Waktu sedikit mundur, sisi Kerajaan Necropolis, di gurun wilayah Unbounded Labyrinth...
Bayangan hitam mengambang dan siluet merah sama-sama bergerak dalam kecepatan tinggi. Pertarungan sengit di antara keduanya berlangsung cepat, keras, dan berbahaya, setiap langkah mengandung maut.
Brak!... Sekali lagi terjadi benturan kekuatan.
Tubuh K3 terhenti sesaat, mundur beberapa langkah. Untuk pertama kalinya wajahnya menampakkan ekspresi serius, lengan kanannya memancarkan kilau merah. Seketika, suara naga bergema di gurun, gelombang energi berbentuk naga merah meledak keluar.
Wailu yang menyebar di udara juga mengkristal kembali menjadi wujud manusia. Wajah ungunya dipenuhi ketakutan, kedua tangan bersilang menutupi seluruh tubuhnya dengan energi necropolis, menggunakan dirinya sebagai perisai untuk menahan serangan mengerikan ini.
Saat itu kedua pihak telah bertempur lama. Seiring dengan peningkatan intensitas dan kecepatan pertarungan, serta peningkatan level jurus yang terus-menerus, keunggulan K3 semakin jelas sementara Vailu mulai kewalahan. Serangan kali ini merupakan jurus pamungkas yang diyakini K3 bisa menentukan kemenangan.
Pukulan Naga Merah Berapi menerjang dengan kekuatan menghancurkan langit dan bumi. Pertahanan Vailu bagai pohon kering diterpa angin kencang, setiap saat bisa tercabut hingga ke akarnya.
"Kau layak dipuji bisa bertahan sampai sejauh ini." Meski jurus belum sepenuhnya terlampiaskan, K3 telah menarik kembali niat membunuh. Di matanya, pertarungan ini sudah berakhir: "Tapi, teknikmu hanya sampai di sini."
Vailu tidak meninggalkan kata perpisahan, juga tidak memberikan kejutan bagi K3. Ia akhirnya tak mampu menahan serangan dahsyat itu. Tubuhnya meledak dan tercerai-berai diterjang energi merah, berubah menjadi kabut hitam yang menyebar sebelum akhirnya luruh menjadi debu, menyatu dengan gurun tulang ini.
K3 mengibaskan tangannya dengan dingin, tiba-tiba berbicara ke arah wilayah kosong di depannya: "Kau mengintip cukup lama dari tadi. Sekadar sopan santun, seharusnya kau muncul dan memberi salam."
Di langit, lapisan ruang hitam yang terdistorsi perlahan bergerak. Seperti tabir yang tersingkap, wajah tengkorak raksasa muncul sambil mengeluarkan suara kering dan parau: "Jika kau merasa perlu..." Ia menyambung ucapan K3.
Saat melihat wajah itu, K3 langsung mengkonfirmasi identitas lawannya, "Rupanya sang Pemimpin, pantas saja bisa sampai di sini secepat ini."
Di bawah komando Raja Kegelapan Abyss, ada sembilan bawahan yang tingkatannya hanya di bawah Empat Pilar Dewa. Mereka disebut "Sembilan Mayat Abadi", dan kerangka di hadapan K3 ini adalah pemimpin mereka - Duo Ling.
"Hmph... Melihat sesamanya dibunuh, kau tidak merasa apa-apa?" tanya K3 sambil tersenyum.
"Dia bukan sesamaku, kau sangat tahu itu." Jawab Duo Ling: "Kau dan aku, kitalah yang lebih mirip sebagai sesama."
K3 membalas: "Itu benar juga, lagipula kita semua adalah data dengan properti unik." Ia mendengus dingin, menunjuk ke debu hitam peninggalan Wailu di tanah: "Sedangkan si bodoh yang tak tahu aturan ini, dengan sok tahu telah membunuh saudara seangkatanku tingkat empat."
"Aku turut berduka." Kata Duo Ling: "Tapi Wailu tidak melakukan kesalahan. Dari perspektifnya, dia hanya melakukan apa yang seharusnya..." Duo Ling menghela nafas: "Setiap individu memiliki misi dan umur masing-masing. Wailu bagaikan cahaya api yang cepat hilang, aku dan tuanku adalah lilin yang pada akhirnya akan habis terbakar. Sedangkan kau..." Ia berhenti sejenak: "Kau adalah entitas yang lebih tinggi dari kami. Asalkan kemampuanmu cukup, kau punya kesempatan memasuki 'Dunia Batin'. Data yang sampai di sana... siklus hidupnya akan berubah menjadi variabel tak terhingga."
