Terkadang kita melihat trik yang dimainkan pembawa acara dalam program kuis varietas. Misalnya, ada tiga papan penghalang di panggung. Pembawa acara memberi tahu peserta bahwa di balik salah satunya ada mobil baru, sementara dua lainnya kosong. Kemudian dia meminta peserta memilih satu untuk dibuka.
Kontestan memilih papan pertama. Saat itu, host yang mengetahui lokasi mobil tersembunyi mendatangi papan ketiga dan membukanya - tidak ada apa-apa. Kemudian host menghampiri kontestan, "Masih ingin memilih papan pertama? Maukah kau mengubah pilihanmu?"
Sebagian besar orang tidak mengubah pilihan hanya karena keras kepala atau ketakutan, mengira host menggunakan psikologi terbalik untuk menjebak. Namun faktanya, terlepas dari emosi, berdasarkan statistik dan perubahan varians, pilihan yang tepat adalah beralih ke papan kedua - terlepas di mana mobil berada.
Keputusan Feng Bujue tidak masuk pintu pertama melalui pertimbangan multi-layer: baik yang dilihat sebelumnya adalah dirinya sendiri akibat tumpang-tindih dimensi waktu atau halusinasi biasa, baik itu gangguan atau petunjuk. Memilih koridor lain tidak mengurangi probabilitas menemukan obat, namun risiko "kesalahan pilihan" lebih rendah dibanding masuk pintu pertama.
Eksplorasi prioritas ke jalur lain juga bisa menjadi bukti pendukung untuk kejadian di jalur pertama. Dengan mengumpulkan lebih banyak informasi quest, mungkin bisa menjelaskan adegan sebelumnya dengan lebih akurat.
Tek...tek...tek... Langkah kaki berfrekuensi tinggi.
Setelah masuk pintu ketiga, Feng Bujue langsung berlari di koridor. Larinya sangat cepat, bayangannya seperti macan tutul ungu melesat di koridor. Dia sadar: di koridor seragam begini, tak boleh membuang waktu lagi.
Dua puluh tiga menit pertama hampir habis, dan dia belum menemukan satu botol obat pun. Bahkan setelah menemukan obat, kemungkinan besar dia masih harus menghabiskan waktu untuk memecahkan beberapa permainan pintu gergaji listrik. Permainan semacam itu bisa dibilang menyegarkan pikiran dan menguatkan tubuh. Jika dimainkan di dunia nyata, selain menyebabkan cacat permanen dan trauma psikologis, juga berpotensi tinggi mematikan. Sedangkan di Taman Horor, dalam quest saat ini, jika dimainkan dengan buruk, konsekuensi ringannya akan mengurangi nilai kelangsungan hidup atau waktu secara signifikan, sementara yang terburuk akan mengorbankan medali Contra.
【Tari Jazz】 yang tidak hancur di quest sebelumnya merupakan keberuntungan besar di tengah ketidakberuntungan bagi Feng Bujue. Efek ajaib yang meningkatkan kecepatan lari sekaligus mengurangi konsumsi stamina ini, saat ini bisa membantunya menghemat banyak waktu.
"Hah?" Feng Bujue yang sedang berlari tiba-tiba melihat pintu muncul di salah satu sisi koridor depan - sebuah pintu kayu yang terlihat sangat tua.
Ini berada di tengah koridor. Panjang jalan di depan masih belum diketahui, tapi keberadaan ruangan di koridor ini cukup mengejutkan. Sebelumnya dikira koridor monoton ini hanya saluran untuk menghabiskan waktu pemain yang menghubungkan berbagai lokasi FLAG. Tak disangka di tengah jalan sebenarnya ada beberapa pengaturan tersembunyi.
Feng Bujue tanpa ragu berhenti di depan pintu kamar, meraih gagang pintu. Dia pasti harus masuk, bagaimana jika ada botol ramuan di dalam? Tidak ada yang mengatakan ramuan pasti berada di ujung koridor, lagipula apakah koridor ini ada ujungnya, dan apakah ada ramuan di ujungnya, semuanya masih tanda tanya, sama seperti apa yang akan muncul di balik pintu ini, semuanya masih misteri.
