Cerita hantu dalam bab ini diadaptasi dari cerita pendek Yumeno Kyūsaku——《Mayat Gantung》, kemiripan yang ada bukanlah kebetulan.
……
"Akhirnya wanita itu jatuh ke lubang air?" Anying tiba-tiba menyela Feng Bujue dengan pertanyaan ini.
"Hah? Kamu pernah dengar?" kata Feng Bujue.
"Aku ingin mendengar cerita yang benar-benar menakutkan, bukan lelucon konyol," balas Anying.
"Hmm……" Feng Bujue menarik napas panjang: "Aku ganti yang lain." Dia punya segudang cerita semacam ini di kepalanya, bahkan bisa menyebutkan puluhan tanpa kesulitan. "Harus yang menyeramkan ya……" dalam hati dia bergumam: Tapi yang ini sendiri sebenarnya adalah makhluk hantu, tapi malah minta diceritakan kisah hantu. Efek komedinya benar-benar tak terduga……
"Kali ini Feng Bujue sepertinya berniat serius bercerita. Semakin pendek ceritanya semakin bagus, dan harus menyeramkan. Dalam ruang terbatas, murni menggunakan kekuatan bahasa untuk membuat orang lain merasa takut sebenarnya cukup sulit."
"Hari itu, aku duduk di bangku taman." Tiba-tiba Feng Bujue seperti orang yang kepribadian ganda, menampilkan ekspresi yang sangat aneh dan mulai bercerita menggunakan sudut pandang orang pertama: "Di hadapanku ada air mancur, kulihat semburan air tinggi menjulang lalu jatuh... Langit cerah senja membuatku merasa agak dingin."
Bayangan itu mendengarkan cerita Feng Bujue tanpa bicara. Dari sudut pandang pengamat, Jue Ge benar-benar larut dalam perannya. Cara dia menyebut diri sebagai 'aku' juga cukup meyakinkan.
"Sambil mendengarkan gemericik air mancur, kubentangkan dua tiga koran sore di sampingku. Tapi berita dari surat kabar manapun tidak ada yang kutunggu-tunggu."
Feng Bujue menghembuskan kabut putih dari mulutnya: "Sekitar dua minggu lalu, ada gadis yang mayatnya ditemukan di rumah kosong terpencil. Aku sedang mencari laporan berita tentang ini." Senyum aneh mengembang di sudut bibirnya, "Kami sudah saling mencintai beberapa waktu... Ingat hari itu, juga senja, saat dia datang untuk bertemu diam-diam, rambutnya disanggul seperti kelopak persik, masih memakai seragam sekolah dan rok pendek... Terlalu cantik, sampai-sampai membuatku sesak nafas."
"Feng Bujue sampai di sini memperlihatkan sorot mata penuh gairah, napasnya mulai tersengal-sengal, sudut bibirnya berkedut beberapa kali dengan cara yang agak tak wajar: 'Jadi... hampir secara refleks, aku membawanya ke sebuah rumah kosong dekat perlintasan kereta api X di pinggiran kota, lalu mencekik gadis yang ketakutan itu sampai mati.'" Dia berhenti sejenak, mata yang membelalak menatap bayangan gelap: "Itu membuatku merasa lega... Jika tidak kulakukan, pasti aku akan menjadi gila, heh... hehe..." Tertawa kecilnya menyiratkan kepuasan, seolah masih mengecap kenikmatan momen itu.
"Kulepas sabuk pinggangnya, kugantungkan di balok langit-langit, menyamarkan tempat kejadian seperti kasus bunuh diri gantung diri." Feng Bujue melanjutkan: "Meski setelahnya aku pulang seolah tak terjadi apa-apa, sejak hari itu setiap sore aku datang ke taman ini, membeli dua tiga koran berbeda, duduk di bangku panjang sambil membaca..."
