah melihat terlalu banyak adegan serupa." Matanya mengikuti rombongan ilusi yang perlahan menjauh ke dalam kegelapan hutan pegunungan, tetap tak henti mengkritik: "Kalau mau benar-benar membuat orang tidak nyaman, lebih baik menyusun enam orang seperti lipan, lalu biarkan mereka merayap mendekat. Orang paling depan kemudian berkata..."
"Jangan lanjutkan!" Ye Zhi buru-buru menyela, "Selain memberikan saran konstruktif, bisakah kamu berhenti berbicara?" Sebagai perempuan, nilai san-nya terus menurun sejak bertemu Feng Bujue. Dibandingkan permainannya, polusi mental dari ucapan dan perilaku Feng Bujue jauh lebih menakutkan karena efeknya bisa berlanjut ke kehidupan nyata.
"Melihat halusinasi berarti kita sudah memasuki area lingkaran sihir." Sebagai GM, Copernicus dengan serius mengembalikan pembicaraan ke alur penyelesaian misi.
"Hilangkan kata 'lah' itu." Feng Bujue tersenyum, "Tuntun saja jalan."