Pintu terbuka dengan sunyi, tanpa suara kayu berderit seperti yang dibayangkan Feng Bujue. Bagian dalam kamar gelap gulita, cahaya koridor lenyap ditelan kegelapan di ambang pintu. Feng Bujue tidak buru-buru masuk. Dia mengeluarkan senter dan menyorotkan cahaya ke dalam, memastikan kondisi interior terlebih dahulu.
Ini adalah kamar kecil yang kosong tanpa perabotan. Di sudut terdapat tumpukan kardus kosong dan keranjang besar. Anehnya ada jendela di dalam kamar, tapi tertutup rapat oleh lembaran besi. Tidak ada pintu lain di kamar ini, lantainya juga tidak berkarpet. Lantai yang berbeda dengan koridor luar terlihat sangat lapuk, tidak rata, dengan bercak-bercak bekas serangan rayap.
Sulit dikatakan apakah ada petunjuk atau item tersembunyi di kamar ini, tapi yang pasti tidak ada orang di dalam, juga tidak ada tempat untuk bersembunyi.
Setelah mengamati sekitar belasan detik, Feng Bujue melangkah masuk.
Saat kedua kakinya melangkahi ambang pintu dan seluruh tubuhnya masuk ke dalam ruangan kecil itu, rasa dingin yang menusuk langsung menyergapnya. Sensasinya seperti mengenakan kemeja tipis di tengah salju yang membeku, dingin yang begitu nyata dan sama sekali bukan ilusi psikologis.
"Wah... AC macam apa ini? Tadi di luar suhunya normal..." Feng Bujue yang memang tidak mudah takut tetap santai bergumam pada diri sendiri.
Ia mengangkat senter hendak menyoroti sudut-sudut ruangan yang tak terlihat dari luar, tiba-tiba pintu di belakangnya bergerak sendiri. Persis seperti saat terbuka, kini tertutup diam-diam...
"Tutup lagi?" Feng Bujue tampak kesal dengan rutinitas pintu terkunci setiap masuk ruangan tertutup. Ia berbalik menarik gagang pintu sekuat tenaga, mencoba memutarnya.
Hasilnya... benar-benar gagal.
Dengan pintu yang terkunci, Feng Bujue bagai terjebak dalam sangkar. Dingin di dalam ruangan semakin menggigit. Setelah berusaha membuka pintu hingga napasnya tersengal, sorotan senter menangkap kepulan uap putih dari mulutnya yang terengah.
"Baiklah... Ini cuma jebakan buang-buang waktu. Harus memecahkan teka-teki untuk keluar ya." Geleng kepala Feng Bujue disertai putaran badan cepat yang tak berdaya, memulai pencarian menyeluruh di sekeliling ruangan.
Setelah memeriksa empat sudut ruangan yang tampak normal, ia mendekati kardus-kardus bekas dan keranjang kosong di pojok. Pada detik itu, tiba-tiba Feng Bujue merasakan sesuatu...
Dia menyadari, ada sepasang mata yang sedang menatapnya dari tempat tinggi.
Feng Bujue perlahan mengangkat kepala sambil mengarahkan sinar senter ke atas. Di langit-langit tepat di tengah, terlihat bayangan gelap yang terbentuk dari udara mengambang. Bentuknya tidak jelas, seperti siluet manusia. Tubuhnya menempel erat di langit-langit, seolah bisa mengisolasi atau menelan cahaya. Saat sinar senter menyorotinya, lingkaran cahaya terpisah di sekitar tubuhnya.
Feng Bujue menatap makhluk itu dengan tenang, sementara bayangan itu juga memandanginya dari atas. Suasana menyeramkan ini tidak berlangsung lama sebelum bayangan tersebut berangsur memudar dan menghilang...
Tak disangka, tepat tiga detik setelah bayangan itu benar-benar lenyap, tiba-tiba dua sinar biru redup menyorot dari atas - berasal dari posisi mata bayangan tadi.
Orang normal mana pun pasti akan kaget berada di situ. Tapi Feng Bujue tetap diam di tempatnya tanpa gemetar, berkata lesu: "Dasar kau yang suka kaget-kaget... Cukup lincah ya..."