Feng Bujue mencemooh: "'Gadis muda bunuh diri gantung diri', aku menantikan munculnya headline berita seperti itu." Tiba-tiba ia meraih udara di sampingnya, seolah ada sesuatu di sana: "Tiba-tiba, kulihat di tanah dekat kakiku ada koran bekas yang dibuang orang. Di halaman tengah salah satu edisi, terpampang tiga judul besar. Tulisan-tulisan itu menyambar mataku seperti aliran listrik...
Mayat tak dikenal di rumah kosong.
Di sebuah rumah kosong yang terbengkalai dekat persimpangan X, ditemukan jasad yang telah meninggal sekitar dua minggu.
Korban adalah pria muda berpakaian pegawai perusahaan."
Ekspresi Feng Bujue saat itu seperti hantu yang menyeramkan: "Aku meraih koran, berlari gila-gilaan keluar taman, tanpa sadar tiba di persimpangan X, dan berdiri di depan rumah kosong itu.
Aku panik melihat ke sekeliling, memastikan TKP ini belum didatangi siapa pun, baru membuka pintu masuk...
Di dalam gelap gulita, aku meraba-raba mencari ruang delapan tatami tempat mayat itu digantung, menyalakan korek api..."
Feng Bujue menyorotkan senter ke wajahnya sendiri, mendekat: "Sabuk menggantung dari balok, di sana tergantung mayatku. Bersamaan, dari kegelapan di belakangku, terdengar suara gadis itu."
"Oh hohohoho... Akhirnya kau kembali mencariku..." Cerita Feng Bujue terhenti tiba-tiba.
Hampir dalam sedetik, ekspresinya berubah kembali normal: "Bagaimana?"
"Hmm..." Mata bayangan yang memancarkan cahaya biru redup sebentar: "Perubahan ekspresimu yang cepat lebih menyeramkan daripada alur ceritanya..."
"Cukup!" Feng Bujue menarik tombaknya lagi: "Sejak aku masuk, sudah 7-8 menit terbuang (total waktu sekarang 26 menit), kalau kau masih mau dengar..." Artinya, jika masih mau dengar, dengarlah suara tembakan.
"Baik, aku akan mengantarmu ke sel penjara." Bayangan itu menyela sebelum Feng Bujue selesai bicara, mengangkat satu jarinya, "Jangan khawatir dengan yang akan kau lihat, semuanya tidak berbahaya. Jadi jangan coba melawan."
Peringatan NPC ini memang perlu. Jika tidak ada pemberitahuan sebelumnya, Feng Bujue pasti akan melawan dengan keras terhadap situasi yang akan segera terjadi...
Sesaat kemudian, cahaya putih kecil muncul di ujung jari bayangan itu. Titik cahaya itu berangsur berubah menjadi bola terang, lalu ribuan makhluk aneh mulai merayap keluar dari cahaya tersebut. Warna dan teksturnya mirip telur rebus tanpa cangkang, tapi ukuran dan bentuknya lebih menyerupai larva serangga - larva berwarna pucat dan berpenampilan menjijikkan...
Jumlah mereka semakin banyak, berputar-putar di udara seperti pusaran air. Meski bergerombol, setiap individu tampak memiliki kesadaran sendiri. Makhluk semi-transparan berwarna putih susu ini dengan lincah saling mengejar dan memakan satu sama lain... Terlihat kacau tapi sebenarnya ada pola tersembunyi.
Feng Bujue merasa seperti sedang melihat setetes air di bawah mikroskop. Tapi tak lama setelah itu, situasi buruk mulai terjadi. Makhluk-makhluk itu mulai mendekat, mengelilinginya dalam lingkaran yang semakin rapat dan cepat...
Mereka mulai menyentuh tubuh Feng Bujue, merayapi dan menumpuk di sekujur badannya... Hingga seluruh tubuhnya tertutup, mata, telinga, mulut dan hidung semuanya terhalang.
Saat Feng Bujue mulai merasa situasi agak di luar kendali dan curiga apakah dia terjebak, tiba-tiba tekanan di sekujur tubuhnya menghilang. Dingin yang menusuk pun lenyap. Meski matanya masih tertutup, dia bisa merasakan lingkungan di depannya menjadi lebih terang.
Ketika membuka mata, dia melihat...