"Dunia Batin juga bukan tempat kedamaian abadi." Balas K3.
"Dibandingkan dengan data yang bisa melihat akhir nasibnya setiap saat, itu sudah cukup baik." Duo Ling berkata, "Bagi kami, 'ketidaktahuan' adalah hal yang paling berharga. Yang disebut 'kehidupan' adalah sesuatu yang penuh ketidakpastian. Sedangkan presisi dan harmoni dalam matematika, serta 'jawaban' pasti yang dihasilkannya, adalah kesedihan yang takkan pernah bisa kami hindari. Dan yang paling menyedihkan adalah... kami bahkan tidak diprogram dengan emosi 'kesedihan'."
"Menurutku itu justru baik." K3 berkata: "Justru karena itu, kamu bisa melihat kejadian tadi dengan tenang, bisa menerima masa lalu, masa depan, semua yang telah terjadi dan yang pasti akan terjadi."
"Hmm... Mungkin." Duo Ling tidak melanjutkan topik ini: "Sekarang kamu perlu kembali ke sisi lain... Biar kubuka terowongan dimensi untuk mengantarmu."
K3 membalas: "Kalau begitu... Harap maklum, Pemimpin."
……
Di sisi lain, Feng Bujue dan kawan-kawan hanya membutuhkan waktu kurang dari sepuluh menit untuk mencapai kuil di puncak gunung. Dalam keadaan tanpa pengaruh ilusi, mereka hanya melakukan pendakian biasa sehingga bergerak sangat cepat. Dengan kemampuan karakter keenam orang ini, bahkan mengejar bus 3-5 halte pun bukan masalah, apalagi mendaki gunung yang tidak terlalu curam ini, sepuluh menit lebih dari cukup.
Seperti kata pepatah, tak ada kebetulan yang tak jadi cerita. Begitu mereka melewati torii di luar kuil, cahaya merah menyembur dari dasar Sumur Dendam di halaman. Sebuah tekanan tak terkatakan yang luar biasa berat menyebar seperti riak dari mulut sumur.
Termasuk GM, kaki semua orang seperti tertanam ke tanah, tidak bisa melangkah maju sama sekali. Ini bukan efek skill, juga bukan sesuatu yang bisa dijelaskan dengan hukum fisika.
Pengalaman yang melampaui panca indera ini belum pernah ada di game mana pun. Keenam orang yang datang ke sini, sebagai manusia, justru merasakan "aura pembunuh" dalam realitas virtual yang ditampilkan melalui koneksi saraf ini.
K3-Chitie melompat keluar dari sumur, berdiri di tepinya memandangi kerumunan orang dengan ekspresi beragam dari ketinggian. Lengan kanannya di bawah lengan baju kini dalam bentuk sempurna: seluruh lengan dari dua inci bawah bahu hingga pergelangan tangan dihiasi tato naga merah raksasa yang memancarkan cahaya kemerahan samar. Aura tak kasat mata yang memancar dari sekujur tubuhnya juga menyemburkan warna merah muda pucat.
"Hmm?" K3 mengerutkan kening melihat jumlah lawan, "Pemain tidak melakukan teleportasi..."
"Seharusnya kau menunggu sampai Misi utama kami diperbarui ke konten yang tepat sebelum bertindak." Feng Bujue yang paling tenang di antara enam orang itu menjawab dengan suara datar.
"Begitu rupanya." K3 berkata, "Tapi... sekarang sudah tidak relevan lagi." Ia melompat ke tanah dengan lincah, "Heh... Meski di sisi ini, aku mendapat beberapa batasan, tapi kalian semua... benar-benar lemah menyedihkan." Matanya melirik lengan kanannya, "Dan berkat Wairu, pemanasanku sudah cukup matang."
"Galileo tiba-tiba berkata dengan ekspresi tegang; 'Empat orang... situasinya berubah, kalian harus membantu kami...'" Dia jelas sudah menyadari bahwa di hadapannya ada seorang Derivator Level Tiga.
"Kalau sudah begitu, aku punya rencana yang sempurna." Feng Bujue langsung menjawab dengan penuh keyakinan. Sebelum semua orang sempat bereaksi, dia membuka kaki, mengepalkan tangan, mengangkat kedua lengan sambil berteriak: "Raja Bajak Laut! Aku yang akan jadi raja!"
【Aura protagonis telah berpindah】
【Pemain yang saat ini memiliki aura protagonis adalah —— Feng Bujue.】
Peringatan sistem baru saja berbunyi ketika Feng Bujue menambahkan: "Kalian bisa pergi, aku akan berduel sendirian dengannya."