Saat itu, bayangan gelap menyergap dari atas. Feng Bujue mundur cepat dengan gesit sambil mengeluarkan pistol [Satu Tembakan Mematikan], mengarahkannya: "Apa maksudmu?"
"Bayangan itu perlahan berubah dari keadaan kosong menjadi jelas dan nyata, membentuk sosok manusia berwarna hitam yang mirip dengan pembunuh dalam kasus Conan, hanya saja matanya berwarna biru. Pada tubuhnya terdapat lipatan aneh yang memperlihatkan cairan merah seperti darah mengalir di dalamnya, seolah pembuluh darahnya berada di luar tubuh dan transparan."
"Kamu bisa cerita hantu?" Bayangan itu berbicara dengan suara pria paruh baya.
"Kamu... Ha ha ha ha ha..." Feng Bujue tiba-tiba tertawa terbahak-bahak tanpa alasan jelas, merasa adegan ini sangat lucu. Setelah sekitar sepuluh detik, dia berusaha menenangkan diri: "Aku peringatkan, aku sedang buru-buru."
"Ceritakan sebuah kisah horor." Bayangan itu mengulang permintaannya.
Feng Bujue menurunkan pistolnya. Bukan karena takut tidak bisa membunuh makhluk itu dengan satu tembakan, tapi khawatir membunuhnya akan membuatnya terjebak di ruangan ini. "Kalau kubilang... apa untungnya bagiku?" tanyanya.
Meski terlihat seperti pertanyaan sederhana, Feng Bujue telah mempertimbangkan dengan matang. Daripada bertanya "apakah kamu akan melepaskanku kalau bercerita?", dia memilih bertanya "apa untungnya" untuk mendapatkan informasi lebih lengkap. Jika FLAG ruangan ini memang bercerita lalu pintu terbuka, jawabannya sama saja. Tapi jika ada hadiah lain selain keluar, cara bertanya ini memungkinkannya memperoleh semua informasi hadiah sebelumnya.
“Kalau bisa membuatku takut, kau boleh pergi.” Bayangan itu menjawab.
“Bagaimana kalau kutembak kau lalu pergi, bukankah lebih praktis?” Feng Bujue tidak mengangkat senjatanya, dia hanya menguji dengan kata-kata.
“Hmm...” Bayangan itu malah merenung, “Baiklah, jika ceritamu berhasil menakutiku, tidak hanya kubebaskan kau, tapi juga akan langsung kuantar ke ujung koridor ini ke ‘sel penjara’. Tadi kau sedang berlari ke sana kan? Jalan itu sangat panjang.”
Mendengar ini, Feng Bujue langsung paham. Menggunakan senjata untuk menyelesaikannya juga bisa membuatnya bebas, tapi waktu yang terbuang di sini tidak bisa kembali. Sedangkan bercerita... Meski butuh beberapa menit tambahan, tapi bisa langsung sampai ke ujung koridor. Mungkin justru menghemat waktu, siapa tahu sepanjang apa bagian belakang koridor ini...
“Baik, aku akan bercerita.” Feng Bujue terlihat sangat mahir dalam hal ini. Dia menyorotkan cahaya senter dari bawah ke wajahnya sendiri, dengan suara seram dan nada rendah: “Dahulu kala, ada seorang supir taksi...”
Melihat ini, saya rasa semua orang sudah mengerti mengapa Feng Bujue dilarang berinteraksi dengan anak-anak kecil...
“……Dia sering harus bekerja sampai larut malam. Suatu hari, saat melewati jalan yang agak asing, dia melihat seorang wanita berbaju putih melambai ke arahnya……” Feng Bujue memilih cerita yang tidak terlalu panjang. Meski dengan kemampuan pendongengnya yang seperti pencerita profesional, dia bisa bercerita selama satu jam atau bahkan mengarang novel horor pendek secara lisan, kali ini dia sengaja mempersingkat durasi: "Sopir itu tidak berpikir panjang, dia menghentikan mobilnya.
Wanita itu membuka pintu belakang dan masuk ke mobil. Berat badannya terlihat sangat ringan, sampai sopir tidak merasakan perubahan pada suspensi mobil. Sambil bertanya 'Mau ke mana?' sopir mengalihkan pandangannya ke kaca spion……"
